Nah, saya pikir 2 malam dirawat yang
pertama itu cukup, sudah bisa bernafas normal, maag agak membaik, lalu perut
sudah agak mengempis sedikit, diperbolehkan pulang tinggal menunggu sembuh
dengan sendirinya. Karena pesan
dokter cukup banyak makan putih telur dan minum yang banyak. Bukannya bandel tapi makanan benar-benar
suSah masuk, apalagi harus makan telur, mau muntah rasanya. Alhasil, baru sehari dirumah saya
kembali dilarikan ke rumah sakit karena sakit di ulu hati yang makin menjadi
serta masih agak sulit bernafasnya ‘kumat’. Perawatan kedua ini agak lebih lama dari yang pertama, jika
yang pertama 2 malam, yang kedua ini 3 malam. Beda sehari tapi cukup menyiksa, karena kali kedua ini saya
mesti menggunakan kateter untuk alat pipis, beneran deh nggak nyaman banget
rasanya. Alasannya karena kondisi
saya yang lemah agak riskan untuk bolak balik kamar mandi, sementara efek obat
yang diberikan serta diharuskannya saya banyak minum plus ditambah infus akan
mengakibatkan saya pipis dengan sangat seringnya. Dengan begitu cairan akan semakin banyak keluar dari tubuh
saya.
Setelah maag saya sudah kembali membaik,
perut atas sudah agak mengecil, maka saya diijinkan pulang. Lagi-lagi dokter berpesan agar saya
makan banyak putih telur & daging plus air putih supaya cepat pulih.
Eh nggak tau-nya saya masih belum lepas kangen
sama rumah sakit. Lagi-lagi baru
sehari pulang kerumah, suatu malam saya merasa perut ini kok kembali makin
membesar, bahkan saya sangat sulit bernafas, seperti orang asma akut kehilangan
alat bantu nafasnya gitu deh. Suami saya risau apalagi mama saya,
dapat saya lihat kepanikan di raut wajah dan sikap beliau. Orang tua dan suami memutuskan membawa
saya lagi ke rumah sakit meski sudah malam. GOSH! Untuk ketiga kalinya? Saya yakin, saya memang belum sembuh dari OHSS. Alasan kembali dilarikan ke rumah
sakit, apalagi pagi hari sebelumnya seperti yang sudah saya ceritakan di post
sebelumnya saya diketahui POSITIF HAMIl, jadi ditakutkan jika tidak dirawat
kondisi saya dapat berpengaruh kepada kehamilan yang masih rentan ini.
Petugas UGD, suster-suster sampai hapal
sama saya, hehehe TIGA kali gitu lho. “prestasi’ yang bukan prestasi. Ternyata kondisi saya menurun, bukannya
membaik. Hal ini karena saya masih
kesulitan untuk makan, apalagi harus makan telur. Semua makanan apapun yang disajikan susah untuk
ditelan. Akibatnya pemulihan OHSS
secara normal agak tersendat.
Melihat kondisi saya yang memburuk, sampai benar-benar sulit bernafas,
nggak bisa tidur, dan yang membesar bukan cuma perut, badan bagian atas sampai
lingkar dada juga membesar, serta bagian pinggul dan paha. Jadi muka saya tirus tapi badan hulk
gigantic (hehehe…), nah kayak apa tuh jadinya saya kala itu, saya aja takut
‘ngaca!
Akhirnya dokter memutuskan memberikan
suntikan obat yang akan membantu cairan saya keluar lebih banyak melalui
kateter pipis, setidaknya agar dapat membuat saya bernafas normal dahulu. Apabila obat suntikan melalui infuse
itu tidak cukup berhasil, maka kata dokter mau tidka mau disedot. DISEDOT? Tidaaaak…I don’t want it!
Please jangan sampai ya Robb. Makin
giat-lah saya berdoa semoga obat tersebut akan banyak bereaksi hingga saya
nggak perlu disedot. Ngeri banget
bayanginnya!
Alhamdulillah bantuan obat tersebut banyak
membantu, perlahan saya membaik.
Dan lima malam rasanya cukup dan amat sangat cukup untuk ngendon di
rumah sakit. Bosan dan malah susah
makan sama rasa masakan rumah sakit yang hambar nian. Ketika kondisi saya membaik meski badan masih jadi hulk di
baigan tertentu, maka dokter memperbolehkan saya pulang. Pesan dokter, “Banyak minum air putih
dan makan telur ya Bu!”.
Hehehe…..IYA DOK INSYAALLAH!
Dan ternyata memang kalau mengalami OHSS
akan berakhir dengan sendirinya, soal cepat atau lambat tergantung kita-nya
banyak protein atau tidak.
Makannya dokter suruh saya makan steak (daging), putih telur sama minum
yang banyak. Total proses
penyembuhan saya agak lama (hampir sebulan) karena saya susah sekali makan
apalagi telur, wueks! Mual aja bawaannya.
Namun setelah perawatan yang ketiga, akhirnya seminggu dirumah setelah
itu perlahan tubuh saya kembali normal, karena cairan yang banyak keluar
memalui pipis. Bayangkan saja, hamil belum sebulan, tapi perut sudah seperti
orang hamil tua (kata mama saya ini lho).
Hari-hari proses pemulihan sangat terasa dalam waktu semingguan itu,
karena setiap hari efek cairan terbuang sangat nampak. Mulai dari perut makin mengempis, paha
makin mengecil dan pinggang mulai berlekuk. Sampai akhirnya
baju-baju saya kembali muat dipakai.
Meski perut masih menyembul efek sisa-sisa cairan.
Jadi begitu deh cerita soal OHSS
tersebut. Memang tidak semua orang
yang terapi hormon melalui obat atau suntik akan mengalami OHSS, hanya sekitar
1% saja, dan saya salah satunya.
Dan semoga cukup sekali.
Tapi saya bersyukur, jadi ada ‘cerita’ tersendiri dibalik cerita menuju
HAMIL. Dan sakitnya tak sebanding
dengan hasil yang saya dapatkan dari ALLAH SUBHANALLAHU WATA’ALA, yaitu
HAMIL. Allahu Akbar!
Doakan saya dan calon bayi ini sehat selalu
yah!
Wassalam
Jeung Ririe
No comments:
Post a Comment