Wednesday, October 17, 2012

OBAT AMPUH TETAP TEGAR DAN BAHAGIA YA BERSYUKUR


Sudah beberapa hari ini saya berfikir tentang "isi" dari apa yang akan saya tulisakan kali ini.  Tak sabar rasanya ingin menuangkan dan berbagi dengan siapapun yang membacanya.Well...masih tentang BERSYUKUR.  Ya saya suka sekali kata ini, kunci ampuh untuk membantu kita tetap tegar berdiri dalam keadaan terpuruk sekalipun.  Well..let us start it (*gaya bener).

Mencoba menarik beberapa halaman kehidupan kebelakang hingga saat ini, saya semakin menyadari bahwa SUNGGUH memang ALLAH maha baik.  Dia selalu mengirimkan karunia-Nya bagi kita, sadar nggak sadar, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa WE'RE NOTHING WITHOUT HIM! Meski saat kita galau suralau bin sedih nan pilu sekalipun, pasti tetap ada sisi-sisi menyenangkan dalam hidup kita.  So..masih bisa bilang kita di-dzalimi-Nya?

As a human being, setiap dari kita pasti ada lah melalui masa-masa menyedihkan, terpuruk, mungkin rasanya derita tiada henti, itu menurut kita.  Terlarut dalam kesedihan kadang membuat kita lupa akan sisi-sisi kebahagiaan yang Allah sediakan untuk kita, bahkan melebihi dari apapun dari baggian kehidupan kita.  Saya yakin, kita tak sanggup menghitung bahwa ternyata kita lebih sering tersenyum dibandingkan galau.  Saat berkumpul dengan keluarga, reunian dengan kawan-kawan, meeting dengan client, berncengkrama dengan anak-anak, bukankah lebih banyak senyum dan tawa ketimbang kita menenteskan air mata?  lalu masih berani bilang "Kok Allah menguji gue terus dengan kesedihan yah?".

Setelah ditelaah lebih dalam (*Jiiiyyeeee), yakin Allah yang mendzolimi kita? Kira-kira tangan kita bisa teriris pisau saat masak gara-gara siapa? Kira-kira kita keserempet bajaj dijalanan gara-gara apa? Kira-kira anak tidak mendapat prestasi baik dikelas salah siapa? Kira-kira karir kita begini-begini saja karena siapa? Kira-kira macet dijalanan ulah siapa? Hayo coba jawab yang jujur, kalau bukan karena ulah-ulah KITA SENDIRI? Masih berani bilang ujian adalah Allah telah mendzalimi kita?

Oke-lah kadang ada "ujian" hidup yang rasanya bukan karena ulah kita secara langsung, contoh "Lho gue udah setia setengah mati tapi suami selingkuh, apa iya karena ulah gue? Setia aja diselingkuhi, apalagi udah setia?", well..satu akibat kan nggak melulu karena satu ulah yang seirama, bisa jadi lho ulah kita iramanya DO eh akibatnya malah melenceng jadi LA atau SI, nggak melulu jadi Do atau RE, MI yang nadanya agak deketan.  Bisa jadi diselingkuhi karena ada hal lain yang nggak terkait secara langsung yang memerlukan intropeksi diri kita lebih mendalam.  Sekalipun nih dalam masalah kita nggak menemukan jawabannya, misal "Kayaknya gue sudah menjadi istri sebaik mungkin, tapi masih aja..".  Well...sebagai hamba-Nya harus percaya tidak mungkin kita luput dari berbuat salah, baik kecil ataupun besar.  Untuk itu lah kita perlu intropeksi diri.

Saya si manusia biasa-biasa saja ini, sedang dalam proses belajar, ketika dirundung 'ujian', kenapa saya alami ini dan itu, kok nggak seperti orang--orang bisa begini, bisa begitu? Lalu WHAT?  Semoga apa yang menjadi pemikiran saya dapat menjadi hal baik yang dapat dibagikan dan dicerna. (*Gayabeuneur).  Gini lho, saya coba merenung atas beberapa maslah hidup, sebenarnya jika kita berfikir dalam, benar lho, sesungguhnya ALLLAH itu tidak pernah mendzalimi diri kita.  bahwa sesungguhnya kita sendiri lah yang mendzalimi diri kita sendiri.  Seperti ulasan saya diatas, kita begini-begitu kan karena apa yang kita fikirkan dan perbuat di sebelum-sebelumnya.  Bisa lulus sekolah ya karena usaha belajar, yah meski ada yang lulus ujian dengan nyontek, minimal 'usaha' juga kan walau usaha yang BAD? :p.  Bisa menikah karena usaha ketemu jodohnya, meski taaruf sekalipun kan kita juga usaha "Eh gue cari istri or suami nih, carikan calonnya dong!", modal ngomong aja udah usahakan? "Eh ALhamdulillah gue udah jadi Manager lho", berkat kerja keras.  "Kok penjualan gue segini-segini aja yah, padahal udah pulang malam melulu?", lupa yah kamu cuma pulang malam sesekali eh si B pulangnya barengan atpam sesi kedua lho makannya salesnya menjulang tinggi, dan sebagainya. (BTW, sample just sample case yah!:D)  Pokoknya mau baik or buruk karena sikap kita sendiri kan? Jadi bagian mana ALLAH mendzalimi kita?  MAlah DIA super baik, segala dituruti, yang nggak sesuai doa kita, Allah super baik, katanya "IT IS NOT GOOD, I SUBTITUTE SOMETHING BETTER or IT IS NOT NOW yah!".

Setelah makin berfikir begitu, jadi makin bersyukur, IYA YAH dibalik cobaan-cobaan saya ini, harusnya saya semakin bersyukur, sesunggunya cobaan nggak ada apa-apanya dibandingkan kebahagiaan saya.  Kalaupun ada dan ujian nampak ga berhenti-berhenti itu sungguh karena ulah saya sendiri.  Well..simpe case, belum punya anak, ya kalau ditanya hati paling dalam, jujur memang ternyata usaha selama ini belum maksimal.  Bisa aja mengakui "Udah maksimal kok!", hehehe...tolak ukurnya siapa? Sepanjang belum ada hasil yang belum maksimal, mungkin secara duniawi udah maksimal poll, tapi secara agamawi, belum berdoa dengan sungguh-sungguh, Dhuha masih suka tinggal, tahajud masih suka absen, dzikir ada kadang masih ada lupa-lupanya.  Well..oke berarti harus mengakui BELOM MAKSIMAL EUY! Kamu sendiri gimana? Sama nggak?

