Wednesday, September 3, 2014

Menghitung minggu melahirkan

Saat saya menulis kali ini, kehamilan saya sudah masuk 32 menuju 33 minggu.  Jika dihubungkan dengan total hitungan minggu kelahiran ideal, 40 minggu, berarti saya akan melahirkan (jika secara normal, Aamiin) kurang lebih 7 minggu.

Diagnosis terakhir dokter secara umum insyaa Allah saya bisa melahirkan normal, tinggal kehendak Allah Subhanallahu wata'ala saja pada akhirnya yang menentukan.  Saya dan suami harus pasrah pada takdirnya kelak.  Apapun itu pasti terbaik dari-Nya.

Rasanya?  Campur-campur!  Senang, nggak sabaran sekaligus rada tegang alias deg-deg-an.  Apalagi ini akan menjadi kelahiran pertama, belum ada pengalaman sama sekali.  Hanya bermodal cerita orang-orang terdekat dan pengalaman orang-orang melahirkan yang saya dapatkan di internet.  Selebihnya...pasrah.

Cerita kehamilan hingga minggu ini, dahsyat!  Nafsu makan hilang timbul.  Kadang nafsu makan baik, bisa makan dengan enaknya.  Tapi lebih sering susah, jadi makan lebih pada kondisi kebutuhan, bahwa saya harus makan kalau mau kondisi kehamilannya sehat dan baik.

Aktifitas, sama seperti dari awal hamil, 70% saya habiskan hanya dirumah, apalagi tinggal beda kota sama suami yang hanya kembali ke Jakarta 2 atau 3 minggu sekali.  Setidaknya bisa menjadi ajang saya tidak terlalu kelelahan selama kehamilan berlangsung karena tidak ada aktifitas rutin.

Selebihnya, saya coba memperkaya diri dengan pengetahuan mempersiapkan diri menjadi ibu, walaupun kadang blank aja gitu, karena semua yangdibaca kan teori.  Biasanya praktek tak semudah teori.  Minimal ada lah ilmunya.

Paling unik adalah melihat perubahan perut yang semakin membesar dan penuh banget rasanya.  Apalagi pergerakan si baby di dalam rahim yang benar-benar membuat saya amazing.  Perut bisa bergerak-gerak menandakan ada kehidupan didalamnya.  Apalagi kalau sudah ada hentakan, entah karena dia menendang atau menyikut ibunya.  Gelombang perut terlihat jelas, dan apstinya ada ngilu-ngilu kecil.  Ah lucunya kamu Nak!  Jadi makin tidak sabar.

Semoga saja, proses melahirkan kelak dimudahkan dan dilancarkan Allah.  Melahirkan anak yang sehat fisikd an mental.  Begitu juga dengan ibunya diberikan kesehatan hingga bisa memberikan yang terbaik bagi si baby kelak.  Aamiin yaa Robb.

Wassalam
JeungRirie

Wednesday, August 13, 2014

Hamil ditinggal si Mbak Mudik

Beberapa hari sebelum lebaran tiba, di saat asisten rumah tangga masih ada saja saya sudah mulai stres minimalis.  Perut sering banget tegang, mungkin karena efek mikirin berlebihan.  Membayangkan apa jadinya nanti jika kami ditinggal si Mbak pulang kampung selama lebaran.

Sebenarnya momen bedinde pulang kampung selama lebaran adalah hal biasa, kami pun terbiasa jika mbak di rumah si mama pulang lebaran bisa sampai 1 bulan lamanya.  Tapi...itu jika dalam kondisi saya yang "normal".  Masalahnya tahun ini saya dalam keadaan HAMIL.  Sementara penghuni rumah hanya papa, mama, adik dan saya.  Suami saya hanya pulang dari batam (tempat dinasnya) 2 minggu atau 3 minggu satu kali.  Kalau biasanya saat si Mbak pulkam, saya yang menjadi perpanjangan tangannya untuk membersihkan rumah dan membantu mama secara penuh, kalau lagi hamil begini, bagaimana ceritanya?

Itu terus yang menjadi pikiran saya beberapa hari menjelang kepulangannya.  Saya merasa kok saya stress cuma mikirin begini doang sampai memang agak susah makan (saya tidak puasa selama Ramadhan karena kondisi hamil ini).  Usaha mencari infant pun tak berhasil.  DANG!

Akhirnya hari yang ditakutkan tiba, si Mbak pulang kampung 5 hari sebelum lebaran, dan perjuangan pun dimulai.  Semua orang-orang yang mengenal saya terutama keluarga sudah wanti-wanti mengingatkan jangan sampai capek mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi tidak ada pembantu begini mengingat saya sedang hamil.  Maklum saja kekhawatiran mereka semua terutama suami saya tercinta (ciyyyeee) akan kesehatan saya sehubungan dengan kondisi kehamilan yang special karena dinanti lama (6 tahun pernikahan baru dikaruniai kehamilan) itu pun harus melalui program bantuan (Inseminasi).  Mereka semua khawatir, kalau tidak dijaga dengan khusus bisa berakibat kurang baik pada kondisi kehamilan saya.  Kalau bahasa kakak saya, manjakan diri sendiri saja, jangan ngapa-ngapain demi si baby.

Saya?  Tentu saja saya memikirkan hal tersebut, tentu saja saya khawatir dan takut.  Makannya sampai kepikirian.  Tapi...mau bagaimana?  Tidak ada pembantu di rumah mama, tidak mungkin kan saya berleha-leha bak putri Raja.  Membiarkan mama mengerjakan semuanya sendiri saja hati ini rasanya sembilu, mana lah tega.  Jika sedang ada suami datang ke Jakarta sih kebantu banget dia bisa mengerjakan hal-hal menyangkut kebersihan rumah luar dan dalam.  Tapi begitu dia kembali ke daerah tugasnya, kembali lah awan hitam.

Saya hanya berdoa sama Allah Ta'ala minta diberikan kekuatan dan kemudahakan dalam membantu mama selama mengerjakan pekerjaan rumah tangga.  Bismillah saja, insyaa Allah bisa, sesuai kesanggupan saya saja dan sesuai kemampuan ibu hamil pada umumnya.  Apalagi saya baru memasuki usia kandungan 7 bulan, katanya masuk pada usia rawan.  Jadi disarankan menghindari aktifitas yang bisa membuat stres dan lelah berlebihan.  Solusinya saya lakukan saja hal-hal yang tidak terlalu berat dan tidak mengganggu kemampuan fisik berlebihan.  Mencuci piring, menempatkannya kembali dari rak piring cuci ke tempat penyimpanan (melihat ini saja kakak saya sudah protes, kasihan beban kerja ibu ke janinn katanya,s aya cuma nyengir), menyapu rumah (itu pun hanya lantai bawah), menyetrika (ini juga tidak tiap hari).  Urusan dapur paling saya bantu kupas bawang atau aduk-aduk masakan di wajan hehehehe...

Ternyata hal remeh temeh itu saja melelahkan lho bagi ibu hamil.  Alhasil, sebentar-sebentar saya masuk kamar, meluruskan badan, selonjoran kaki walau ujung-ujungnya ketiduran.  Maklum lah namanya juga ibu hamil, mudah sekali pelor alias nempel langsung molor.  Xixixixixi....Setidaknya membantu membuat tubuh fresh lagi.  Syukur, Alhamdulillah, kondisi kehamilan saya tidak terlalu terganggu.

Sekarang tinggal berharap si Mbak kembali sesuai janjinya, libur hanya satu bulan, Aamiin.  Cepat kembali ya Mbak!

Wassalam
JeungRirie


Sensitifnya Ibu Hamil

Wanita hamil itu senitifitasnya tinggi!
Sangking tingginya, apa-apa dipikirin, apa-apa di masukkan ke dalam hati.  Katanya sih itu pengaruh hormon ibu hamil.

Begitu pun saya, rasanya selama hamil menjadi makin sensitif, melow mudah banget enyuh terenyuh, mudah sekali merasa sedih.  Paling standard tuh kalau di cemberutin orang yang dikenal, bisa terus kepikiran seharian, bahkan sampai kebawa mimpi.  Mikirin, kenapa begini mengapa begitu.  Padahal belum tentu saya yang dituju orang lain itu.  Hehehe...namanya juga miss sensi on pregnancy.

Kalau sensi lagi melanda, buru-buru deh menyendiri (bukan apa-apa, biasanya berakhir dengan air mata), banyakin istigfar, 'ngadu ke Allah sambil sesenggukan.  Lebay sih...tapi it works banget.  Daripada menumpahkan kekesalan ke media yang nggak tentu sementara masalah kekesalan atau kesensitifian nggak jelas kadang hanya karena efek hormon ibu hamil doang.

Wassalam
JeungRirie


Monday, August 11, 2014

Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja

Saya tergelitik menuliskan ini karena tulisan seorang teman di statusnya di facebook.  Kurang lebih isinya begini :

"Sudah nggak zaman istri cuma membabu di rumah, meski ibu rumah tangga harus bisa cari uang sendiri, yuk gabung bersama saya di MLM ********".  Saya sensor MLM sebab bukan perihal MLM-nya yang jadi fokus saya.

Perhatian saya adalah perihal MEMBABU.  Apakah sehina itu tugas seorang ibu rumah tangga murni dimata orang-orang zaman sekarang?  Bukankah menjadi ibu rumah tangga murni itu tugas yang tidak mudah.  Ingat!  Dalam Islam tidak ada kewajiban istri mencari nafkah dan jangan samakan posisi mereka seakan sama dengan pembantu rumah tangga.

Saya juga tidak mendiskreditkan asisten rumah tangga alias pembantu, tapi JELAS profesi IBU RUMAH TANGGA TULEN dengan ASISTEN RUMAH TANGGA adalah dua hal yang berbeda.  Ibu rumah tangga murni itu tugas mulia setiap wanita menikah yang tidak akan bisa terbayar dengan nilai berapapun selain mengharap pahala dari Allah ta'ala.  Kalau asisten RT jelas mereka digaji untuk menjadi pembantu rumah tangga, tidak digaji ya mana mau mereka mengurus rumah kita apalagi anak-anak kita.

Lalu, bukan berarti kemudian seorang istri atau ibu yang tidak bekerja, murni menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami, anak-anak dan rumah tangga kemudian sama saja dengan membabu!  Sekali lagi, ibu rumah tangga murni itu tugas bahkan perintah dari Allah untuk memuliakan seorang wanita, bukan tugas yang mudah, tak terbayarkan!  Jadi...PLEASE!  Meski pekerjaan mereka keseluruhan mengurusi rumah tangga jangan lantas disamakan dengan babu!

Tapi...yang ibu rumah tangga murni juga jangan lantas menghina dina ibu rumah tangga yang juga bekerja.  Saya meyakini, setiap wanita pasti inginnya mengurus rumah tangga secara total, mendidik anak-anak dan tinggal menikmati hidup.  Soal keuangan biarlah itu urusan suami.  Tapi..tidak semua istri dan seorang ibu beruntung bisa bergantung hidup dari pendapat suami semata.  Justru hidup yang serba mahal ini lah kadang menuntut ibu juga mau tidak mau turut terjun mengepulkan dapur.  Atau demi mewujudkan kehidupan ekonomi keluarga lebih baik terutama terkait pendidikan anak.  

Memang dalam Islam tidak ada kewajiban wanita bekerja bahkan dengan kondisi zaman yang kacau di dunia perkantoran, ikhtilat antara perempuan dan laki-laki yang sulit dibendung, Ulama menyarankan wanita tidak bekerja kantoran.    Namun...sekali lagi coba mengertilah keadaan rumah tangga orang lain yang tidak seindah cinderella menikahi pangeran kaya raya.  Soal perempuan bekerja demi obsesi diri berkarir, itu soal lain, saya tidak mau bahas disini.

Jadi...jangan remehkan ibu rumah tangga murni dan juga hargai ibu yang harus bekerja.
Sekali lagi, pastilah namanya manusia ingin yang enak, bisa mengurus rumah tangga secara total, sisa waktu bisa digunakan untuk menambah wawasan/berilmu, bersosialisasi dengan teman-teman, beraktifitas sosial, dsbnya.  Uang?  Tinggal menungggu kucuran uang yang cukup, syukur-syukur berlebih dari kerja keras suami.
Setuju?

