Jakarta, 04 November 2012
Program pun
akhirnya dimulai dengan rutin konsultasi banyak hal dengan Dr. Budi Woweko guna
mengoptimalkan program hamil. Cara alami atau konvensional belum juga ada tanda-tanda, akhirnya
kami mengajukan diri ke dokter Budi untuk mencoba program bantuan. Program bantuan disini maksudnya
PEMBUAHAN BUATAN yang bukan secara alami, bantuan secara kedokteranatau medis. Cara canggih-lah bahasa kerennya!
Kebetulan dari
sisi dana insyaAllah ada, begitu pula dari sisi waktu dan kesiapan mental. Pemikiran saya dan suami, usia
pernikahan kami sudah hampir mencapai 5 tahun bulan Maret 2013 nanti, lalu usia
kami juga semakin melaju, jadi jika peluang pembuahan buatan dengan segala
kebutuhan yang disyaratkan mencukupi, kenapa tidak dicoba? Sementara kalau kami ngotot cara alami
terus sementara waktu berjalan, bumi berputar (jiyye mulai lebay), iya kalau
bisa segera sukses hamil, kalau masih belum juga, kenapa harus menunda-nunda
ada cara yang bisa mempermudah.
Soal hasil, Lillahi ta’ala juga, namanya juga usaha.
Ide kami ternyata
mendapat tanggapan positif dari dokter Budi, dalam arti kami memiliki syarat
dari sisi medis yang memadai untuk program pembuahan buatan/bantuan. Karena meski menggunakan ‘bantuan’,
jika sisi kesehatan pasutri tidak memenuhi syarat maka tidak bisa sembarang
dilakukan meski ada duit sekalipun.
Alhamdulillah kami ‘aman’ a.k.a memenuhi syarat untuk melakukan program
bantuan. Pilihannya antara Bayi
Tabung atau Inseminasi. Pilihan
yang sulit! Hehehe..ujung-ujungnya duit yang bicara. Fiuh!
Berdasarkan
informasi yang saya baca-baca serta informasi hasil seminar lalu, sempat
terfikir mau langsung bayi tabung saja, mengingat peluang keberhasilannya yang
cukup besar dibandingkan inseminasi.
Apalagi kata Dokter Budi ketika seminar kemarin, peluang Bayi Tabung saat
ini hingga 40%, sama artinya besar peluang keberhasilan seperti pasangan yang
baru menikah. Siapa yang tidak
tergiur coba?
Setelah melalui
serangkaian pemeriksaan meskipun melalui cara alami kami masih memiliki peluang
besar memiliki anak, dengan alasan yang saya ceritakan sebelumnya, maka kami
tetap keukeuh mau coba cara pembuahan buatan. Dan diantara dua pilihan
tersebut, maka dokter kami menyarankan untuk coba inseminasi dahulu sebelum
bayi tabung karena kondisi kami yang masih memungkinkan dari sisi medis serta
dari sisi keuangan juga jauh lebih hemat.
“Sayang kalau
langsung bayi tabung, mahal! Mendingan coba insem dulu!”, jawab Dokter Budi
saat kami mengajukan usulan soal bayi tabung. Wuah Alhamdulillah banget kalau si dokter sendiri justru
mendukung kami mencoba cara yang ‘lebih murah’ dulu, syukur-syukur berhasil
meski katanya peluangnya kecil dibanding bayi tabung, maksimal hanya 20%. Kami Lillahi Ta’ala saja, kalau memang
jodoh kami berhasil insya Allah diberikan-Nya. Kalau tidak ya masih ada cara lain. Semoga ada rizki kami untuk program
selanjutnya andai Inseminasi ini kelak tidak berhasil. Tapi saya sih optimis saja, chusnudzon
sama Allah, berdoa penuh keyakinan bahwa program ini akan berhasil atas
izin-Nya. Kalau-pun tidak, ya
pasrah saja atas ketentuan-Nya.
Mau apalagi coba? Ya kan? Daripada doin’ nothing? SEMANGAT!
No comments:
Post a Comment