Jadi sebenarnya, suka malu, kita belum maksimal sama Allah saja sudah diberikan kenikmatan begitu banyaknya, itu pun masih suka merasa kurang, masih suka merasa terdzolimi.  Duh malu yah!  Kurang baik apa coba Allah sama kita? Saya pikir, saya tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan, hanya saja bentuk suka dan duka orang kan masing-masing beda beda.  Jangan pernah bilang "tapi kan hidup lo udah enak bla bla bla", Lha kita kan nggak tahu bagaimana dalamnya kehidupan orang lain, kan nggak mungkin juga aib dan kedukaan seseorang kita ketahui detail, bisa saja orang lain nampak senang terus diluar, ITU TAMPAK luar aja lho, sesungguhnya setiap orang itu punya masalah yang belum tentu masalah orang lain yang kita anggap enteng, tapi kita sanggup menghadapinya kalau kita yang menjalani, Na'udzubillahi minzalik.  Memang kelihatan si A bahagia dengan harta berlimpah, eh ternyata anaknya (maaf) ada "keistimewaan", belum tentu lho kita sanggup memeiliki anak yang memiliki keistimewaan.  Bisa saja si A nampaknya sukses berat dengan karirnya sementara ternyata dia selalu meneteskan airmata tiap kali bicara jodoh, emang gampang menghadapi pertanyaan orang tua dan keluarga bahkan teman-teman "kok belum nikah juga?".  Kelihatannya aja selalu senang dengan pasangan harmonis, anak-anak lengkap, ternyata sang istri mengidap kanker.  Sebahagi-bahagianya orang pasti ada deh salah 1 dalam fase hidupnya mengalami kedukaan.  IS IS BECAUSE kita manusia-mahluk yang nggak sempurna, bisa saja melakukan salah dalau dikenai salah, bisa senang bisa sedih.  THAT's a LIFE kan?

So....titik poin dari semua ini adalah...SYUKUR! No matter what happen tetaplah bersyukur! Allah nggak pernah dzolim sama hambanya, kita lah yang mendzolimi diri kita sendiri.  kalau mau makin baik ya kitanya lah yang terus memperbaiki diri, nothing useless, I BELIEVE THAT!  Sekalipun sudah usaha poll, berusaha sebaik mungkin, sekiranya ada doa yang belum terkabulkan di dunia, setidaknya insyaAllah di akhirat.  ITU KAN JANJI ALLAH, Insya Allah!

Wassalam
Salam Syukur! Hehehehe...

Jeung Ririe

Best Friend Forever

Salah satu sahabat saya adalah (Uni) Nanda. Kita bersahabat sejak dudukd i bangku putih abu-abu alias SMA, kira-kira sejak tahun 1996 atau 1997-an gitu.  Asal muasal bersahabat mungkin karena sejak kelas satu hingga kelas dua SMA kita selalu satu kelas, meski terjadi pengacakan kelas yang bisa saja membuat kita berada di kelas berbeda.  Hehehe...tapi emang dasar jodoh kali yah?
 
Beda ketika duduk dibangku kelas tiga, si Uni di kelas IPA-1 saya di IPA-2, tapi memang dasar ditakdirkan jadi sahabat kali yee..jadi biar kelas beda, tetap aja 'saling cari'.

She's a lovely muslimah, single (looking for a husband lho, siapa minat? hehehe..), jago masak (for me she's a Padang's chef! :D) and sholehah.  Hummm..kurang lengkap apa coba?

Sampai tamat SMA, masing-masing kuliah di kota yang berbeda, saya di Bogor si Uni tetap di Jakarta, kita tetap kontak-kontakan.  Bahkan hingga sama-sama dewasa, menikah komunikasi tetap kita jaga, sekali lagi buat saya itu lah namanya bersahabat, udah kayak sodara aja.  Ajang sesekali ketemuan masih jadi rutinitas kita meski nggak terlalu sering.  Justru yang jarang-jarang itu yang membuat kita saling rindu, saling cucurhatan mencurahkan apa-apa saja yang kami alami belakangan..

Ajang ketemuan, bisa santai-santai di rumah, bisa di rumah si Uni atau dirumah saya, atau tentunya hangout duduk-duduk makan di resto tertentu di mall.  Benar-benar makan terus saling ngobrol gantian curhat yang kadang nggak lepas dari nge-goss..ugghh dasar perempuan!

Suatu hari, kami kembali melepas rindu seperti kebiasaan kami.  Dan, ini-lah sebagian foto yang bisa saya share!

Ini lho si Uni Nanda, sholehah, cantik dan jago masak, dan...sudah mulai nampak sukses melangsingkan badannya



ini sih ajang saya milih-milih cake hehehe...


Niatnya mau kayak ABG2, foto di WC, eh malah gagal, dasar pemula!:D


Love u Uni! Wish you'll get your biggest dream!  Having a nice, a sholeh and great Hubby! Aamiin!
Best friend forever yah!

Wassalam
JeungRirie


I Love GAMIS

Yes, Indeed, I Love wearing GAMIS!
Selain simple, it is so MUSLIMAH BANGETS gitu lho!
But don't forget to wear legging inside the Gamis yah!

Here's some pics which I wear GAMIS and teteup..Gaya, hehehe...!

Look! Ii wear a dark red spandex gamis, actually there's a flower application right in the chest side, but it's covered by my hijab, can  not be seen :p. IT IS JUST GAMIS, but so lovely and comfort to be worn daily activities especially in HOT JAKARTA!:D
I also love the square scarf, the motif is so beautiful.