Wassalam
Jeungririe

Fenomenal Jilboobs

Astagfirullah!
Begitu kata terucap pertama kalinya saat saya membaca artikel yang sedang banyak dibicarakan terutama di media sosial, perihal "JILBOOBS".

Buat yang belum tau, Jilboobs itu (khonon) gabungan dari Jil=Jilbab dan Boobs=dada.  Secara keseluruhan artinya adalah wanita menggunakan kerudung namun dengan pakaian ketat hingga siluet dadanya terlihat jelas.

Kembali pada ekspresi istigfar saya di atas, bagaimana saya tidak terkejut sebab dalam artikel yang saya baca tersebut menampilkan contoh foto-foto wanita ber-jilboobs tersebut.  Buat saya itu sama saja melecehkan perempuan, muslimah khususnya.  Judulnya menutup aurat tapi kok terkesan fulgar.

Para muslimah yang sudah menutup aurat secara syar'i langsung "teriak", nah itu bukan jilbab bukan menutup aurat secara syar'i atau tidak sesuai syariat Islam.  Ada juga yang kelompok yang menjadikan fenomena ini pembelaan diri, "mendingan gue belum pake' kerudung tapi nggak se-seksi itu".  Sementara yang tergolong kelompok tersindir alias berkerudung tapi baju masih ketat merekenteteng membela diri, "Semua kan butuh proses, sudah bagus saya pake' jilbab daripada tidak sama sekali!'.

Saya, secara pribadi SETUJU, menutup aurat harus lah sesuai yang disyariatkan Islam, tidak ketat (longgar), tidak tipis (menerawang), kerudung panjang minimal menutup dada, tidak berlebihan (tabarruj) dan beberapa syarat lainnya.  Meski saya sendiri masih jauh dari kesempurnaan muslimah secara kaffah (read; keseluruhan) which is saya sendiri juga berproses waktu demi waktu untuk sampai pada tahap hingga seperti saat ini.

So...sehubungan dengan fenomena jilboobs ini kesimpulan saya dan saran saya untuk kita para muslimah :

- Terima lah penilaian orang soal jilboobs ini dengan hati yang legowo, jadikan hal ini sebagai teguran, kritikan guna kita memperbaiki diri lebih baik lagi bahkan lebih menuju ke sisi yang lebih benar.  Karena pada kenyataannya memang masih banyak para muslimah yang sudah berusaha menutup aurat tapi melupakan beberapa sisi, sudah berkerudung tapi pakaian masih ketat, dsb-nya.

- Meski kenyataannya memang ada muslimah-muslimah berkerudung tapi berpenampilan seksi, berfikiriran positiflah, siapa tahu memang "mereka" tidak atau belum tahu bagaimana berpenampilan sesuai syariat Islam.  Artinya, kewajiban kita menginformasikannya tapi dengan cara yang baik dan santun.  Melalui media sosial ini salah satu caranya, bisa dengan rutin share artikel perihal hijab yang syar'i.

- Kritikan jilboobs ini secara materi ada benarnya, tapi jangan lantas kita ikut menyebarkan tanpa menyaringnya terlebih dahulu.  Artikel yang saya pernah baca, artikel jilboobs tersebut (saya lupa blog siapa) menampilkan contoh Jilboobs dengan fulgarnya which is sama saja menyebarkan aib sesama saudara muslim.  Sebab kita menyebarkan aurat juga lho itu, apalagi kalau ada foto yang wajahnya tidak diburamkan.  Kasihan kan kalau dia saudara, sahabat atau keluarga kita sendiri, atau jangan-jangan foto kita sendiri.  Na'udzubuillahi minzalik!

- Hargai proses perubahan saudara-saudara muslimah kita yang tidak bisa serta merta langsung secara sempurna.  Saya yakin setiap orang butuh waktu dan proses.  Ada yang prosesnya cepat ada yang butuh waktu lamaaaa.  Ingat!  Tidak ada paksaan dalam beragama dalam Islam.  Tugas kita adalah syiar dan doa, soal hidayah biar-lah itu menjadi hak Allah azza wajalla.

Kesimpulannya, teruslah membuka diri terhadap perihal yang BENAR apakah sudah sesuai yang disyariatkan dalam Islam.  Tidak bisa menjalankan perintah secara sempurna SEKARANG, teruslah berdoa meminta pada Allah agar hati kita dibukakan secepatnya agar ada peningkatan dalam setiap kata yang disebut PROSES.  Meskipun saudara kita belum bisa berubah, tetaplah saling menghargai dan mencintai karena Allah Ta'ala.  Tetap saling santun bertutur sapa, tetap menjaga ukhuwah persaudaraan.  Indah bukan?  Wallahu'alam.

Wassalam
JeungRirie

Friday, July 18, 2014

Status-status kita di media sosial

Jujur!  Saya "gatal" untuk kembali menuliskan perihal topik satu ini, meski sepertinya dulu saya pernah menuliskannya dalam blog ini.  Ini soal STATUS di berbagai media sosial.

Saya coba ber-chusnudzon, mungkin kebanyakan pengguna media sosial tidak begitu paham atau terlalu lugu hingga apa-apa djadikan status, apa pun aktifitas dilaporkan bak agenda atau bahasa kerennya planner.  ahkan terparah dijadikan ajang buku harian alias diary! *Gubrak!

Tipikal status bak agenda harian alias laporan alias pengumuman :
"Mau antar anak sekolah dulu yah!"
"Si papa mau makan, masak dulu yah!"
"Mau pergi pengajian nih di Pejompongan"
"Sudah sore, siap-siap mau mandi ah!'

Tipikal satus begini sih kalau cuma sesekali tidak terlalu mengganggu, tapi kalau apa-apa dilaporkan dan seriiiing, percaya lah yang jadi friend list kita juga terganggu.  Tidak ada aktifitas yang lebih penting untuk di bagikan?

Tipikal curhat/ngeluh :
"Rasanya sudah segala cara kukorbankan, tapi tetap saja salah!" (Siapa suruh berkorban? wkwkwk)
"Apa sih maunya? Nggak jelas!" (Lha situ mau nya apa?)
"Ban mobil kempes, huh harus ke bengkel deh!" (Laporan sama montir bukan sama facebook!)
"Oke cukup tau aja! Nggak mau lagi temenan sama kamu!" (Duh! Tipikal ABG banget nih!)
"Semua orang dirumah lagi ada kesibukan masing-masing, sendirian lagi deh dirumah!" (Oups! Kalau maling seneng nih bacanya, "asyik ada calon customer", kata si maling, hati-hati ya Bu!)
"Udah nggak asyik nih kantor!" (Awas nyampe' ke bos besar ni status!)
"Kerjaan nambah mulu, gaji nggak naik2, capek deh!" (Perusahaan juga capek kalau karyawannya begini aja di share ke umum)
"Seharusnya tidak begini! Sebagai istri aku juga capek!" (Nah lho! Abis berantem yah? Ketahuan semua orang deh!)
de es be, de es be.

Tipikal Riya alias pamer :
"Makasih ya papa, kado nya keren banget!" (Sambil memajang foto tas merk LV *GUBRAKKK! Sumpah status begini norak abis!)
"Mending Aigner atau Hermes yah?" (Yakin asli?  Nggak KW?xixixixi)
"Alhamdulillah!  Gaji sudah masuk nih, enak ya nggak pake' kerja kantoran tapi dapat gaji!" (Sambil majang nilai yang masuk ke rekening tabungan.  Begini biasanya tipikal jamaah MLM)
"Akhirnya khatam untuk bulan ini!" atau "Alhamdulillah sumbangan untuk anak yatim sudah ditransfer" (Duh! Biar berbau-bau agama tetap aja norak kalau harus di share kemana-mana begini)

Dan tipikal lainnya yang tidak jauh berbeda dari tiga tupikal diatas.
Lalu untuk apa dong media sosial kalau bukan untuk berbagi?
Saya bukan ahli medsos, tapi sebagai orang awam, saya bicara sebagai pengguna, yaitu status apa yang kiranya nyaman, pantas atau layak untuk dibagi. 

Jadi, kira-kira hal personal, penghasilan, kekayaan materi, aktifitas ibadah, keluhan, cibiran, dan sejenisnya pantas dibagi ke khalayak umum? Menurut saya, TIDAK! Tidak sama sekali pantas! Kerugian utama sebenarnya akan kembali pada kita si penulis status tersebut. Rasa malu karena hal pribadi kita diketahui banyak orang.

Kecuali memang hal-hal yang menyangkut hal yang memang harus dibagi meski sifatnya personal.  misal mengucapkan terimakasih atas ucapan ulang tahun.  Nggak mungkin juga kan membalas satu persatu setiap ucapan yang masuk ke media sosial kita.  Memajang status atau foto masakan, nah yang beginipamer posisif nih, biasanya bisa saling tukar resep atau bisa jadi memotivasi ibu-ibu nggan ke dapur jadi ikutan ke dapur deh hehehe...

Paling oke bin asyik tuh yang berbagi informasi dan ilmu. Misal :
- Info jalanan: "Macet parah di sepanjang tanah abang sampai kota casablanka, mending cari jalan lain!" (Mungkin ada hari SALE 90% sehari ini sih!). 
- info kuliner : lagi makan di resto CAEM, pelayannya emang caem-caem, pantas agak mahal!" (Asyik kan nambah daftar kuliner).
- Ilmu-ilmu agama : "Makanlah dengan tangan kanan sesuai sunnah Rasul.  Makan tangan kiri itu tergolong kelompok setan lho.  Hadistnya..bla...bla...bla" (Jangan salah, hal terkesan simpel kadang banyak yang belum tahu lho!)

Atau status untuk mencari tahu akan sesuatu (yang positif) :
- "Sudah masuk bulan ketujuh, saatnya baby shopping, ada info toko-toko perlengkapan bayi yang lengkap?" (Ini sih gaya calon ibu-ibu baru, biasanya langsung banyak yang komentar, positif kan?)
- "Pusing! Batuk nggak hilang-hilang, tapi nggak biasa minum obat, ada saran?" (Jangan komentar "derita lo!" yah? hehehe...namanya juga cari info, ada lho tipikal orang nggak bisa minum obat)
- Butuh gamis mom & kid, ada online shopping yang sedia? Inbox yah!" (Nah kalau butuh info begini mah ke SALIHA aja yah hehehe)

Jadi...yang di sebar positif yang baca juga jadi ketiban positif.  Coba kalau hal-hal nggak penting dan negatif saja, berbagai kok hal nggak penting dan hal tidak baik?  Capek deh!

Ini tulisan secara pribadi saya tujukan untuk diri sendiri dulu, sebagai peringatan jangan sampai saya seperti ini lagi (Hehehe..pernah lah pasti jadi bagian "nggak penting").  Dan semoga bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.

Wassalam
JeungRirie


Thursday, July 17, 2014

Kondisi Kehamilan Terkini

Alhamdulillah trimester kedua telah berlalu dengan aman.
Fase bulan ke-4 hingga ke-6 baru saja terlewati dengen melegakan.  Syukur tidak ada hal-hal tertentu yang mengkhawatirkan.  Kalau pun ada lebih kepada nafsu makan yang masih belum terlalu bagus.  Hingga berat badan saya pun tidak begitu melambung.  Total berat badan dari awal hamil hingga akhir TM2 sebanyak 6 kg, masih normal.

Pemasalahan justru datang di awal trimester 3 ini, bulan ke-6 menuju 7, meski bukan masalah yang terlalu berarti .  Khususnya selama bulan Ramadhan, meski saya tidak berpuasa, mungkin kepengaruh suasana puasa "cuma makan sendirian" jadi selera makan makin menurun.  Alhasil USG terakhir sekitar 2 minggu yang lalu bersamaan dengan USG 4 Dimensi berat badan janin saya agak dibawah standar normal.  "Sedikit" sih kekurangannya, tapi bisa kurang baik jika pola makan saya tidak berubah, kata dokter obgyn-nya.  Jujur, memang saya agak kurang konsumsi makan awal-awal puasa ini.  Maafin Ummi ya Nak!

