Jakarta, 02 November 2012
Akhirnya masa
sekolah suami di Brisbane selesai di akhir tahun 2011. Dan saya pikir sudah saatnya kami
memprioritaskan serius berikhtiar punya anak, setelah total sama-sama ‘kumpul’
di Indonesia lagi. Bukan berarti
selama ini tidak serius, namun saya akui belum maksimal. Semisal, ketika sudah mulai konsultasi
ke dokter yang satu, belum tuntas kemudian kami hentikan karena beberapa
alasan. Seperti alasan studi suami
ke Australia yang membuat kami harus terpisah sementara waktu selama kurang
leibh 1,5 tahun. Tapi ada kok
selama 1,5 itu kita bertemu 3x selama 2 mingguan di setiap pertemuan untuk
salah satunya tetap berusaha memiliki anak, tentu juga untuk melepas rindu
dong! Hwuhehehe…. Entah itu saya
yang berlibur kesana atau suami yang pulang ke Jakarta.
Awal tahun 2012
saya dan suami sama-sama komitmen, usaha anak secara maksimal mulai saat ini
adalah prioritas utama. Hal-hal
lain yang mungkin urgent tapi tak boleh ‘mengganggu’ proses serius ini. Serius dalam arti komit, disiplin dan
rutin, tidak terhenti tengah jalan.
Mulailah kami mengunjungi dokter yang cukup direkomendasi melalui
browsing sana-sini.
Pertama-pertama, pilihan kami jatuh ke Rumah Sakit Sam Marie dengan
alasan, pertama rumah sakit Sam marie Basra dekat dari rumah, jadi saya nggak
ada alasan malas untuk datang konsultasi atau cek LAB ini-itu. Kedua, Prof. Jacoeb, dokter yang kami
pilih sudah terkenal cukup piawai membantu pasangan-pasangan yang sulit punya
anak.
Mulai dari
kunjungan pertama setelah ‘interview” riwayat hidup saya dan suami, maka kami
dianjurkan untuk test laboratorium yang sejambreng alias buanyaak. Mulai dari tes darah yang umum tuh,
seperti tes gula darah, gula kala puasa, tes darah hormone, tes HSG untuk
mengetahui apakah ada penyumbatan atau tidak, mikrokuretase untuk mengetahui
apakah ada pelengketan atau tidak dan test-test lainnya.
Alhamdulillah,
saya punya suami yang fair, dia tahu betul masalah belum adanya kehadiran anak
dalam sebuah rumah tangga belum tentu semata-mata ada masalah di istri, bia
jadi di factor suami. Makannya
justru suami saya yang menawarkan diri untuk diperiksa spermanya juga. Oh I love you full my Love.
Dan sejak awal,
kami juga sudah komitmen, apapun hasil pemeriksaan nantinya, entah itu masalah di
saya-si istri atau di suami, kita hadapi sama-sama. Dukungan pasangan tentu akan sangat berarti untuk membuat
program kehamilan ini berhasil atau tidak. Tanpa saling mendukung, bisa menyebakan naiknya tingkat
stress. Dan kalau sudah stress,
mana bisa sukses. Ya nggak?
Wallahu’alam.
POKOKNYA, SEMANGAT! Ada ALLAH
SUBHANALLAHU WATA’ALA gitu lho!
No comments:
Post a Comment