These photos was taken in Mesjid Raya kantor Pusat Bea & Cukai by my nephew (Abit).  Hehehe..while waiting for my Hubby finishing his job, we took some pics. :p



Theose 2 pics were taken while before going to Pengajian at PuloMas. SOme of my Gamis are made from spandex fabric, but I also like denim fabric. 


This is the newest pic lho! taken before going to neighboor home for Pengajian (menjelang pernikahan).  I wore gamis inside lho, still spandex, but in order keep on stylist I combined with sifon cardigan, Love this cardigan, karena bermodel banget bentuknya.

Wassalam
Jeung Ririe

Love my SISTA so much!

Saya punya dua orang kakak kandung perempuan, yang satu yang nomor pertama seorang dokter umum beranak tiga yang tinggal di Pekanbaru.  kakak nomor tinggal nggak jauh dari rumah mama saya seorang dosen bidang arsitektur juga seorang ibu dengan 3 anak.

Sejak zaman masih sama-sama di Jakarta, kita suka kumpul ber-tiga-an aja sok jadi anak gadis.  Padahal masing-masing sudah berumah tangga bahkan mereka sudah beranak pinak.  Yah ada kok masa-masa tetap bawa anak-anak ikut jalan-jalan.  Nah, semenjak kakak npmpr satu saya pindah ke Pekanbaru, rutinitas jalan ala gadis tinggal saya dan kakak nomor 2.  Tapi begitu kakak nomor 1 main-main atau liburan ke Jakarta, namanya nge-mal sama-sama (sekarang lebih sering rombongan  sama anak-anak, kasian mereka kalau ditinggal) tetap di lakoni dong!

Seperti foto-foto dibawah ini ketika kakak dari Pekanbaru datang liburan ke Jakarta sama ana-anak.  Melancong lah kita ke Mall, sekedar makan dan mencari keperluan anak-anak.  I love these moments.




Ini foto saya sama kakak nomor 1.  Mungkin kalau nggak kenal nggak ada yang [ercaya bahwa dia ibu-ibu usia 37 tahun beranak 3! Hehehe...


Ini foto bersama kakak nomor dua ketika kita jalan serombongan ke Bandung sama papa & Mama juga.  Dasar nggak bisa lihat camera, langsung pose, padahal ini di depan restoran aja gitu!


Bagi saya, meski mereka saudara kandung, mereka juga sahabat sejati saya.  Susah sedih kami saling berbagi, muali dari kesusahan-kesusahan atau permasalahan hidup hingga suks cita pastinya.  Karena biasanya kalau dengan saudara kandung, kita bisa dapat pendapat dan masukan serta kritik lebih jujur, ya nggak?

Saling sedih dan kesusahan, yah lari pertama kali sama saudara sendiri dulu.  Pengen nangis sesunggukan yah sama saudara kandung dulu. Mau pinjam baru? Hahaha ini paling penting nih, sama saudara kandung tentunya hehehe!

I LOVE YOU ALL SISTA!

Wassalam
Jeung Ririe



Wednesday, September 5, 2012

Stories behind Eid Fitri 1433 H

STORIES BEHIND IED MUBARAK

Alhamdulillah lebaran tahun ini “sama”, ngga beda baik Pemerintah maupun salah satu organisasi.  Plong buanget begitu tau meski sebelumnya sempet agak deg-deg-an. *fiuh!
Bukan apa-apa, di keluarga saya yang kental banget Muhammadyah-nya biasanya “kompak” Cuma nunut sama apa keputusan organisasi lambing Matahari itu.  Nah mulai tahun ini, saya sama suami agak “membelot” mulai patuh sama keputusan Pemerintah.  Tentu kami punya alasan kuat mengapa kali ini berani-beraninya membelot dari kebiasaan keluarga.  Hehehe…meski agak deg-deg-an ketika menyampaikan perbedaan ini, syukur Alhamdulillah dipermudah sama Allah.  Makasih ya Allah! ;-)

Balik soal cerita Lebaran.  Senangnya bukan main begitu tau WUAH LEBARANNYA SAMA DI TANGGAL 19 AGUSTUS.  Jadi deh pake’ baju lebaran samaan di hari yang sama, makan ketupat opor khas mama, yang pasti bebas dari suasana kikuk karena perbedaan (Oups! Yeah It was happened when Ramadhan 1st was decided).
Lagi-lagi bersyukur tahun ini kami keluarga besar kembali berkumpul di suasana lebaran, mengingat hampir semua anak mama & papa sudah berumah tangga.  Ada kalanya salah saut anak yang berlebaran di kampong halaman pasangan serta kakak tertua saya yang sudah sekitar 2 tahun-an menetap di Pekanbaru membuat kami bisa saja berlebaran di tempat yang berbeda.  Contihnya tahun lalu, karena papa masih tugas di Prekanbaru serta memang asal Papa disana, kami berlebaran disana, namun kakak kedua saya berlebaran di Sukabumi kampung halamannya.  TAHUN INI? Kumpul Jakatra dong!