Paniklah saya dan suami yang sejak awal selalu support istrinya makan banyak.  Meski tinggal berjauhan dan hanya bertemu dua mingguan sekali, tiada henti dia mengingatkan saya untuk menambah porsi dan rutinitas makan.  Ya iya lah, kan bapaknya si baby bala-bala, hehehe...

Saran dokter, saya diminta memperbanyak konsumsi susu yang biasanya bisa menambah berat badan janin juga.  Tanya sana-sini juga rata-rata sarannya memperbanyak minum susu dan es krim.  Hummm...kalau disuruh makan es krim sering-sering sih senang-senang saja.  Hanya saja, kok ya bertepatan dengan saya yang kena flu.  Alhasil saya hanya bisa mengandalkan minum susu, itu pun tidak bisa banyak dan BUKAN susu hamil.  I don't like the taste of susu hamil, bawaannya ujung-ujungnya mual, apa cuma sugesti susu hamil yah?  Solusi saya minum susu full cream yang dikotak biru itu lho yang rasanya agak netral, susu tapi nggak bikin eneg.

Porsi makan belum bisa saya tambah, masih nggak bisa makan banyak sekali makan, nggak suka rasa perut begah.  Tapi saya siasati dengan menambah cemilan setiap 2-3 jam.  Anehnya, kalau nggak hamil, lihat cemilan apapun rasanya menggoda, ini kok ya kebalik yah, meski ada biskuit ini-itu, anke ragam kue dirumah, atau lagi pergi keluar sekalipun dengan aneka rupa makanan berseliweran, tetap aja tidak terlalu bernafsu.  Ngemil pun saya jadikan sekedar "kewajiban", daripada kurang makan.

Alhamdulillah berat badan saya sudah kembali naik.  Jadi sekarang di minggu ke-26 berat badan saya total sudah naik 7 kg-an.  Sebenarnya sih normal, dan di awal-awal justru banyak "lari" untuk janin, cuma karena belakangan ini saja selera agak error jadi dianggap bermasalah.  Mudah-mudahan sekarang dede-nya makan banyak lagi ya dari apa yang dimakan emaknya.  Aamiin.

Ohya hasil periksa USG terakhir kebetulan saya dan suami menjalankan periksa motode 4D, meski tidak diwajibkan, tapi kami penasaran saja "bentuk" calon anak kami meski di usia ini belum terlalu sempurna bentuknya.  Sekalian mengecek kesehatan janin keseluruhan secara detail.  Melalui USG 4D bisa diketahui kesehatan janin hingga se-detail mungkin meski tidak akurat 100%.

Hasilnya alhamdulillah, keseluruhan janin sehat.  Perkembangan dan pembentukan fisik sehat, jantung sehat dengan bilik lengkap, keadaan otak juga bagus, danlainnya juga bagus.  Cuma yang agak kurang itu sedikit berat badannya seperti dijelaskan di atas.

Lucu banget bisa melihat kondisi janin dalam rahim yang sudah berbentuk seperti bayi.  Mata, telinga, hidung, bibir dan bagian tubuh lainnya sudah terlihat dengan sempurna.  ALLAHU AKBAR! Maha Besar Allah dengan segala kuasa-Nya menciptakan manusia sedemikian indah.  Haru? Jangan tanya, kalau nggak mikir dihadapan ada dokter mah saya mungkin sudah nangis bombay sangking harunya.  Maklum lah, 6 tahun tahun bow menantikan hal ini.  Masya Allah, melihat bibirnya gerak-gerak, jarinya menggenggam, duh makin nggak sabar menanti kelahiran di atas usia 9 bulan nanti.

Semoga, kondisi sehat ini terus menjadi bagian proses kehamilan hingga masa persalinan nanti pun dimudahkan dan dilancarkan Allah ta'ala, aamiin allahumma aamiin.

Next...saya dan suami ada rencana pindah dokter dan rumah sakit yang lebih dekat rumah.  Masih dalam pertimbangan.  Keputusannya dilaporkan di posting-an berikutnya insya Allah.

Wassalam
JeungRirie-Ummi wanna be

Sunday, June 29, 2014

Ramadhan kali ini

Tahun ini saya tidak menunaikan ibadah puasa seperti muslimin pada umumnya.  Kalaupun puasa tidak akan secara penuh sebulan lamanya.  Bulan karena haid atau mentruasi, tapi dikarenakan saya tengah hamil anak pertama saya dan suami, insyaa Allah.

Alasan medis dan hukum agama yang menjadi landasan saya memutuskan untuk tidak berpuasa. Dalam Islam wanita hamil dan menyusui diberikan kemudahan untuk tidak berpuasa. Tinggal nanti di bulan lain diganti dengan membayar fidyah atau meng-qadha puasanya.  Sementara alasan medis, mengingat ini kehamilan yang dinanti-nanti dengan masa tunggu 6 tahun lamanya, kondisi tubuh dan kebutuhan janin, maka untuk meminimalisir kemungkinan kurang baik akibat kurang asupan makanan & gizi, maka saya putuskan memang untuk tidak menjalankan puasa.

Namun, absen dari puasa fisik (makan & minum),  insyaa Allah tidak absen dari puasa hati. Berusaha meningkatkan kualitas ibadah selayaknya orang berpuasa, berusaha menjaga hati, lisan dan laku, ikhlas kRena Allah Ta'ala.   Semoga tidak mengurangi esensi beribadah pada Allah Ta'ala khususnya di bulan nan suci ini. Aamiin allahumma aamiin.

So...bagaimana rutinitas aktifitas ibadah selama bulan Ramadhan mu? Sudah direncanakan dengan matang? ;)


Wassalam
JeungRirie

Saturday, June 28, 2014

ketika disentil cobaan berbuah hikmah

Qadarallah, menjelang Ramadhan dikunjungi beberapa cobaan kecil.

Setiap ujian pasti ada sayatan di hati, meski itu sedikit. Itu karena kita selalu menilai hal yang terjadi pada kita secara versi kita, mausia yang kadang sok tahu. Hanya mengharap apa yang diinginkan, padahal belum tentu yang kita butuhkan. Bisa jadi justru ujian itu lah yang baik untuk kita. Seperti yang Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 286.

Bersandar pada firman-Nya itu lah, maka saat cobaan datang seperti kemarin (apalagi hanya cobaan kecil bin minim), chuznudzon bahwa itu adalah cara baik Allah yang ditakdirkan-Nya bagi bagi kami. Bersyukur, bisa jadi itu cara Allah agar di bulan Ramadhan ini kami senantiasa berpelukan dengan-Nya.  Semakin "eksis" mendekatkan diri pada-Nya.

Dan...semakin mengakarkan arti ikhlas. indahnya...

Wassalam


Tuesday, June 10, 2014

Hijab Fisik dulu atau Hijab Hati dulu?


Mana yang lebih dulu perlu dijalani, mana yang lebih penting dan mana yang diutamakan oleh Allah dan dicontohkan Rasulullah?

Saya coba bahas sedikit dari sudut pandang saya. 
Hijab fisik :
menutup aurat sebagaimana di atur dalam Al-Quran & Hadist.  Pakai kerudung dan pakai jilbab, hanya wajah dan telapak tangan yang terlihat.

Hijab hati :
berahlak mulia, berperilaku terpuji (gitu bukan sih maksud jilbab hati yang didengungkan orang-orang?).

Hijab fisik itu adalah WAJIB.  Ini mah jelas sekali di firmankan Allah dalam Al-quran dan dijelaskan Rasul dalam hadist-hadistnya.  Jadi, tidak ada tawar menawar soal hukumnya.  Titik, tanpa koma.

Nah soal hijab hati?  Ya kalau maksudnya menjadi insan atau hamba-Nya sebaik-baiknya tentu juga wajib.  Secara garis besar (mungkin) maksud hijab hati adalah menjadi hamba yang bertakwa dan berahlak baik.  Dan, perihal bertakwa dan berahlak baik sesuai salah satu hadist berikut adalah kewajiban.

Abu Dzar Jundud bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu'adz bin Jabal ra. menerangkan Rasulullah saw bersabda :

“Bertaqwalah kepada Allah di manapun kalian berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”

(HR. Tirmidzi dan ia berkata : Ini adalah hadits hasan. Dan di sebagain kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
2. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Jadi…hijab fisik dan hijab hati adalah dua hal yang berbeda namun sama-sama sebagai bentuk ibadah dan ketakwaan pada Allah ta’ala.   Meng-hijab tubuh adalah bentuk takwa sama Allah Ta’ala.  Hijab hati (berahlak mulia) pun bentuk takwa sama Allah.  Sama-sama hal yang diwajibkan.

Tidak ada didahulukan harus seiring sejalan.  Tidak ada alasan karena yang satu belum sempurna yang lainnya ditinggalkan.

Mana bisa, hijab fisik nanti dulu, biar hijab hatinya benar dulu.  Percayalah, menjadi hamba sempurna dengan hati yang sebaik mungkin adalah hal sulit bagi manusia.  Yang sudah alim saja masih sering kepleset apalagi yang masih tarap kelas 1 (baca: baru niat).  Yang ada, hijab fisik tidak akan terealisasi karena masih belum sempurna berahlak sebagai manusia.  Wong manusia tempatnya salah.  Ohya satu lagi, taat sama aturan Allah bukankah juga bagian dari insan manusia yang baik?  Manusia yang baik kan juga yang taat sama aturan penciptanya.  Aturan hijab fisik kan aturan yang diwajibkan Allah.

Hijab fisik pun harus diikuti dengan hijab hati, biasanya perilaku dan ahlak akan mengikuti.  Bahasa kerennya, “Malu sama jilbab” kalau berlaku yang tidak pantas.  Tapi, sebagai manusia juga tidak akan sempurna, pasti sulit luput dari dosa.  Minimal dengan berhijab akan menjadi benteng dalam berahlak.

Tapi…masih ada kok sudah berhijab fisik tapi kelakukan tidak lebih baik dari yang belum di hijab”.  YA JANGAN DITIRU! SUDAH TAHU NGGAK BENER KOK DITANGGEPI?  Ambil yang baik (Oh iya ya dia sudah berhijab), tinggalkan yang buruk (Oke, kalau saya berhijab saya tidak mau seperti dia). Sederhana kan?

Masih berlasan hijab hati dulu?

Wassalam
JeungRirie



Ngidam sirup markisa dingin

Selama hamil, pertanyaan paling sering selain usia kehamilan adalah "NGIDAM APA?".  Sebelum saat ini saya suka bingung jawabnya, karena memang tidak ada hal khusus yang menjadi bahan ngidam.  Bahkan tidak makanan juga tidak minuman khusus.  kalaupun ada yang di penegen-in tidak melulu harus makan atau minum itu.

Tapi belakangan ini baru nyadar, pas masuk bulan ke-4 menuju 5, saya suka banget sama minuman sirup markisa, itu pun harus yang dingin ditambah es batu.  Rasanya tuh segeeeer banget.  Baru kali ini sejarahnya beli khusus sirup markisa, biasanya kalaupun punya adalah oleh-oleh dari Medan.



Jadi sudah beberapa minggu ini khususnya siang hari lagi panas-panasnya, setlah makan siang ditutup dengan segelas sirup markisa super dingin.  Biar makin mantab dan bergizi juga suka saya tambahkan potongan buah didalamnya.  Hummm...yummi!

Wassalam
JeungRirie

Pengalaman diserobot dalam berwirausaha

Akhirnya, saya putuskan untuk menuliskan pengalaman saya kali ini dalam berwirausaha.  Harapan semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang terjun di dunia usaha meskipun usaha kecil.
Bahwa ada etika dalam berusaha, tidak semua hal dihalakan.  Apalagi kita sebagai umat muslim, ada aturan-aturan yang mesti menjadi panduan dan batasan kita.

Ceritanya, saya bersama kakak saya menjalankan usaha busana muslimah, ada pakaian ada kerudung.  Kurang lebih sudah berjalan 3 tahuan-an.  Mayoritas kami memproduksi sendiri barang-barang dagangan kami sesuai garis desain kami, minat kami dan aturan syariat Islam yang kami yakini.

