Saturday, January 26, 2013

ROAD TO BE AN UMMU-SAATNYA SERIUS



Jakarta, 02 November 2012

Akhirnya masa sekolah suami di Brisbane selesai di akhir tahun 2011.  Dan saya pikir sudah saatnya kami memprioritaskan serius berikhtiar punya anak, setelah total sama-sama ‘kumpul’ di Indonesia lagi.  Bukan berarti selama ini tidak serius, namun saya akui belum maksimal.  Semisal, ketika sudah mulai konsultasi ke dokter yang satu, belum tuntas kemudian kami hentikan karena beberapa alasan.  Seperti alasan studi suami ke Australia yang membuat kami harus terpisah sementara waktu selama kurang leibh 1,5 tahun.  Tapi ada kok selama 1,5 itu kita bertemu 3x selama 2 mingguan di setiap pertemuan untuk salah satunya tetap berusaha memiliki anak, tentu juga untuk melepas rindu dong! Hwuhehehe….  Entah itu saya yang berlibur kesana atau suami yang pulang ke Jakarta.

Awal tahun 2012 saya dan suami sama-sama komitmen, usaha anak secara maksimal mulai saat ini adalah prioritas utama.  Hal-hal lain yang mungkin urgent tapi tak boleh ‘mengganggu’ proses serius ini.  Serius dalam arti komit, disiplin dan rutin, tidak terhenti tengah jalan.  Mulailah kami mengunjungi dokter yang cukup direkomendasi melalui browsing sana-sini.  Pertama-pertama, pilihan kami jatuh ke Rumah Sakit Sam Marie dengan alasan, pertama rumah sakit Sam marie Basra dekat dari rumah, jadi saya nggak ada alasan malas untuk datang konsultasi atau cek LAB ini-itu.  Kedua, Prof. Jacoeb, dokter yang kami pilih sudah terkenal cukup piawai membantu pasangan-pasangan yang sulit punya anak.

Mulai dari kunjungan pertama setelah ‘interview” riwayat hidup saya dan suami, maka kami dianjurkan untuk test laboratorium yang sejambreng alias buanyaak.  Mulai dari tes darah yang umum tuh, seperti tes gula darah, gula kala puasa, tes darah hormone, tes HSG untuk mengetahui apakah ada penyumbatan atau tidak, mikrokuretase untuk mengetahui apakah ada pelengketan atau tidak dan test-test lainnya.

Alhamdulillah, saya punya suami yang fair, dia tahu betul masalah belum adanya kehadiran anak dalam sebuah rumah tangga belum tentu semata-mata ada masalah di istri, bia jadi di factor suami.  Makannya justru suami saya yang menawarkan diri untuk diperiksa spermanya juga.  Oh I love you full my Love. 

Dan sejak awal, kami juga sudah komitmen, apapun hasil pemeriksaan nantinya, entah itu masalah di saya-si istri atau di suami, kita hadapi sama-sama.  Dukungan pasangan tentu akan sangat berarti untuk membuat program kehamilan ini berhasil atau tidak.  Tanpa saling mendukung, bisa menyebakan naiknya tingkat stress.  Dan kalau sudah stress, mana bisa sukses.  Ya nggak? Wallahu’alam.

 POKOKNYA, SEMANGAT! Ada ALLAH SUBHANALLAHU WATA’ALA gitu lho!

No comments:

Post a Comment