Jika tahun lalu sudah ada 4 kipyik-kipyik-keponakan saya dari kakak-kakak kandung, tahun ini sudah nambah 1 lagi dari kakak pertama jadi genap 5 menambah riuh keramaian suasana berkumpul kami.  Tau sendiri dong hebohnya anak kecil kisaran usia 5-10 tahun kayak apa? Belum lagi keberadaan 7 month new baby, wuih seperti punya sekolah kecil :D.
Seperti biasa, beberapa hari menjelang lebaran kami sudah repot (yang menyenangkan pastinya) mempersiapkan hal-hal sehubungan lebaran.  Mama yang paling repot di dapur dengan idealismenya SEMUA MASAK SENDIRI.  Tapi memang ASELI, nggak ada masakan khususnya lontong opor dkk-nya yang se-ENAK buatan mama.  Saya? Heboh dengan jahitan yang dalam waktu nggak sampai sebulan kudu selesaikan 4 buah baju lebaran untuk  kami cecewek-an; mama, 2 kakak saya dan buat saya sendiri dong! YES I SEW OUR IED DRESSES LHO! *Promosi!:D
Soal baju ini, senangnya bukan main saya akhirnya bisa menyelesaikan semuanya sendiri, dan punya saya sendiri selesai pas di malam takbiran, hehehe hampir aja make’baju un-finished.  Ke esoknnya pas pada dipae’ itu baju-baju berbagai model dengan jenis bahan sama, saya sampe’ norak, rada nggak percaya bisa mempersembahkan “karya kecil” itu bagi keluarga saya.  Meski ekpektasi  penerimaan keluarga tidak seperti harapoan saya, tapi saya tetap bersyukur.  Yah namanya juga  manusia, adalah ngarep-ngarep pujian or minimal pendapat.  Ada sih tetep dipuji dari kakak pertama dan suaminya, “Bagus kok!”, “Wuah nggak nyangka ya Cuwi punya bakat terpendam bisa buatin 4 baju skealigus!”, ujar kakak pertama dan suaminya.  Hwuhehehe..kepepet cyiiin udah keburu janji.  Tapi apresiasi kan nggak melulu melalui kata-kata yah?  Melihat Mama dan kakak-kakak memakai baju yang mungkin nggak terlalu WAH seperti lebaran-lebaran biasanya saja sudah bentuk penghargaan mereka pada karya saya.  Belum lagi, kakak kedua saya yang rela memeinjamkan jilbab-jilbab kerennya yang rada nge-bling untuk kami semua supaya makin kompak! CEILEEEEE….But after all…melihat semua busana-busana itu mendarat cantik ditubuh mereka saja saya sudah SENANGNYOOOO ampun-ampunan kok, Alhamdulillah!

Kehebohan lainnya yang agak beda di keluarga kami kali ini adalah hebohnya sessi foto-foto.  Jika di tahun sebelum-sebelumnya narsisme foto Cuma pada anak-anak (cecewek-an khususnya), tahun ini efek gadget akhirnya menularkan semangat bergaya depan camera hingga di kedua orang tua kami, asyiiikk…jadi suasana berfoto makin ciamik cing! (Duh jadul bener ini kata-kata).  Sibuklah kami bergaya sana-sini, lucunya meski ada tamu, kami hanya berhenti sesaat.  Begitu tamu pulang, foto-foto lanjut lagi dong! ;-)

Duh, rasanya semua mau diceritain, tapi..selain pegel ngetiknyam ntar bosan juga kali bacanya.  Pokoknya Alhamdulillah, again kami diberkahi keindahan di bulan Ramadhan, terutama kehadiran anggota keluarga inti yang LENGKAP, sehingga Susana ber-FITRI-an kental terasa.  Harapan saya dan kammi semua, semoga tahun depan bertambah lagi kekelengkapan keluarga kami, khususnya kehadiran cucu, keponakan dan anak di keluarga ini yang berasal dari rahim saya, Aamiiiiiin ya Robbal Alamin.

Now..let’s enjoy the pictures!


Papa & Mama

Kakak pertama (Ratih), Suami (Aznan) dan kiddos

Sisters & Brother


Perjalanan menuju lapangan sholat Idul Fitri


Suasana bermaaf-maafan

Kakak ke-2 (Rika) suami (Rikzantara) & Kiddos


Saya, Suami (Miskam) & Kiddos *ngaku2 :D


Eksis sama kiddos


Saya & Suami tercinto nich ;-)


Our big family


Kids are still kids yah?


Cecewek-an wearing my hand made eid dress ;-)

Wassalam
Jeung Rie

Tuesday, June 26, 2012

Cinta Tiada Tara




Aku bersimpuh dengan rasa cinta yang tak sanggup kulukiskan
Bahkan dengan tinta emas sekalipun


Aku bersimpuh dengan rasa cinta yang tak sanggup kubendung
Meski dengan pelukan terrat


Aku bersimpuh dengan rasa cintaku yang tak mampu tergoyahkan
Meski terhantam badai nan dahsyat


Saat sadar, sepersekian detik pun sesungguhnya besar nian karunia-Mu
Takkan sanggup kemenghitung meski jeniusku bak sainstist


Melalui cinta...duka kulewati dengan suka
Atas cinta...keterus berlari meski kelelahan
Karena cinta...
aku percaya jatuh kan bangun
sakit kan sembuh
sempit kan luang
mudah akan sulit

Maka...nikmat mana yang yak kau dustakan? 

Note : inspired by Surah Ar-Rahman
 


Wassalam
Jeung Ririe

Tuesday, June 19, 2012

First Hijab Tutorial by Me

Hey i've just made video and posted on youtube.

Saya sudah lama berhijab, kalau nggak salah tahun 2005. Wow berarti sudah kurang lebih 7 tahun yah?
Perkembangan waktu dan zaman, hijab juga terpengaruh dari sisi fesyen.  Dan saya termasuk pengikut walau ga 'nge-bebek' totally.  Ada yang cocok saya ikuti, yang nggak ya nggak maksa.

Saya pribadi termasuk yang sudah mencoba berbagai macam gaya, dari yang simpel sampe' aneh-aneh, sampai akhirnya kembali ke "gaya" yang sesuai kepribadian tapi tetap gaya daaannn sebisa mungkin tetap syar'I, InsyaAllah.  Seperti yang disyaratkan sebagai seorang muslimah, tercatat dalam Quran, jilbab atau yang dari segi bahasa disebut KHIMAR harus menutup dada.  Insya Allah saya terus berusaha ber-hijab dengan gaya apapun tapi hingga menutup bagian dada.  Dan ternyata tidak menghalangi untuk tetap stylist asaaal juga nggak tabarruj (berlebihan) yah. Insya Allah.

Well..berikut saya coba berbagi cara saya ber-hijab.  Smoga bermanfaat.;-)

Video pertama ini saya berbagi tentang cara pakai hijab menggunakan pashmina super lebar.  Pashmina ini agak transparant, untungnya ukurannya super duper, jadi saya lipat dua agar hilang ke-transparant-nya.  Sise dan ukuran yang besar menguntungkan pemakai hingga bisa tetap menutupi hingga bagian dada dan teteup gaya dong!;-)

Enjoy it!