Bisnis pakaian adalah bisnis yang mengikuti trend terkini, jadi wajar adanya jenis kemiripan dan kesamaan produk antar sesama produsen.  Desain kita bisa saja dijadikan inspirasi produsen lain atau dicontek plek-plek pun adalah hal yang biasa.  Kami juga harus mengikuti perkembangan trend terkini untuk mengembangkan ide-ide desain produk kami.  Kalau mentok sama murni ide sendiri kadang memang kami pun harus menerapkan sistem ATM; Amati, Tiru dan Modifikasi.

Soal "mencontek" bukan hal asing dan salah pada beberapa sisi.  Hanya saja etikanya, mencontek produk orang lain tapi mbok ya di modifikasi lah seminimal-minimalnya, jangan plek-plek banget.  Tapi juga namanya dunia usaha, yah kadang kita memang tidak bisa mengontrol produsen dan pasar.  Tinggal pintar-pintarnya kita menerapkan strategi marketing penjualan.

Nah!  Terkait hal diatas, sekali lagi kalau terjun di dunia usaha, yang namanya jenis produk kita di contek kemudian diproduksi mirip-mirip harus siap dan terima, kecuali kita sudah mendaftarkan hak cipta, ini soal lain.  Tapi kalau di dunia bisnis pakaian, soal desain berhubungan dengan kreatifitas ide dan otak agak susah melibatkan hak cipta.  Jangan kaget jika kemudian kita bisa menemukan, HAH! EDAN! INI SAMA BANGET SAMA PRODUK GUE! Biasa ituuuu.... TAPIIIII kalau kejadiannya sampai seperti yang saya alami, pasti semua memang tidak akan habis pikir.  GELENG-GELENG KEPALA SENDIRI.

Ini kisah NYATA!  Seorang teman yang masih notabene tetangga saya, hanya pernah beli 1 kali jualan kami, itu pun juga karena kepepet sama tenggat waktu berangkat haji yang mepet.  Selebihnya, meski dia tahu banget bahwa kami menyediakan perlengkapan muslimah yang sejenis dia butuhkan (Syar'i item), tapi tak pernah dia membeli satu pun lagi setelah dulu.  Sampai disini sih tidak masalah, mungkin produksi kami bukan selera dia, atau budget dia nggak nyampe',, hehehe...

Keemudian, saya sempat kaget dibuatnya, ternyata dia memakai salah satu kerudung yang menjadi trend mark jualan kami.  Memang kami sebagai pelopor yang memperkenalkan model kerudung tersebut, tapi sekarang sudah mulai ada juga yang memproduksi dan jual selain kami meski belum banyak seperti kerudung umum lainnya.  Pertanyaan saya, Kalau dia memang suka "model kerudung" begitu kenapa dia tidak beli ke saya seperti teman-teman saya lainnya, padahal tinggal telepon atau lompat untuk mampir ke butik yang dekaaat dari rumahnya.  Mencoba positif nih, mungkin dia mau beli yang lebih murah harganya.  tak terlalu ambil pusing awalnya, karena kan kita tidak bisa memaksa pembeli.

Namun akhirnya terjawab sudah MENGAPA oh KENAPA nya, hehehe...
Salah satu jasa rekanan penjahit kami dalam memproduksi gamis dan kerudung melaporkan pada kami bahwa ada seseorang yang mengaku mengenal kami (bahkan dia mengaku dia tetangga kami) minta dibuatkan pula gamis-gamis dan kerudung yang mirip dengan produksi brand kami.  Kacaunya lagi untuk kerudung dia minta dibuatkan sekalian jika produk kami sedang masuk produksi, alias nebeng produksi dengan desain yang SAMA.  Tambahannya lagi, dia minta di-SAMA-kan harganya dengan kami.  Sementara harga yang diberikan untuk kami adalahharga produksi massal bukan pembelian sedikit.  Ya jelas berbeda dong?

"Kalau mau masuk produksi SALIHA, tolong dilebihkan jumlah proudksinya untuk saya sekalian!"==>NEBENG MBAK?
"Harga untuk saya di-SAMAKAN aja dong dengan SALIHA!".
Kata tetangga saya itu.

HAH? Sama!  Saya pun sama tercengangnya dengan anda yang hanya membaca, apalagi kami yang mengalami.

"Lho kalau mau yang sama kenapa nggak beli sama saliha aja sekalian mbak?", tanya rekanan saya yang sudah kami kenal lama sekali.
"Soalnya ini pesanan orang Bu!", alasan tetangga saya itu.
"Kalau sama persis dengan desain yang dibuat oleh SALIHA saya tidak bisa, kalau mau model lain saja!".

Rekanan kami bukan mengadu domba, bagi kami dia mencoba menjaga amanah customernya yang lebih awal dikenalnya dalam bekerja sama.  Dia menjaga kepercayaan kami, desain yang kami titipkan untuk tidak sembarangan dia berikan ke orang lain.  jangankan ke orang lain, jika itu desain dari kami, dia pribadi saja tidak akan menjual di tokonya.  Jadi dia berharap customer barunya, which is tetangga kami ini, harusnya bisa menilai bahwa rekanan ini amanah orangnya, jadi kalaupun dia mau bekerja sama dia bisa "tenang", desain dan produknya "aman".

Seperti yang saya bahas diatas, kami menyadari, dalam dunia bisnis contek-mencontek itu biasa.  Toh dalam Islam kami meyakini "RIZKI NGGAK AKAN LARI KEMANA" bagi orang-orang yang mau berusaha dan jujur.  Masalahnya, orang ini, tetangga sendiri, kalau mau tinggal pesan ke kami.  Kenapa harus repot bikin sendiri kalau dia bisa tinggal pesan.  Kalaupun untuk dijual lagi ada 3 cara, cara pertama pesan banyak ke kami, lalu akan kami beri harga khusus, cara kedua it's ok lah dengan rekanan kami juga untuk memproduksi barang dia, tapi jangan contek plek plek apalagi sampai nebeng, kreatif lah dengan ide-ide sendiri!  Cara terakhir kalau mau sama persis juga dengan kami, cari lah rekanan penjahit lain, ini lebih beretika.  Masa' iya sih sama tetangga apalagi teman satu jamaah haji serobot begitu.

Akhirnya, saya dan kakak saya serahkan saja sama Allah.  Dalam arti tak perlu kami ributkan dan pusingkan, sekali lagi bahwa rizki sudah diatur Allah masing-masing untuk hambaNya.  Biar saja orang tidak jujur, asalkan kita tetap pada jalur kebenaran.  Bahasa kerennya, kita tidak ambil pusing, mau dicontek, mau diserobot, silahkaaan.  Toh pada akhirnya dia sendiri yang malu dan mempertanggung jawabkannya sama Allah Ta'ala.

Alhamdulillah, rekanan kami amanah, dia tidak mau menerima yang sistem nebeng tadi atau kalaupun tidak nebeng minta dibuatkan desainyang sama persis.  Dia menawarkan untuk bawa desain sendiri atay disamakan dengan desain milik rekanan kami.  Mungkin sudah keburu malu "ketahuan" kami, dia pun memilih mundur.

Jujur, kami tidak masalah produksi kami dicontek, dengan begini syiar kami dalam busana muslimah akan semakin berkembang melalui tangan-tangan orang lain.  Tapi...tentu harusnya ada etika dan aturan.  Tapi kadang manusia tidak peduli, semua dihajar yang penting menguntungkan.

Sekian curhatannya kali ini.  Semoga kami dan kita semua bisa mengambil hikmah dari pelajaran ini.

Wassalam
Jeungririe



Sunday, June 8, 2014

Yuk! Tahsin Tilawah Al-Quran!

Sebagai muslim Al-quran itu adalah sumber hukum utama umat Islam hidup di dunia.  Al-quran yang dianugerahi Allah berbahasa Arab itu sangat diyakini mencakup segala hal aturan kehidupan dan segala ciptaan-Nya.  Untuk itu kita perlu dan harus membaca dan memahaminya.  Apalagi bacaan Al-quran juga kita gunakan dalam bacaan dalam sholat.

Tapi sebelum memaknainya kita pastilah harus bisa membacanya.  Dan bahasa arab itu sangat sensitif, salah penulisan, salah cara membacanya bisa membuat arti dan makna berbeda. Nah, sudah benarkah cara kita membaca Al-quran?

Untuk itu lah dibutuhkan TAHSIN yang artinya memperbaiki, memperindah, mempercantik.  Apa yang di-tahsin?  Tentu saja bukan Al-qurannya.  Al-quran tentu sudah sempurna tidak perlu diperbaiki lagi.  Tahsin adalah pada tilawah (cara kita membaca) Al-quran.  jadi yang perlu kita tingkatkan adalah TAHSIN TILAWAH AL-QURAN, memperbaiki cara kita membaca Al-Quran. 

Sehubungan dengan topik ini, kemarin sahabat saya bercerita bahwa dia menyadari sebagai seorang muslim dia masih jauh dari 'bisa' membaca Al-Quran.  Kalau membaca standar sih dia bisa, tapi berdasar pengakuannya, tajwidnya masih keriting alias tidak beraturan.  Sudah lama pula dia menyadari bahwa dia harus meningkatkan tahsin tilawah Al-Quran.  Hanya saja, pengakuannya pula, sebagai manusia seringkali terbentu oleh masalah waktu yang belum ada.

Sebenarnya bukan tidak ada waktu, tapi belum diprioritaskannya waktu khusus untuk meningkatkan kemahiran membaca Al-quran.  Sibuk & no time akan selalu jadi tameng dan tumbal untuk kita menunda-nunda suatu hal.  Tidak heran akhirnya keinginan baru sekedar di bibir saja.

Lain hal ketika kita bersungguh-sungguh, maka kita akan memprioritaskan waktu kita untuk suatu hal.  Alhamdulillah, sahabat saya ini akhirnya terketuk untuk serius dengan keinginannya.  Justru di saat dia tengah sibuk kembali bergulat dengan dunia kerja, dia memutuskan untuk memperbaiki bacaan Al-qurannya yang jauh dari ilmu tajwid tadi.

Sekarang, dia bersama adik dan keponakannya memanggil guru mengaji khusus guna merealisasikan hal tersebut.  Dua kali dalam seminggu mereka mengkaji ilmu-ilmu tajwid cara membaca Al-Quran dengan benar.  Semakin belajar diakuinya ternyata banyak ilmu yang belum diketahuinya.  InsyaaAllah, semoga dengan terealisasinya kembali belajar ini semakin mahir dalam tilawahnya.  Aamiin allahumma aamiin.

Sekarang...bagaimana dengan kita?;-)

Wassalam
JeungRirie

Anak itu amanah

Ada yang mengharapkan anak namun tak mudah mendapatkannya.
Ada yang dimudahkan tentunya sangat berbahagia.
Namun, menyedihkan, ada yang dimudahkan namun menyia-nyiakannya.

Lumrah jika baru menikah tak lama kemudian diberi berita bahagia, KEHAMILAN.  Sementara, "kami-kami" yang tak semudah itu, harus extra sabar menanti.  Sungguh, tidak mudah lho berada di posisi sebagai seorang suami-istri yang berumah tangga bertahun-tahun tidak diberi kemudahan selayaknya pasangan lain.  

Tapi sedih hati ini setiap kali mengetahui ada anak yang tak dikasihi dan di asuh oleh orang tua kandungnya dengan layak sesuai hak-nya.  Bahkan terbuang dari orang tua kandungnya dengan berbagai alasan.  Jika itu alasannya ekonomi kemudian diberikan hak asuhnya pada orang lain yang lebih berkecukupan, mungkin sedikit hati masih kita maklumi.  Namun jika alasannya demi menutupi aib, astagfirullah!  Entah lah, hanya Allah yang tahu!

Anak itu amanah, dia layak dan berhak mendapatkan pengakuan, penghidupan, sesuai yang diamanahkan Allah pada kita!  Jangan kita sia-siakan.  Wallahu'alam.

Bagi yang masih menanti, bersabarlah.  Terus berusaha, berdoa dan tawakal sama Allah.  Dia yang maha tahu kapan waktu terbaik bagi hamba-Nya.

Semoga, Allah memudahkan jalan orang-orang yang penuh penantian.  Dan semoga Allah segera membuka hati orang-orang yang menyia-nyiakan karunia-Nya.  baik-buruk anak tetap mahluk ciptaan-Nya yang diamanahkan untuk dirawat penuh kasih sayang, diakui, sesuai hak-nya.

Aamiin ya robbal alamiin.

Wassalam
JeungRirie

Friday, June 6, 2014

Hebohnya Pilpres

Sebelum membaca tuntas, PERINGATAN!  Ini saya tujukan untuk sesama Muslim.  Supaya no heart feeling dalam beragama.  Hargai, bahwa kami umat Islam memiliki ajaran yang harus melibatkan segala hal di jehidupan dengan landasan agama kami.

Gempita PILPRESS kali ini sepertinya lebih heboh dari sebelum-sebelumnya.  Apalagi calon yang di usung hanya dua orang, jadi versus to versus-nya lebih kena'.

Saya?  Sebagai bangsa negara yang baik tentu saya tidak mau ketinggalan.  Tapi saya juga tidak meninggalkan landasan agama yang saya anut, Islam-Rahmatan Lillahi alamin.  Pertanyaan saya sebelumnya, Duh, demokrasi kan bukan dari Islam, boleh tidak ya terlibat?

Alhamdulillah, semangat kebangsaan saya sejalan dengan apa yang diajarkan dalam agama saya.  Menurut banyak Ulama dan Ustadz yang saya amati pendapatnya, salah satunya oleh Ustad Firanda salah satu ulama besar dari Indonesia yang tinggal dan mengajar di Madinah, sudah disepakati oleh sebagian besar Ulama di dunia, bahwa dalam Islam, meski berada di negara yang tidak menjalankan konsep syariat Islam sekalipun, demi menghindarkan mudhorat yang lebih besar, maka diperbolehkan ikut dalam pemilihan umum.  (Untuk lebih jelas, soal dalil pendukug serta alasan-alasannya, saya tidak jabarkan, karena ini bukan bidang saya, silahkan googling.  Kalau pun masih ada yang tidak sepaham dengan saya, mari saling menghargai keyakinan dan keputusan masing-masing).

Back to laptop alias topik, soal gegap gempita pilpres. Nah, karena keyakinan saya agama membolehkan dan negara juga menganjurkan, maka saya putuskan bulat-bulat harus ikut (kembali) dalam pilpres kali ini.  Sebagai pemilih dan simpatisan saja, tidak lebih.

Permasalahannya, hanya ada 2 calon capres-cawapres, mau pilih yang mana nih?  Jujur, saya tidak merasa ada yang paling ideal jadi presiden Indonesia.  Tapi kan no body perfect, pasti ada kekurangan sana-sini.  Kesempurnaan hanya milik Allah kok.  Namun...kan ada kriteria-kriteria ideal tuh, minimal yang paling mendekatilah.

Kemudian, ideal menurut siapa?
Sebagai muslim, tentu PALING UTAMA IDEAL MENURUT ISLAM lebih dahulu sebelum ke kriteria ideal secara umum.  barokah sang pencipta dulu dicari baru lainnya.  Menurut saya lho.

Sekali lagi, sebagai hamba Allah, dalam agama Islam, TOLONG DIPAHAMI dan DIHARGAI! Dalam agama kami, kami harus menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap hal kehidupan, meski bukan hal yang berhubungan secara langsung ibadah sama Tuhan.  Meskipun itu soal politik begini.  Kalau ajaran agama lain atau kalaupun mengaku muslim kemudian tidak mau melandaskan nilai Islam dalam memilih ya monggo, sekali lagi pertanggung jawaban manusia itu sifatnya individu kok. ;-)

Sudah dapat pencerahan dari tausiyah ke tausiyah, secara singkat, kemduian dapat saya simpulkan, pilihlah calon yang paling mendekati syarat-syarat berikut :
Dalam Islam, pemimpin itu harus yang BERIMAN. Mencakup :

1. TIDAK MUSYRIK/Bukan pelaku SYIRIK : harus Islam alias tidak keluar dari Islam (berarti beragama Islam itu mutlak), tidak terlibat dalam hal-hal syirik, seperti : tidak meminta selain kepada Allah dengan meminta petunjuk ke orang yang sudah mati, menjalankan ritual-ritual yang menyalahi ajaran Islam lainnya.

Nyata  Tapi..kan kedua calonnya sama-sama islam?
Iya...tapi pilih yang paling jauh dari ritual-ritual ke-syirikan.

2. TIDAK MUNAFIK : ciri orang munafik ada 3, SATU jika berkata nyatanya dia berdusta, DUA jika berjanji dia ingkar, KETIGA jika diberi amanah dia KHIANAT.

Nyata : ah keduanya (katanya) masa lalunya banyak menyinggung hal-hal yang akhirnya menyebabkan mereka tergolong munafik.
iya....pilih yang paling kecil 'kenyataan' munafiknya.  Mana yang paling nyata-nyata bernah berkata tapi dusta, pernah diaksih amanah pemimpin tapi paling jelas khianatnya, ini sih tinggalkan aja.

3. MEMILIKI KEBERFIHAKAN PADA UMAT ISLAM : Sebagai negara yang berpendudukan mayoritas Islam, sudah barang tentu pemimpinnya harus berpihak pada Islam, tapi tentu tidak mendzolimi non-Islam (INI DUA HAL YANG BERBEDA LHO!).

Nyatanya : keduanya juga berpihak pada islam lah, kan sama-sama islam.
Iya, tapi siapa orang-orang disekeliling mereka.  Siapa pendukung-pendukung mereka.  Apakah tokoh-tokoh yang berpihak pada Islam atau bukan?  Partai-partai apa yang mendukungnya? Bukankah tim-nyakelak yang membantunya untuk memimpin negara tercinta ini?

NYATA :
mana ada tokoh se-ideal itu, mana ada tokoh se-BERIMAN itu.  EMANG NGGAK ADA! Minimal...yang paling mendekati, meski sedikiiiit pendekatannya, masa' iya tidak sama sekali barang secuil hal. (Pengamatan saya, ada kok capres & cawapres yang lebih mendekati ketimbang calon satunya lagi), jadi jangan putus asa dulu.

SELANJUTNYA...baru deh masuk kriteria lain, yang tentunya memperjuangkan dan berorientasi pada RAKYAT INDONESIA, BANGSA dan NEGARA ini.  Apa aja? ya bisa ketahuan dari VISI & MISINYA, latar belakang politiknya, pengalaman sebagai pemimpinnya, de el el.  Nggak ada waktu mencari tahu detail?  Ya nggak usah cari tahu men-detail, garis besarnya saja.  Selebihnya berdoa dan tawakal sama Allah, semoga siapa pun yang terpilih nanti amanah sama tugasnya, tidak asal lip service atau janji manis kampanye semata.  Aaamiiin.

Saya!  Yang berharap besar pada pemimpin negeri ini.

Wassalam
JeungRirie

Simpanlah untuk dirimu sendiri!

Entahlah apakah orang lain ada yang berpandangan sama dengan saya atau tidak.  Ini bukan suudzon atau berfikiriran buruk, tapi jika kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan benar, kenapa tidak memilih yang lebih baik?

Ada sebuah bisnis yang dijalankan dengan metode MLM.  Saya tidak akan membahas soal halal atau haramnya, bukan kapasitas saya,. Saya memiliki keyakinan yang membuat saya berkeputusan untuk tidak pernah terlibat dalam bisnis MLM.

Lalu yang menjadi perhatian saya adalah salah satu strategi marketingnya.  Salah satu media promosi yang mem-booming saat ini menggunakan media online. Dan, strategi dalam perekrutan member get member, para anggotanya seringkali memperlihatkan nilai dan bonus yang mereka dapatkan. 

"Gaji masuk nih, alhamdulillah!", ujar salah satu anggota sambil mem-posting nilai nomial yang masuk di rekeningnya.

Jika kita tidak bicara segi kemanusiaan dan agama, memang sah-sah saja.  Begitu lah memang dunia bisnis dan marketing khususnya bidang MLM.  Untuk merebut pasar, mendapatkan calon pembeli dan down line, harus dibuat kata-kata yang menarik minat.  Strategi dengan menyebutkan hasil yang didapat dari sebuah usaha untuk mendapatkan pembeli atau member selanjutnya.  

Tapi...kalau sudah sampai menyebutkan nilai tertentu, di-publish di umum seperti itu, kok ya naluri saya sebagai hamba-nya merasa ada ketidak sesuai dengan aturan kita sebagai mahluk yang dilarang untuk mempertontonkan sesuatu secara berlebihan.  Bahasa Islami-nya, jadi terkesan RIYA.  Meskipun saya yakini tidak semua mereka bermaksud untuk sombong melainkan hanya untuk memancing agar target mencapai member tercapai dengan iming-iming yang mereka sudah rasakan sendiri.  Buat saya, tetap saja, lebih baik simpan saja menjadi rahasia kita sendiri apa yang kita dapatkan.

Selain ada hal-hal lain, akhirnya membuat saya semakin yakin, bisnis tersebut tidak sesuai dengan pribadi saya.  Bukan sok alim, tapi, jika ada pilihan bisnis jenis lain yang lebih bermanfaat atau minimal lebih kecil mudhoratnya, maka lebih baik saya pilih yang lain.

Saya masih meyakini, cara berbisnis yang diajarkan Rasulullah, berdagang secara murni.  Manfaat yang dipromosikan adalah manfaat dari produk/jasa yang dijual, keuntungan yang didapatkan adalah sesuai dengan apa yang dikeluarkan.  Berapa nilai yang dikeluarkan pembeli, maka nilai sewajarnya pun akan didapatkannya.  Bisnis yang tidak perlu kita mengungkapkan berapa penghasilan saya dari berbisnis tersebut.  karena yang namanya usaha apsti akan ada untungnya, tidak pun dari segi rupiah, tapi pasti ada nilai-nilai untung lainnya.

Intinya, memang dalam menjalankan roda bisnis harus ada strategi marketing yang sesuai yang diterapkan.  Apa produknya, siapa sasaran marketnya, dimana berjualannya, apa medianya, bagaimana gimmick-gimmick yang dapat memancing dsbnya.  Tentu pakar marketing lebih paham.  Tapi....saya pribadi memiliki keyakinan bahwa jika ada pakem-pakem yang tidak sesuai pemikiran saya dan apa yang diajarkan agama saya, maka lebih baik saya hindarkan.

Ini pandangan pribadi saya.  Tidak bermaksud menyudutkan.  Jika orang lain masih berpandangan berbeda dengan saya dan tetap menjalankan usahanya di bidang MLM, silahkan. Karena pertanggung jawaban hidup juga secara individu.  Kalau pun saya yang salah menilai, itu juga tanggung jawab saya, begitu juga sebaliknya.  Wallahu'alam.

Wassalam
JeungRirie

Wednesday, June 4, 2014

Miskin ilmu bisa salah aplikasi!

Ada kejadian menarik hari ini yang meninggalkan hikmah bagi saya yang juga mudah-mudahan bagi pembaca blog saya.

Tadi siang, sepulang menghadiri pengajian rutin, saya bersama kakak nomor dua mampir ke sebuah mall.  Kebetulan sudah masuk waktu zuhur.  Mama kami pun langsung melipir ke mushola yang disediakan di area mall.

Setelah selesai menunaikan hingga akhir rakaat, mata saya dibuat membelalak oleh kehadiran seorang wanita yang tidak lagi muda juga tidak tua-tua amat tak jauh dari keberadaan saya.  Hal yang membuat saya terkejut adalah, wanita tersebut langsung sholat tanpa melengkapi tubuhnya dengan pakaian sholat seharusnya, yaitu tidak menutup secara sempurna seluruh aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan.  Bentuk pakaian yang digunakannya dan kaki yang "telanjang".

Memang pakaian sholat tidak harus mukena, asalkan syarat tadi sudah terpenuhi.  Masalahnya si wanita tersebut memang sudah berkerudung, tapi bagian bawahnya menggunakan celana panjang (tertutup sih tapi masih membentuk badan, dan ini bukan pakaian wanita, bukan pakaian syar'i, bukan pakaian sholat).  Paling mencengangkan adalah kakinya dibiarkan terlihat, tanpa kaos kaki ataupun sarung, atau apapun yang harusnya menutupi bagian kakinya.  Bukankah kaki adalah aurat?