Selamat mencoba!

Wassalam
Jeung Rie

Friday, June 15, 2012

Penyesalan No Guna

Coba kita renungi hal berikut ini.

Saat kita tengah berjalan, lalu kita tersesat, sadar sudah salah ambil jalan sebelumnya, lalu apa?
Biasanya kita kerap kali 'menyesal'. "Duh, kenapa juga tadi jalan ini yang diambil? Coba tadi dengerin kata hati satu lagi ambil jalan itu, pasti udah nyampe' deh!".

Kemudian, kita sibuk mikirin yang lalu-lalu itu, awalnya sih cuma mau cari tahu penyebab kok bisa tersesat, sudah ketemu jawabannya eh malah terjebak disitu-situ aja, berandai-andai kalau sekiranya tidak begini-begitu.  Eh akhirnya baru sadar, sudah telat datang ke tempat tujuan karena terlalu lama mikirin yang tadi-tadi itu.

Kalau disambungin sama kehidupan, biasanya kita seringkali terjebak dalam penyesalan begitu tahu sesuatu tidak sesuai harapan. Sesuatu yang sudah berlalu malah jadi fokus diri.  Tanpa sadar kita malah stuck di tempat, nggak maju-maju.  Kalau sudah begitu, apa gunanya menyesal? Nggak ada juga yah?

Intropeksi diri sama penyesalan itu beda.  Intropeksi untuk cari tahu penyebab akar masalah, lalu kemudian jadi bahan pembelajaran untuk move on.  nah kalau menyesal, cenderung 'mengutuki' diri, orang lain & keadaan dan berefek diam di tempat.  Ngapain coba?

So..sudahlah cukup menyesali sesuatu yang sudah lalu, nggak bisa juga kita pake' mesin waktu back to the past, itu mah cuma di film.  Kadang mikirin masa lalu cuma jadi penghambat pergerakan ke depan, yang rugi kita sendiri.  Sudah lupakan saja atau setidaknya jadikan pembelajaran, supaya ke depannya nggak terjadi berulang.

Liat kebelakang melulu akhirnya nggak jalan-jalan, yang ada kita kalah sama peserta lomba lari lain yang sudah melaju ke depan terus dan sudah sampai ke garis finish. Kita? masih di titik awal dan just being a looser. MAU? OGAH LAH!

Well..kalaupun ada yang disesali di masalalu, adalah seandainya bisa membahagiakan orang tua lebih awal, seandainya kesadaran untuk tidak menyakiti hati & perasaan mereka, ya tentang merekalah yang ingin diubah.  

Tapi...apapun...THANKS TO ALLAH, masih memberi kesempatan bernafas, berfikir dan sadar, sehingga yang lalu-lalu yang kurang baik itu bisa diubah.  Sudah jangan juga terpuruk dalam penyesalan, masih ada waktu, mari gunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Insya Allah.  

Wassalam
JeungRirie

Thursday, May 24, 2012

Meratapi Sedih? Capek Deh!


A            : “Siapa yang melarang?”
B            : “Tadi kau bilang jangan terus menerus bersedih?”
A            : “Ya, aku bilang jangan terus menerus!”
B            : “Sama aja! Lalu salah orang bersedih?”
A            : “Lantas, apa untungnya ka uterus meratapi kesedihan? Apa akan membalik keadaan menjadi  
                 lebih baik?”
B            : “Ya, hatiku lebih nyaman setelahnya?”
A            : “Lalu, jika kau ingat lagi akan masalahmu, apa lantas kau juga akan kembali meratapinya?”,             
                 “Terus kapan cari solusinya? kapan bahagianya jika terus meratap?”


            Tidak awam ya dengan percakapan diatas? Kita pun kadang berada dalam posisi si A. Maklum-lah, namanya orang kalau sedang ditimpa masalah, pasti bersedih, bahkan bisa sampai diiringi air mata.

            Hanya saja, kita sering kali terjebak dengan suasana duka berlarut.  Masalahnya hanya ‘dipikirkan’, jadi ujungnya ya hanya meratapi, gundah, galau, pokoknya kalau diingat bawaannya kesal dan ingin nangis terus.  Kalau sudah begitu, raut ceria jauh dari wajah, nggak bisa ditipu deh wajah orang yang lagi dalam masalah, meski senyum manis tetap nggak bisa bohong, ya nggak?
Terburuk bisa berakibat pada tingkat emosi.  Orang yang sedang dalam masalah biasanya cenderung lebih emosional, sensitive.  Parahnya seringkali orang terdekat atau yang sehari-hari ditemui jadi ‘korban’ emosional kita, kesiankan?

            Lantas, apa kita mau terus menerus terjebak dalam situasi tersebut?  Padahal yang rugi siapa kalau bukan diri kita sendiri?  Ini BUKAN teori semata, tapi buktikanlah sendiri, bahwa hanya meratapi diri dalam masalah, kita sendirilah yang paling rugi.  Kita BISA kok mengendalikan perasaan itu, untuk siapa lagi kalau bukan diri kita, tentu juga untuk orang sekeliling kita.

            Banyak cara keluar dari ratapan kesedihan, intinya jangan terjebak.  Sudahlah perasaan kita “dikuasainya”, terus bahagianya jadi ketunda deh.  Masih ngga mau bahagia? Ogah kan?

Lagipula, bukankah dalam hidup suka dan duka selalu datang silih berganti.  Jadi bisa saja hari ini kita dapat masalah, insya Allah besok-besok berita suka runtun datang, begitu juga sebaliknya.  Jadi mau nangis kayak apa juga karena cobaan, capek-capekin diri aja, besok-besok juga kita masih akan diuji dalam bentuk yang lain lagi.  Bukankah ujian yang membuat kita kuat?

Dan hidup harus tetap berjalankan?
Ingat, kita ngga hidup sendiri, kita bersosialisasi.  Kasian juga orang cuma dapat senyum kecut kita.  Now, tersenyumlah, katakana pada ‘masalah’ kita, “HEY PROBLEM I DON’T AFFRAID OF U, I HAVE GOD ALWAYS HELP ME!

Wassalam
Jeung RIe

Monday, May 21, 2012

Hamba-Nya yang paling Beruntung



Bila kau berkaca pada manusia, maka kau takkan pernah puas
Namun bila kau bertumpu pada yang Maha Kuasa,
Niscaya tak akan sanggup kau menghitung nikmat-Nya
Meski dalam titik nadir terendah sekalipun sesungguhnya begitu banyak karunia-Nya
Sesekali perlu melihat ke atas untuk memecut dan memotivasi diri
Namun jangan pernah lengah dengan apa yang ada dibawahmu,
Karena sesungguhnya disanalah letak dasar syukur
Sedangkan saat terbang sering kali pongah karena ketinggian itu jauh dari pijakan
Sering kali kita lupa pada daratan bila tak berpijak bukan?
Saat ini mungkin saja kau terseok saat berjalan
Saat ini mungkin saja kau berduka karena sakit hati
Saat ini mungkin saja marah, kesal, sedih, hancur… Manusiawi!
Namun…jangan lupa dibalik luka nestapamu,
Coba kau tengok pilar-pilar lain keberuntunganmu
Meski itu hanya tarikan nafas, atau...
Melihat tanpa berbayang, JELAS dengan kedua matamu
Itu baru 2 hal dibalik hal lain yang tak terhitung, bukankah kau masih jauh lebih beruntung?
Sesungguhnya apa yang kau alami bukanlah apa-apa, masih ada yang lebih terhunus darimu
Semua itu hanya seonggok ujian yang dijanjikan-Nya mampu akan kau jalani
Hanya puzzle kehidupan yang tak melulu lengkap
Tapi seharusnya tak mengurangi rasa bersyukurmu,
karena toh rizki-Nya tak pernah berkurang untukmu
Maka…tetaplah melangkah, berjalan kalau perlu berlari
Namun tetap dalam kendali, jaga pedal, gas dan rem
Agar tetap dapat mengarungi hidup di jalan-Nya dengan kebahagiaan

Sedih tak selamanya suram, dan kesenangan tak melulu membahagiakan
Karena kebahagiaan itu sejatinya sudah ditanganmu dengan tetap INGAT dan BERSYUKUR pada NYA!
Jika sampai detik ini kau masih mampu bernafas, lalu mengapa masih meragukan karunia-Nya?
No matter what, tetap terus menuju ke atas, sesekali turun kebawah lalu kendalikan!
The last, let ALLAH does the rest! Walluhu’alam. Happy MONDAY all!
Wassalam
Jeung Rie 

Sudah Sholat Belum?



Hari ini seorang teman mengirimkan pesan melalui blackberry messenger saya.  Tepatnya sebuah  pertanyaan yang susah-susah gampang menjawabnya.

"Kakak, gimana ya caranya supaya nggak malas sholat. Begitu mau sholat, eh maleeees banget rasanya!". JLEB!!!

Sempat syok sesaat membacanya.  Sempat agak bingung juga.  Masalahnya, ini seharusnya bukan pertanyaan lagi soal BAGAIMANA untuk kita-kita yang sudah tergolong dewasa.

Jika dikembalikan pada statusnya yang WAJIB, harusnya kita nggak ada alasan lagi untuk TIDAK melakukan yah? Tapi yang namanya manusia biasa yang memang kerap mudah tergoda syetan, suka cari-cari alasan untuk TIDAK melakukannya, masya Allah.

Mungkin pertanyaannya harusnya diganti,
"Bagaimana caranya menolak godaan syetan?".  Ini sih 'mudah' jawabnya : SHOLAT.
Nah kalau sholat saja sudah jadi masalah, bagaimana membentengi dirinya dong?

Well...tapi hidup adalah proses demi proses.  Dari yang nggak tahu jadi tahu, dari yang nggak pernah sholat, jadi mulai sholat meski  masih bolong-bolong.  Eh lama-lama selalu sholat 5 waktu.  Terus makin belajar, makin tahu yang sunnah juga PERLU, ditambah rawatibnya, tahajudnya, witirnya.  HEBRING nih yang begini! Nggak serta merta tapi berproses.  Tapi juga jangan berlindung di balik kata 'PROSES'. Kita juga jangan mau cuma stuck di proses yang itu-itu aja, kudu ada perkembangan dong! Seperti contoh diatas.

Masalahnya, kita-kita yang sudah sadar diri untuk sholat saja, kadang-kadang masih kesenggol setan, apalagi yang belum a.k.a masih malas? hayo ngaku!.

Balik ke laptop (Tukul banget sih!). :D
Saya langsung mutar otak bagaimana menjawab pertanyaan teman saya itu yang dari segi usia sebenarnya nggak jauh berbeda dengan saya. Saya agak menghindari jawaban yang terlalu 'keras', karena tipikal yang masih awam (seperti saya juga), kalau dikasihi tahu HITAM ITU HITAM, PUTIH ITU PUTIH, agak kurang mempan, malah mental a.k.a nggak ngaruh cyiiiin.  Tapiiii...saya mikir lagi, kok nanti takutk]nya malah jadi nggak jujur dong yah?

Akhirnya saya jawab begini deh :

Kalau ekstrem-nya sih "Ih  belum tentu besok gue masih hidup yah! Masa' mati dalam keadaanbelum sholat? Yahsud sholat deh!"
kalau jawaban santainya "Yahsud gue sholat deh, siapa tahu kalau gue sholat doa gue dikabulkan, yah siapa tau!".

Sebenarnya saya menekankan pada jawaban pertama, semoga saja dia 'ngeh.  Habis kalau dijawab "SHOLAT KAN WAJIB!", anak SD juga tau, apalagi kita yang sudah berumur gini, jadi bukan itu jawaban yang ditujukannya.