Saya terkesima dan mengetuk hati saya menyadarkan, bahwa kita ini umat Islam ternyata masih banyak ketidaktahuan soal ibadah utama pada Allah Ta'ala.  Saya tidak merasa lebih tahu atau paling tau dibandingkan si wanita tadi.  Mungkin di satu sisi saya lebih tahu, tapi bisa jadi ilmu sholat dan ilmu agama lainnya dia lebih banyak tahu.  Maksud saya, pemandangan ini menjadi pelajaran tambahan bagi saya, bahwa sesungguhnya ilmu dan iman kita masih jauh dari benar.  Masih jauh dari apa yang dicontohkan Rasul.  Bukankah sebaik-baiknya petunjuk adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam?

Pantas lah kita diwajibkan menuntut ilmu tiada henti.  karena yang sudah dipelajari saja kadang masih belum tentu benar sumbernya, yang sudah dipelajari saja masih banyak lupanya, masih banyak nggak tau-nya, apalagi tidak mengkaji.

Ayo! Sama-sama kita makin rajin mengkaji, memperkaya diri dengan ilmu-ilmu syar'i.  Bisa dari buku-buku, internet, kajian-kajian offline, dll.  AYOOO MENGAJI!

Wassalam
Jeung Ririe

Monday, May 26, 2014

Rakyat juga jangan korupsi

Seringkali kita baca atau dengar perihal peringatan atau cenderung hujatan kepada pejabat pemerintahan soal KORUPSI.

"Sudah digaji kok korup?"
"Dasar pemerintah nggak bener! Cuma bisa makan duit rakyat!"
"Anggota DPR kok ya cuma bisa tidur! Korupsi waktu!"
dsb, dll, dkk.

Semua yang namanya korupsi cuma di identikkan pada pemimpin-pemimpin negara alias pemerintah, pejabat dan sejenisnya. Intinya, sebagai masyarakat, kita dengan lugasnya bebas kritik.
Terkesan sebagai rakyat sudah paling bener, sudah menjalankan tugas sebagai rakyat dengan benar.

Padahal?

Pengendara mobil dan sepeda motor, seringkali lampu lalu lintas masih merah tapi sudah diterobos.  Apalagi yang namanya angkutan umum, juara deh ugal-ugal-an di jalanan.
Lampu lalin masih merah, kendaraan-kendaraan terutama sepeda motor maju pelan-pelan melewati garis pembatas.  Lebih sering, blas! jalan terus.
Angkutan umum dan penumpang sama-sama se-enaknya, berhenti dijalanan yang bukan pada tempatnya, bahkan seringkali ditengah jalan, bikin laju kendaraan lainnya tersendat, bikin macet.
Buang sampah se-enaknya, nggak yang kaya, nggak yang hidup pas-pas-an sama se-enak bodong.
Taman kota sudah rapih, terawat nan cantik eh main se-enaknya diinjak-injak.
Bukan area perdagangan dijadikan tempat jual-beli, makan jalan.  Again!  Sampah bertebaran dimana-mana.
Duh, nggak akan selesai menuliskannya dalam satu waktu untuk mencatatkan kondisi rakyat kita yang sebenarnya menyedihkan.

Memang sikap-sikap seperti korupsi? Kan tidak merugikan negara?
KATA SIAPA?
Rendahnya kesadaran disiplin berkendaraan tentu saja merugikan pengguna jalan lainnya.  Satu angkot saja berhenti se-enaknya sudah merugikan kendaraan lain dibelakangnya.  Makan waktu, bikin macet, dan bikin dongkol hati.
Buang sampah bikin mata tidak sedap memandang, belum lagi bisa mengakibatkan banjir.  Masih bilang nggak merugikan rakyat lainnya?
Taman cantik dirawat bertahun-tahun diinjak, hancur dalam waktu satu hari, bagaimana Ibu Walikota Surabaya nggak ngamuk?
de el el, de el el.

Saya pun masih jauh dari rakyat sempurna.  Tapi, juga jangan cuma bisa menyalahkan pemerintah. Kita sebagai rakyat harus saling bekerja sama.  Mulai saja dari kehidupan kita sehari-hari dari yang terkesan sederhana.

;)

Wassalam
Jeungririe




Wednesday, May 21, 2014

Mimpi semalam

Tadi malam, saya mimpi indah sekali.  Tidak jauh-jauh tema mimpi dengan kondisi saya yang lagi hamil saat ini.  Saya mimpi melahirkan seorang bayi yang lucu berambut tebal.  Lucunya dalam mimpi tidak digambarkan apa jenis kelamin anak saya.  Hehehe..namanya juga mimpi.

Proses melahirkan dalam mimpi berlangsung secara normal dan tidak memakan waktu lama, kontraksi demi kontraksi sejalan dengan bukaan demi bukaan.  tau-tau sudah mbrojol alias melahirkan.  Aamiin allahumma aamiin semoga jadi kenyataan.  Bayi sehat nan lucu plus menggemaskan.  Ini sih harapan semua ibu-ibu di dunia yah?;-)

Mimpi tersebut dilengkapi adegan-adegan saya menggendong bayi saya.  Disitu saya terlihat agak kerepotan dikarenakan kondisi tubuh bayi saya yang montok tidak kurus.  Wajahnya pun bulat dengan pipi yang tembem kemerah-merahan.  Lucu sekali.

Bulan berganti bulan hingga menjadi batita menggemaskan dan pintar.  Anak saya digambarkan cepat belajar bicara.  Kata demi kata meluncur dengan mudah dari bibirnya ketika saya ajarkan.

Indahnya mimpi semalam.

Semoga Allah memudahkan proses kehamilan saya hingga saat melahirkan tiba pun dimudahkan.  Ibu dan bayi sehat, hingga makin lengkaplah hidup ini dengan kehadirannya.  Aammiin yaa Robbal alamin.

Wasalam

Monday, May 19, 2014

KEHAMILAN TRIMESTER 1

Bismillah!

Jangan tanya bagaimana rasanya akhirnya (kembali) ditakdirkan hamil.  Bahagiaaa...tak terkira.

Alhamdulillah, syukur tiada hingga pada Allah azza wajalla atas salah satu karunia besar-Nya ini.  Saya bahkan sulit menggambarkan bagaimana rasanya, sangking bahagianya.  Bayangkan saja keadaan saya sampai sebegitu bahagianya, yaitu bersama suami menikmati pernikahan di tahun ke-enam baru ditakdirkan akan kehamilan.  Sungguh penantian yang tidak sebentar.

Mungkin ada pasangan suami-istri yang lebih lama penantiannya dibandingkan kami, tapi saya percaya sesungguhnya mau sebentar atau lama penantian, kehamilan dan kehadiran anak adalah penambah pelengkap kebahagiaan dalam berumah tangga.

Sekarang saya mau bercerita tentang masa-masa selama kehamilan trimester pertama, yaitu usia kehamilan 1 hingga 3 bulan.  Kalau saya ditanya, masya Allah sungguh tidak mudah ternyata menjadi ibu hamil apalagi di awal-awal bulan.  Mungkin ini alasan Allah baru mengabulkan doa kehamilan ini, saat ini  bisa jadi waktu saya baru sanggup menjalaninya.  Tahun-tahun sebelumnya mungkin saya tidak sanggup dengan segala kondisi lain dalam kehidupan saya.  Wallahu'alam.

Namanya masa hamil muda akhirnya benar-benar penuh tantangan, terjadi dan saya alami.  Mual, rasa eneg, selera makan turun drastis hingga muntah jadi bagian dari masa hamil muda saya ini.  Sungguh aneh, masa ini tidak ada jenis makanan yang bisa memancing nafsu makan saya, semua terasa pahit dan tidak enak.  Anehnya, gaya makan saya persis seperti saat saya sedang dalam masa diet dulu.  Sedikit banget!  Itu pun saya paksakan makan agar gizi untuk ibu dan janin tetap terjaga.  Kalau 'ngikuti nafsu mah mungkin tidak makan.

Syukurnya, saya tidak mengalami yang namanya muntah tak berkesudahan seperti layaknya wanita hamil pada umumnya.  Menurut cerita orang-orang berpengalaman hamil, kondisi saya yang jarang muntah adalah sebuah hal yang patut disyukuri.  Karena saya memang jarang muntah, meski keinginan dan rasa ingin muntah itu sering dan kerap kali datang.  Hanya saja, saya juga tidak mengerti kenapa susah sekali saya memuntahkan makanan, padahal rasa eneg, mual dan ingin muntah itu sudah diujung tenggorokan.  Alhasil, supaya lebih nyaman, kadang saya "bantu" dengan sedikit mencolokkan jari.  Oups!  Hehehe...it's bad idea, tapi setidaknya lumayan berhasil, sebab kalau sudah dimuntahkan, mulai dari perut hingga kerongkongan akan terasa lega.  Cuma jangan ditiru!  Do not try this at home! :D

Semua cobaan di trimester awal ini mengakibatkan berat badan saya tidak bertambah.  Syukurnya tidak berkurang.  Biasanya di trimester ini ibu hamil rata-rata berkurang berat badannya.  Tertolong karena saya tidak terlalu sering muntah.  Hanya saja saya sungguh jadi manusia tak berdaya.  Karena lemas (mungkin karena kurang kuantitas makanan) jadi "kerjaannya" hanya di tempat tidur.  Mengendap di kamar juga karena saya menghindari bau-bauan yang bisa semakin menganggu nafsu makan saya.  Belum lagi gangguan maag dan perut kembung yang jadi teman setia makin membuat ketidaknyamanan semakin menjadi.

Jika sudah berkutat dengan seni hamil muda dan bisa berujung keluhan, cepat-cepat saya istigfar.  Saya harus ingat bahwa ini adalah hal yang diimpikan selama ini.  Dan setiap pilihan ada resiko.  Apalagi resiko ini adalah naluriah dialami oleh setiap wanita hamil.  Mual dan muntah justru adalah pertanda perkembangan kehamilan yang sehat.  jadi dibalik rasa kurang nyaman, sesungguhnya saya bersyukur mengalaminya.  Mengalami kehamilan dengan segala seni yang mengitarinya.  Alhamdulillah!  It's ok deh bersusah-susah demi impian jadi nyata.  Sepanjang saya dan janin sehat, insyaa Allah saya ikhlas menjalaninya.  Modalnya cukup sabar dan tawakal saja sama Allah. Toh, masa ini pada umumnya akan berakhir begitu memasuki trimester kedua.  Insyaa Allah!

Semoga, Allah menjaga kesehatan saya dan janin ini hingga tiba masanya melahirkan nanti.
Semoga saya juga selalu dikuatkan dengan segala resiko kehamilan.  Aamiin yaa Robb!

Bukankah ini adalah salah seni dan pelajaran menjadi seorang ibu?
Siti Hajar dulu menjalani kehamilan anaknya Ismail jauh lebih berat.  Apalagi saya yang "cuma" segini doang?  Insyaa Allah kuat.  Aamiin allahumma aamiin.

Wassalam
Ririe Bachtiar

No excuse! Kembali Menulis!

Astagfirullah!
Saya ingkar janji pada diri sendiri.  Komitmen untuk disiplin menulis tidak terealisasi dengan baik.
No excuse selain malas dan terjebak comfort zone.

Bagaimana mau mahir menulis jika tidak terus diasah, kalau begini terus.  I have to change! Saya harus berubah!  Insyaa Allah dengan izin dan ridho Allah Ta'ala.

Untuk apa lah blog ini "dilahirkan" jika tidak di aplikasikan secara maksimal.  Padahal pernah berjanji pada diri sendiri untuk konsisten menulis.  Bukankah itu cita-cita diri, ingin berbagi hal-hal positif dan bermanfaat?

Sudah cukup bermalas-malasan dan menunda, sekarang saatnya aktif kembali menulis.

I'm back, yes people, I'm back!

Melalui tulisan, bismillah, dengan izin-Nya..
Semoga saya dapat membagi hal-hal positif dan bermanfaat.
Semoga menulis dapat menjadi wadah pembelajaran diri, karena untuk menulis saya harus "berpengetahuan" dulu atas apa yang mau ditulis.
Semoga saya bisa menginspirasi.
Aamiin allahumma aamiin.

Wassalam
Ririe Bachtiar

Thursday, February 20, 2014

Test Pack Dua Strip

Akhirnya masa terima raport pertama tiba jua yaitu hari ini tanggal 20 Februari 2014.
Dokter Obgyn saya sudah berpesan agar testpack jika terlambat haid sekitar 2 minggu setelah pembuahan. Sebenarnya jika siklus 28hari sampai dengan kemarin saya sudah telat 4 hari, tapi sabar mennggu hingga hari ini seperti tangal yang disarankan dokter.

Sejak beberapa malam mendekati hari H sudah susah tidur. Jujur! Kepikiran apa hasil testpack saya kali ini, akankah sesuai harapan. Apalagi tadi malam, sebentar-sebentar terbangun. Mau memejamkan mata lagi sulitnya bukan main. Hingga akhirnya waktu itu (pagi hari ini) akhirnya tiba juga.

Sedari awal saya sudah memutuskan memang akan melakukan testpack pagi hari setelah semua rutinitas subuh saya selesai. Sudah sholat, sudah dzikir-an, sudah tilawah Al quran, sudah menyiapkan sarapan papa, sudah tidak ada kegiatan "wajib" lainnya sehingga saya bisa focus dengan "deg2an momen" ini.

Setelah minum air putih hampir tiga gelas supaya kebelet pipis, akhirnya sekitar jam 6 lewat saya bergegas menuju kamar mandi.  Perasaan campur aduk, deg2an banget.  Bibir ini hanya mampu berucap basmalah, "Bismillah".

Dua buah test pavk model strip dan compact pun sudah siap ditangan.  Setelah melalui prosesi testpack, saya letakkan kedua testpack diatas tutup tempat sampah mini berwarna pink. Saya duduk ala jongkok menanti hasil test pack. Duh! Beneran deh jantung saya berdetak tak karuan rasanya.

Tadinya ma mennggu saja beberapa menit, tapi mata saya tak kuasa menghindar dari proses berlangsungnya test pack.  Awalnya hanya satu garis, mata saya dekatkan ke kedua testpack, mulut komat-kamit nggak berhenti berdoa, tentu saja berharap ada garis lain yang muncul.  Hingga akhirnya mata saya menangkap ada samar-samar gaus kain yang muncul, MasyaAllah! APakah in pertanda baik?

Alhamdulillah beberapa detik kemudian dua strip jelas terbaca di kedua testpack. Awalnya hanyanyanga compact yang jelas sementara yang jenis strick strip kedua samar-samar. Tapi lama kelamaan nampak jelas ada dua strip.  Saya pun spontan keluar kamar mandi menuju karpet kamar untuk segera melakukan sujud syukur.  Terimakasih ya Allah ahri ini Kau berikan jawaban sesuai harapan kami semua.

SAYA HAMIL! Setelah penantian hampir 6 tahun kurang 1 bulan.  Sepenuhnya karena kuasa Allah Ta'ala.

Harapan saya dan kami sekeluarga insyaAllah kandungan ini semoga sehat selalu hingga persalinan pun lancar.
"Rabbi habli minassholihiin", "Ya Allah! Kruniakan lah kami anak-anak yang sholeh!", Aamiin Allahumma Aamiin.

Segala puji dan syukur hanya pada Allah Ta'ala atas Rahmat dan karunia-Nya selalu tiada putus, khususnya akhirnya Kau berikan hadiah indah ini.
Rasulullah atas petunjuk-petunjuknya, khususnya mencontohkan dalam kesabaran. Semoga ini buah kesabaran yang kau ajarkan.
Terimakasih untuk suamiku tercinta atas dukungan, cinta, kasih sayang dan kesabarannya bersama-sama dalam menjalani rumahntangga ini, insyaAllah ini jawaban penantian kita.
Kedua prang tia, Mama dan papa, Bapak mertua, keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua.  Doaakan lagi saya dan calon bayi ini sehat2 yah! Aamiin.

*speechlessmoment

wassalam


Friday, January 17, 2014

Teroris itu bukan Islam

Kemarin, ketika dalam perjalanan jalan-jalan ibu komplek, saya dibuat terkejut dan terkesima akan pernyataan sekaligus pertanyaan seorang teman di sebelah saya.  Teman saya itu kebetulan beragama non Islam.  Atas pernyataan dan pertanyaannya saya yakin merupakan perwakilan dari orang-orang non muslim lainnya kepada kita umat Islam.

"Jujur sebenarnya saya kagum saya muslim, penampilan orang islam terutama perempuannya yang sebenarnya itu kan selalu rapih, tertutup atas sampai bawah, sopan dan anggun.  Hidupnya disiplin terlihat dari sholatnya yang tertib 5 waktu, dan orang Islam yang saya kenal kebanyakan ramah dan penolong.  Tapi, kenapa ya ada yang terlalu fanatik sama agamanya terus jadi teroris gitu Mba? Kan jadi merusak citra Islam", ujar teman sayabyang notabene tetangga saa itu.

Tidak salah juga ya kenapa beliau sampai beropini demikian.
SATU, media dunia memang lebih banyak menyampaikan ISLAM hanya dari sisi "kerjaan" (yang katanya) para Teroris itu.  Padahal apa yang diberitakan belum tentu benar.  Sementara (begitu banyak) sisi positif dari umat Islam jarang diekspos media dunia (juga media lokal).  Tidak heran dunia hanya kenal Islam seakan tukang bom.  Hiks!
Kurangnya informasi tentang Islam secara adil dan nyata membuat orang semakin sinis dan berfikir negatif pada umat Muslim dan agama Islam itu sendiri.

DUA, Orang Islam nya sendiri yang kurang mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupannya secara benar dalam kehidupan sehari-hari.  Sehingga orang menilai perilaku seseorang jadi dikaitkan dengan agamanya.  Misal nih, seorang petinggi elit partai Islam yang disangka terlibat korupsi, yang cenderung disudutkan adalah label beliau sebagai Da'i dan partai Islamnya. "Kok islam begitu sih?".  Kenapa jadi bawa-bawa Islam-nya ya?

Jadi, ketika pertanyaan di atas muncul dari teman saya, saya harus memutar otak dalam-dalam.  Saya berfikir kuat Jawaban apa yang harus saya katakan.  Jawaban yang harus menjawab pertanyaannya tanpa membuatnya mengernyitkan dahi alias bisa dipahami dengan jelas.  Sekaligus jawaban yang mampu mengenalkannya Pada Islam sebenarnya, merubah paradigma berfikirnyabtentang orang Islam sebelumnya.  Saya fikir ini bisa menjadi salah satu peluang bagus mengenalkan Islam sebenarnya pada non muslim terdekat saya.

"Saya percaya setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, khususnya agama yang saya yakini, Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan pada setiap mahluk Tuhan, tanpa terkecuali", ujar saya membuka jawaban.  Teman saya tersenyum dan mengangguk-angguk seakan pertanda dia setuju jawaban pembuka saya.

"Hanya saja, ada orang-orang yang salah dan gagal dalam memahami ajaran agamanya sendiri.  Itu bukan golongan fanatik, tepatnya orang-orang yang melenceng dari apa yang dia yakini.  Memaknai ajaran agama melalui pemikirannya sendiri bukan menyeluruh.", kembalineman saya menangguk-angguk nampak makin mengerti.

"jadi, mereka ngaku Islam tapi bertingkah nggak sebagai orang Islam ya?", tambah teman saya itu.  Kemudian saya yang bergantian menganggukkan dagu berulang mengiyakan pertanyaannya.

"Bener banget! Islam itu menganjurkan umat muslim selalu berkasih sayang, bersikap baik pada setiap orang lho. Jadi, kalau ada manusia yang berlaku jahat katakanlah seperti para teroris itu, percayalah mereka bukan melakukan apa yang diajarkan dalam Islam.  Tau nggak, bahkan dalam Islam kami dilarang membalas kejahatan dengan kejahatan.  Nabi kami mengajarkan, jika orang berlaku tidak baik sama kita, balas dengan kebaikan atau minimal doakan dia, bukan dengan keburukan juga, karena kalau balas dendam, apa bedanya sama orang itu. Ya nggak?"

"Jadi, kalau mereka Islam beneran, Kok ya membunuh masal sembarang tempat yang bisa saja target terbunuh bukan cuma non islam bahkan orang islam itu sendiri.  Agama Islam tidak mengajarkan menyakiti orang lain apalagi saudara sendiri.  Masuk akal nggak?", kembali teman saya mengangguk-angguk.

"Islam itu seperti ini lho, seperti saya sama kamu sekarang, islam berkasih sayang sama tetangga, duduk bersama bukan dalam hal ibadah, Islam itu tolong menolong, islam itu damai", tambah saya lagi sambil membelai pundak teman saya itu ditambah senyum manis saya, hehehehe...

"Jadi, kalau misalnya ada orang dari agama kamu mencuri, saya nggak lantas berfikir OH KRISTEN NGAJARIN MENCURI. Tapi saya beropini bahwa MANUSIA INI DODOL NGGAK BISA MENGAMALKAN AGAMANYA DENGAN BAIK.  Begitu juga dengan para teroris itu, yang salah adalah diri mereka sebagai manusia bukan agama Islamnya yang salah.  Karena Islam adalah agama fitrah, mulia, mengajarkan nilai-nilai kebaikan!".

"Iya jadi bukan ajaran Islamnya ya yang salah tapi manusianya yang nggak bener!", jawab teman saya akhirnya menyimpulkan dengan sendirinya.

"Bener banget!", jawab saya mengedipkan sebelah mata saya menyetujui pendapat teman saya itu.

"Islam itu kayak kamunyah? Baik dan sholeh!".

DANG! Kali ini saya tak dapat menjawab selain mengucapkan ALHAMDULILLAH dan tertegun serta takjub.  Bukan, bukan ke-GR-an, masih jauh lah saya dari kategori-kategori sholeh(ah), tapi baru sedikit saja dia mengenal saya dia bisa menyimpulkan demikian, itu karena dia tidak tahu betul bagaimana Islam.  Kalau dia tau, pasti dia akan jawab : "wah kamu masih jauh dari kesempurnaan agamamu ya Rie?".  Tentu saja, karena kita ini hanya mahluk ciptanNya yang terus berproses mendekati nilai-nilai ajaranNya.  Tapi, semoga pujian itu semoga dapat menjadikan saya dan kita semua terus memperbaiki diri.

Sisi baiknya, dengan baik orang menilai kita, maka secara tidak langsung kita menjadi marketing promosi bagi agama kita sendiri, bisa menjadi ladang dakwah kita secara tidak langsung.
"Oh begitu sehausnya menjadi muslimah yah?".

Yuk kita terus meningkatkan kualitas diri, dunia bertujuan akhirat.  InsyaAllah.

Wassalam
Jeungririe

Thursday, January 16, 2014

Saat tetangga saya bukan Islam

Tetangga saya bukan muslim. Semoga bisa menjadi ladang dakwah bagi saya dan suami, mengenalkan Islam yang ramah, indah dan bersahabat tanpa mengorbankan akidah dan tauhid, Aamiin yaa Robb.

Sudah hampir dua minggu saya dan suami menempati rumah baru kami yang sebenarnya sudah setengah tahun untuk siap dihuni.  Hanya saja karena beberapa alasan penting yang membuat kami baru bisa pindah tepat di awal tahun 2014 ini.  Alhamdulillah.

Sejak awal membeli tanah saya sudah tahu bawah tetangga kiri lompat satu lahan tanah kami adalah non muslim tepatnya beragama nasrani.  Kami sudah berkenalan dengan tetangga kami yang keturunan etnis Cina tersebut sejak kami memantapkan hati untuk membangun rumah di tanah yang dibeli sekitar 5 tahun lalu itu.  Karena sudah kadung cinta sama lokasi tanah maka perbedaan agama dengan tetangga terdekat bukan halangan untuk kami melanjutkan proses pembelian tanah kala itu.

Lima tahun dari proses pembelian tanah, kami putuskan untuk membangun rumah di lahan kosong tersebut.  Kemudian kembali saya dapatkan info bahwa tetangga depan rumah agak geser 2 lahan kavling rumah juga beragama bukan islam melainkan hindu.