Saya berani jawab begitu juga karena itu yang saya 'praktekkan'.  Jika godaan menunda waktu sholat datang, langsung yang ada di otak saya, kalau saya sholatnya nanti-nanti, iya kalau masih ada umur saya, kalau tiba-tiba saya 'dipanggil-Nya'? Na'udubillahi minzalik.  Biasanya secepat kilat saya langsung sholat waktu itu juga.  Makin sadar soal kematian yang mutlak akan datang, lama-lama kita akan terbiasa, jadi kadang nggak perlu diingatkan lagi sama 'alarm' itu, dengan sendirinya akan sadar, "Oh oke, now it's time for sholat!". SETUJU?

Jagian aja sholat, masa' kia kalah?

Wassalam
Jeung Rie

Sunday, May 20, 2012

Bersyukurlah, No Matter What!

Bersyukurlah dalam keadaan apapun.
Meski dalam keadaan duka sekalipun.
Sesungguhnya itu sebagai tanda Allah Subhanallahu Wata'ala menyayangi kita,
memperhatikan kita, mempedulikan kita.

Berdasarkan pengalaman dan apa yang saya cermati, pada umumnya manusia jika berada dalam masalah yang rumit atau merasa dalam cobaan (ringan sampai berat) ujung-ujungnya "lari" ke siapa lagi kalau bukan ke yang Maha Kuasa, Allah Subhanallahu Wata'ala.  Biasanya, semakin diuji, manusia makin kuat berdoa, jadi makin taat, makin berada dijalan-Nya.  Meski nggak selalu sih.

Semakin diuji, manusia semakin belajar dari masalah yang ada, semakin meningkat ilmu dan pengalaman.  Berarti seharusnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  Maka, seharusnya bukankah kita bersyukur diberikan ujian atau cobaan 'duka' tersebut?

Karena biasanya jika diberikan kebahagiaan terus-menerus (dari kaca mata manusia), biasanya manusia suka lupa diri, atau lupa bersyukur.  Maka...sekali lagi..bersyukurlah bagi kita yang kerap diuji-Nya memalui air mata.  Bukankah memang, semakin tinggi iman seseorang maka semakin tinggi pula ujian yang diberikan?
Bukankah JUARA adalah yang paling bisa melalui semua ujian-ujian yang diberikan?

Seseorang pernah berkata pada saya yang pada suatu waktu membutuhkan motivasi tingkat tinggi dikala galau.:D

SEORANG PEMENANG ADALAH YANG DAPAT MELALUI BERBAGAI MACAM COBAAN DENGAN TETAP BERSYUKUR PADANYA, DALAM KEADAAN APAPUN.

Semenjak itu saya makin tersadar, benar adanya, bahwa pemenang sesungguhnya adalah menerima cobaan dan menghadapinya dengan tetap bersyukur.

Percayalah ada maksud baik ALLAH dibalik segala keputusan-Nya, APAPUN ITU! Insya Alaah. Aamiin.

Wassalam
Jeung Rie

Silaturahim ala Hijaber Pastel

Silaturahim!

I love this word.  Apalagi kalau sub-silaturahimnya sama yang memang sudah lama nggak ketemuan, makin exited deh, karena pasti akan banyak cerita.

Namanya silaturahim merupakan ajang yang pasti banyak manfaatnya, seperti menjaga hubungan baik, saling tukar informasi dan sebagainya.  Makannya saya seringkali bersemangat sama namanya ajang reunian atau kumpul-kumpul, baik itu dengan saudara-saudara maupun teman-teman.

Salah satunya, beberapa hari lalu, saya menghadiri gathering bersama teman-teman salah satu komunitas muslimah yang saya ikuti.  Sebenarnya anggota di BBG (Blackberry Group) ada 30 orang, tapi yang datang 12 orang.  Tapi itu saja sudah "banyak", karena susah banget mengumpulkan muslimah-muslimah yang beraneka macam profesi, pastinya memiliki perbedaan aktifitas dan kekosongan waktu juga.  Jadi sudah bisa melangsungkan pertemuan "dadakan" tapi lumayan rae itu juga sudah bagus.

Mengusung tema busana 'Down to earth', anggota Hijaber Pastel (Begitu kami menyebut komunitas ini) tampil cantik dengan nuansa rata-rata dengan warna coklat, hitam dan tosca.

Akhirnya kami berkumpul di The Nanny's pavilion-nya Pacific Place dan dilanjutkan di Coffee world dari pukul 11 hingga 4 sore.  Positifnya kami nggak "sekedar" kongkow, haha hihi, tapi tentu kami isi dengan beberapa hal positif.  Mulai dari saling tukar informasi (paling sering informasi dunia fashion muslimah dong ;) ), curhat si single-single yang sudah kepengen nikah, sampe bahas Syiah VS Sunny, wuidih rada berat yah?:D
Tentunya, kami tidak melewatkan waktu sholat, "Alhamdulillah Yah", kalau kata Syahrini :D.

Intinya, silaturahim adalah salah satu kewajiban umat Islam, dan sesuai hadist bahwa bagi yang suka bersilaturahim makan akan dilapangkan rizkinya.  No wonder, saya jadi makin gemar bersilaturahim.

Nabi Muhammad Sallallahu Alaihiwassalam bersabda: "Barang siapa yang suka bila Allah membentangluaskan rizki dan memanjangkan umurnya, maka bersilaturahimlah" (HR Bukhari).

Ini dia gambaran kehebohan kami yang nggak bisa melewatkan sesi foto-foto.












Wassalam
Jeung Rie



Monday, May 14, 2012

Hidup adalah PROSES

Hidup itu adalah proses pembelajaran!

Setuju dengan ungkapan diatas?
Bukan, itu bukan quote ciptaan saya, pure ngutip :D.  Well, saya menyukai petikan-petikan khususnya yang berbau motivasi, pembangun jiwa dan sejenisnya.  Dan quote di atas salah satunya.

Semua juga tahu bahwa kehidupan memang hanyalah sebuah tempat persinggahan, dimana tujuan akhirnya adalah sebuah alam baru, bisa surga bisa jadi neraka, Na'udzubillahi minzalik.  Tentunya kita harus melewati yang namanya alam barzah dulu dimana tempat diperhitungkannya amalan selama dunia, selama berproses menuju akhirat tadi, baru ketok palu masuk surga atau neraka.

Melalui tulisan kali ini, saya nggak membahas detail tentang bagaimana supaya masuk surga dan tidak ke neraka.  Duh ilmu saya belum sampai kesana.  Saya hanya akan sedikit membahas tentang salah satu step menuju ke akhirat tadi, yaitu kehidupan sebagai bentuk proses.

Saya yakin, jika ditanya hati terdalam, siapapun akan menjawab SURGA tempat tinggal akhir.  Semua juga pasti tahu bahwa surga tempatnya orang-orang yang beramal baik dan diridhoi Allah SWT akan amalannya selama hidup di dunia.  Masalahnya, setan yang dibiarkan-Nya melanglang buana menggoda manusia kerap kali sukses mengajak kita ke arah "kiri", hingga amalan-amalan baik juga sering terabaikan.

Tapi...hidup adalah proses bukan? Untuk menjadi baik sejatinya juga tidak serta merta langsung jadi cespleng.  Bukankah kesempurnaan hanya milik-Nya?  Hanya saja....manusia punya kewajiban untuk berusaha menjalani kehidupan lebih baik dari waktu ke waktu.  Dan saya termasuk yang percaya, segala sesuatu butuh proses.  Proses ke arah yang semakin baik tentunya, bukan kebalikannya, menurun.

Menjadi lebih baik tentu juga tidak mudah, seperti yang kita bahas diatas, butuh proses.  Saya pribadi, Alhamdulillah merasa sangat bersyukur diberikan nikmat sekaligus cobaan-cobaan (tentunya nggak mudah), yang justru menempa saya untuk menjadi manusia yang sadar akan proses kehidupan berusaha ke arah lebih baik lagi.

Jujur, saya masih punya buanyaaaaak kekurangan, tapi saya berpatri harus terus berusaha lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari.  Khususnya dalam hal hablumminallah, modal ke akhirat kan?

Misalnya dari segi penampilan.  Meski dari duluuuu dikelilingi lingkungan yang Islami, tapi saya termasuk telat menutup aurat khususnya berjilbab.  Padahal mama, kakak-kakak, sepupu-sepupu bahkan teman satu kamar saat masih kost zaman kuliah dulu adalah muslimah berjilbab.  Saya? Hehehe...hanya tergerak di hati.

"Nantilah, hati saya dulu aja di jilbab-kan", *JLEB! (padahal saya sendiri nggak tahu kayak apa tuh JILBAB HATI :p

Namun itulah hidup...PROSES (kesebut terus yah?).  Hari berganti bulan, berganti tahun, saya akhirnya tersadarkan diri untuk mulai menutup rambut ini.  Tapi juga nggak serta merta berpenampilan ala muslimah semestinya.
Kalau saya gaya sekarang, menyebut masih ala hijabers masa kini.  Iya, pernah juga tuh saya mengalaminya, meski berjilbab, tapi celana masih ketat mereketengteng :D. Lekukan pinggang masih nuampak jelas, belum lagi jilbab dililit-lilit di leher, pokoknya bagaimana caranya jilbab jangan sampai mengganggu fashion.  Padahal, sudah mulai tahu GIMANA SIH SEHARUSNYA BERPENAMPILAN ala MUSLIMAH SEJATI.  Tapi...masih sebodo! NAKAL!*malunutupmuka

Hidup adalah proses...ya meski masih belum totally muslimah, Alhamdulillah, berjalannya waktu, terus ada peningkatan, ke arah lebih baik tentunya.  Makin mengaji, makin nambah wawasan, nambah ilmu dan...amalan juga harus nambah dong! Alhasil, dari sisi penampilan juga mulai makin berubah, mulai meninggalkan yang ketat-ketat, baju mulai serba longgar, jilbab juga sudah menutup hingga ke dada.

Hidup adalah proses...ya semakin belajar, harusnya manusia berubah semakin baik, meski masih ada juga yang ndablek, tutup kuping.  Saya nggak mau jadi hamba yang ndablek, meski nggak langsung totally, tapi berproses tadi.

Sekarang, Insya Allah saya terus mencoba semakin istiqomah khususnya dalam berpenampilan (Tapi jujur nggak mudah lho). Bismillah, mulai meninggalkan celana, kalaupun masih pakai celana sebagai bawahan tapi yang super lebar yang satu kakinya bisa dipakai 2 orang.  Itu pun dipakai untuk situasi yang membutuhkan mobilitas tinggi, selebihnya saya usahakan bergamis.  Kalau-pun masih pakai rok, saya usahakan atasannya yang super longgar, menutupi lekuk pinggang.

Jilbabnya? Harus yang syar'i juga dong.  Minimal panjang menutupi sampai sebatas bawah dada. Sekarang sudah mulai melebihi bawah dada.  Gaya hijabers, lilat-lilit sana sudah mulai ditinggalkan, meski sesekali masih untuk kepentingan pesta, itu pun masih saya syaratkan KUDU NUTUPI DADA.

Ya, belum sesempurna muslimah sejatinya, tapi saya akan terus berusaha, hingga bisa 100% as muslimah. Aamiin.

Saya punya satu misi dan harapan besar terhadap muslimah, pada diri saya sendiri dan seluruh muslimah pada umumnya.  Turut berperan men-sosialisasikan tampilan muslimah seharusnya namun tetap berprestasi dan memiliki eksistensi dan peran di masyarakat.  Sehingga muslimah tidak lagi dipandang sebelah mata, dan tentunya semakn banyak yang berproses ke arah lebih baik tadi.

Kunci dan strateginya sendiri masih di awang-awang, minimal niat ini sudah dicatat Malaikat dan insya Allah di ridhoi Allah SWT, Aamiin.

Kesimpulannya nih, ternyata benar bahwa hidup memang sebuah proses.  Jika ingin akhiran baik (maunya sih syurga nih), berproseslah ke arah yang semakin baik.  Bukan hanya duniawi tapi justru prioritas akhirati (Habblumminallah).  Jika habblumminallah terasah makin baik, insyaAllah nyiprat ke hablumminannas, Walluhu'alam. At least for me, my self.

Wassalam
Jeung Ririe Bachtiar