Kemudian...masalah gitu?

Dalam Islam, kita memang diharuskan bersahabat dengan saudara seiman seakidah, namun bukan berarti kita menghindari berkehidupan sosial dengan yang berbeda ketauhidan jika memang keadaan terkondisikan demikian.  Dan perbedaan juga tidak lantas membuat kita tidak berkasih sayang lho.  Bahkan Allah menyuruh kita berkasih sayang dengan setiap insan manusia, tanpa terkecuali.  Karena itu lah Islam sesungguhnya, agama yang ramah, kasih sayang, lemah lembut dan saling tolong menolong.

Hanya saja, dalam ranah ibadah dan akidah kita harus tetap berpegang teguh pada firman Allah dalam surat Al Kafirun :

2) Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah
3) Dan kamu bukan menyembah apa yang aku sembah
4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5) Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah apa yang aku sembah
6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku

Saat tetangga saya merayakan natal, saya tidak mengucapkan selamat juga tidak bertamu ke rumahnya, karena natal tentu saja bukan perayaan agama Islam dan hal itu sudah masuk dalam ranah ibadah, maka sebagai muslim sudah sepatutnya saya tidak perlu saya terlibat didalamnya.  Tapi tidak membuat saya berhenti bersosialisasi, beramah tamah, lemah lembut sama tetangga.

Buktinya, ketika beliau mengajak saya untuk menemaninya ke acara sosialisasi alias jalan-jalan ibu-ibu komplek, saya dengan senang hati menemani beliau yang rencananya akan berlangsung besok.  Padahal kalau saya menolak pun masih cukup beralasan mengingat acara tersebut diadakan oleh RT lain bukan RT tempat saya berdomisili.  Tapi menyenangkan hati tetangga sekaligus bisa jadi ajang silaturahim dengan tetangga lainnya kenapa tidak? Ya kan?;)

Intinya bagi saya, justru bertetangga dengan yang bukan Islam bisa saya gunakan sebagai bentuk syiar dan dakwah saya tentang Islam.  Semoga mereka bisa menilai bahwa perempuan ini yang penampilannya identik dengan baju dan jilbab kedombrongan alias lebar-lebar ini adalah sosok perempuan muslim yang ramah, suka memberi, tolong menolong, selalu tersenyum penuh kelembutan.  Hingga insyaAllah mereka bisa menyimpulkan, "Oh begini ya Muslim sebenarnya, meski nggak pernah ngucapin natal atau ikut merayakan bareng tapi baik dan ramah serta penolong!". Indahkan?

Bukan! Ini bukan misi tentang terhadap diri saya sebagai pribadi tapi ini syiar saya tentang agama saya, Islam.  Hanya karena Allah Ta'ala.  Allah memang tak minta hambanya membelanya, tapi adalah kewajiban setiap muslim menegakkan agamanya.  Salah satunya menunjukkan ahlak muslim sebagaimana mestinya.  Antara lain menjadi tetangga yang baik, ramah, helpful dan berkasih sayang.


Wednesday, January 15, 2014

Komitmen Menulis dan Tulisanku dalam buku

Hari ini saya harus menuntaskan satu tulisan wajib dan dua tulisan hutang pada blog ini. Jadi total hari ini saya harus "setor" tiga tulisan dalam blog.  Dan tulisan ini setoran tulisn kedua setelah sebelumnya sudah setor sebuah tulisan.

Tahun ini saya berkomitmen mau disiplin menulis sehari minimal satu tulisan.  Tujuannya, saya mau melatih hobi menulis hingga bisa jadi terampil suatu saat.  Selain itu tentu saya ingin berbagi pemikiran-pemikiran dan ilmu yang saya miliki.

Menulis salah satu hobi yang belum konsisten saya perdalam.  Sejak SMP dan SMA saya sudah senang berkhayal dan menorehkan kata-kata dengan pena hingga sekarang jaman canggih di laptop ataun blog.  Hanya saja saya masih 'suka-suka gue' melakukannya.  Jadi bisa dikatakan, kemahiran saya bergerak lambat sekali dalam menulis karena jarang diasah.

Maka ketika salah seorang sahabat mengajak saya menulis buku kemudian menjadikan saya penulis tamu dalam bukunya, gelora menulis saya kemali menyala dan berapi-api.  Jiyyeeee rada lebay kalimatmya.  Tapi memang saya jadi semakin bersemangat.  Semoga ini saatnya menulis menjadi bagian diri saya berkontribusi secara positif dalam hidup, sehingga bisa menebar manfaat bagi orang lain.  Aamiin.

Kembali soal buku, seperti cerita saya diatas, akhirnya buku berjudul TRUE HIJAB itu terbit.  Meski diterbitkan secara indi, suenangnyaaaa bukan main.  Karena, jujur membuat buku salah satu mimpi saya tapi saya selalu tidak percaya diri dengan kemampuan saya.  Namun melalui kerja keras sahabat saya bernama Siti Sofiah akhirnya yang mimpi bisa jadi nyata.

Keterlibatan saya dalam buku ini memang hanya seujung jari, tapi melalui Siti, Mba Asri (editor buku) dan buku itu sendiri akhirnya menyadarkan saya kembali percaya diri, bisa menulis dan berkarya asal ada kemauan dan aksi.  Basmalah, semoga ridho Allah saya bisa kembali mewujudkan buku saya sendiri suatu saat nanti.  Aamiin yaa Robb!

Buku ini digagas oleh Siti Sofiah dan mba Asri yang mengajak anggota belajar menulis milik mba Asri untuk mengkaryakan keahlian menulis kami para penulis baru menjadi sebuah buku dengan tema HIJAB SYARI.  Buku ini bercerita tentang pengalaman muslimah-muslimah berhijab syari, baik itu dalam prosesnya maupun pengalaman dalam penggunaannya dalam keseharian.  tujuan kami menuliskan tema ini, semoga dapat menjadi ladang dakwah dalam mensyiarkan berbusana sesuai syariat Islam.  Wallahu'alam.  

Tuhkan benar, bahwa menulis dapat menjadi ajang menebar manfaat.  Jadi selain berdagang melalui label busana syari SALIHA, saya juga mau bermanfaat bagi orang banyak melalui tulisan, Aamiin.
Yuk menulis!

Wassalam
JeungRirie

Tuesday, January 14, 2014

Majelis Taklim Saliha, Terwujud!

Jujur! Hari ini saya bahagia sekali. Bukan karena dapat uang, kado atau sesuatu yang bersifat materi lainnya.  Tapi hari ini salah satu mimpi saya mengadakan kajian islam sesuai sunnah Rasul di rumah saya terlaksana.  Bonusnya selain setimpal ilmu saya juga mendapat teman-teman baru.  Indahnya silaturahim bukan?

Jadi ceritanya semenjak mulai aktif (meski belum kategori rajin) ikut kajian-kajian Islam, saya tersadarkan bahwa saya miskin ilmu.  Karena merasa miskin saya semakin haus ilmu.  Jadi saya selalu bersemangat mengikuti kajian-kajian khususnya yang berkesesuaian dengan syariat Islam yaitu bersumber dari Kitabullah-Alquran dan sunnah rasul sertq salafus sholeh.

Kendalanya adalah masih sedikitnya majelis taklim sesuai sunnah rasul yang rutin diadakan di daerah tempat saya tinggal.  Maklum saja, tinggal di Jakarta, jarak dan waktu bisa jadi kendala.  Ada kajian rutin sesuai diatas tapi agak jauh, harus berteman macet.  Kalau ada yang dekat kan bisa menambah semangat, apalagi bisa menjadi tuan rumah.  Bukankah Allah memberi pahala khusus bagi orang-orang yang menjadikan rumahnya sebagai tempat kajian ilmu.  Aamiin Yaa Robb!

Maka salah satu hajat saya jika sudah pindah rumah ditempat baru saya mau menjadi wadah  tempat menimba ilmu syari.  Menuntut ilmu islam supaya dalam berkehidupan sesuai tuntunan yang dicontohkan Rasul, bukan berdasarkan apa yang sudah biasa ada dalam masyarakat meski mengatasnamakan islam padahal tidak jelas sumber hukumnya atau hanya berdasarkan budaya apalagi kebiasaan negara atau kota atau suku tertentu. Ilmu dari Ustad yang bicara atau membagi ilmu mampu melampirkan sumber-sumber hukum yang shahih dan dapat dipertanggung jawabkan, yaitu Quran dan hadist.  Ustad-ustad yang ketika menyatakan hukum ini dan itu tahu suratnya dari Quran surat berapa dan ayat berapa, dari hadist shahih kah,  lemah kah atau palsu kah dan tentu saja dari kitab apa..

Pada awalnya sempat ada ketakutan hingga deg-deg-an takut jamaahnya sedikit, maklum ini perdana bagi saya membuat taklim kajian sendiri.  Untuk itu Saya harus melibatkan orang lain, saya tidak 'kerja' sendiri.  Saya ajak salah seorang sahabat saya berkolaborasi, kebetulan dia juga termasuk orang awam yang sedang haus ilmu syari yang memiliki teman-teman yang juga tertarik memperdalam ilmu islam.  Melalui sahabat saya ini, saya minta dia mengajak teman-temannya yang notabene ibu-ibu dari anak-anak teman sekolah anak sahabat saya itu ditambah beberapa orang teman saya, akhirnya hajat awal kajian itu terlaksana juga hari ini sesuai harapan.  Alhamdulillah.

Semalam sebelum hari H, para jamaah kajian sudah konfirmasi untuk datang, setidaknya cukup melegakan hati saya.  Namun Kekhawatiran saya muncul lagi pada pagi hari di hari H. Tiga jam sebelum jadwal kajian dimulai, hujan deras membasahi daerah Pondok Kelapa, tempat saya tinggal.  Langsung setan seakan berbisik ditelinga saya dan hampir saja membuat saya mau menyesali turunnya hujan karena sempat ada ketakutan jamaah tidak jadi datang.  Kemudian saya tersadarkan bahwa hujan kan juga rahmat Allah, kalau Allah meridhoi kajian ini mau hujan atau panas terik sekalipun pasti tetap akan berlangsung, kalau Allah tidak ridho, pasti ada maksud terbaik mengapa kajian jadi batal.  Karena hujan atau bukan hanya perantara cara Allah "mensukseskan" atau "membatalkan.  Kemudian cepat saya istigfar dan berdoa meminta ridhoNya agar kajian ini tetap berlangsung.  Soal hujan atau tidak terserah Allah bagaimana baiknya, kan Dia lebih tahu yang baik atau tidak bagi setiap mahlukNya. Wallahu'alam.

Alhasil, kurang lebih satu jam sebelum acara berlangsung, eh si hujan berhenti seberhentinya tidak juga menyisakan rintiknya.  Alhamdulillah-nya lagi, pas jam 9 pagi sesuai waktu yang diagendakan satu persatu jamaah kajian mulai berdatangan.  Pada akhirnya beberapa menit setelah itu akhirnya kajian pun kami mulai.  Terimakash, Alhamdulillah ya Allah, segala puji hanya bagiMu.

Bukan hanya jadinya kajian ini berlangsung yang membuat saya bahagia, juga senangnya hati saya melihat antusias jamaah menimba ilmu.  Mereka serius mendengar tiap ilmu yang disampaikan Ustad dengan tangan sibuk mencatat tiap sumber yang disampaikan Ustad.
"dicatat ya bu surat dan ayat Quran yang saya sampaikan.  Karena setiap ilmu harus ada sumber yang jelas.  Agar ibu-ibu tahu yang saya sampaikan bukan kata saya lho, tapi firman Allah dan sunnah Rasul!", ucap Ustad memperingati.

Harapan saya, kajian majelis taklim yang saya namakan Majelis Taklim Saliha ini bisa rutin diadakan sebulan 2 kali atau minimal sebulan sekali, supaya terjaga diri kita sebagai muslim yang sesuai syariat tentu dedngan terus bertambahnya ilmu, agar tak putus semangat dan otak ini berilmu.  Semoga rumah dan diri saya dapat menjadi wadah menimba ilmu sahabat-sahabat muslimah.  Semoga ini dapat menjadi ladang dakwah saya, Aamiin yaa Robb!
Mau ikutan?