Sekarang saya akan cerita tentang OHSS yang
sempat saya sebut-sebut di posting-an sebelumnya. Sebenarnya selesai di insem pada hari yang sama, saya sudah
merasa ada yang lain dengan tubuh saya, karena perut bawah saya sepulang insem
tuh kembung banget. Saya sudah
berfikir mulai kena serangan maag nih, mungkin karena sempat telat makan 2 hari
sebelum di insem. Keesokan harinya
sakit perut saya makin menjadi, kembungnya semakin tak menentu, sakit di ulu
hati juga makin terasa. Bahkan
saya merasa kok perut saya makin membesar yah? Lagi-lagi saya berspekulasi rasa sakit karena sakit maag,
sementara perut membesar karena memang belakangan saya frekuensi ngemilnya agak
meningkat alias menggemuk.
Tapi..kok makin lama saya makin merasa
‘begah’, dan mual sejadi-jadinya.
Saya berkaca di cermin, perut saya membesarnya makin aneh. Sempat mikir kalau menggemuk tapi
memang bentuknya aneh dan rasanya kemarin-kemarin nggak segede ini amat, masa’
iya menggemuk sebegitu cepatnya, sementara sebanyak-banyaknya saya makan masih
undercontrol. Saya ingat
hari itu hari Jumat, sewaktu mau sholat subuh, perut membesar dan mual saya
makin tak karuan, saya sempat berujar sama suami, sampai nanti siang masih
begini juga saya akan ke dokter saja.
Eh nggak tau-nya baru jam 7-an pagi saat suami bersiap ke kantor saya
mual hebat, ulu hati sakitnya minta ampun tak terkatakan, saya Cuma bisa
terduduk lunglai meringis menahan sakit.
Segera suami saya memutuskan untuk saat itu juga ke rumah sakit.
Ditemani kakak pertama saya yang juga
dokter yang kebetulan sedang liburan ke Jakarta (She stays at Pekanbaru)
bersama suami kami menuju RSCM.
Kenapa tidak memilih rumah sakit terdekat? Karena saya dan suami langsung berfikir jangan-jangan ini
ada hubungannya dengan proses inseminasi kemarin bukan sekedar maag biasa. Jadi berhubung dokter obgyn saya
prakteknya di RSCM, maka rumah sakit itu lah tujuan kami.
OHSS itu sendiri merupakan kependekan dari
Ovarian Hiper Stimulation Syndrom, yaitu kondisi dimana telur-telur yang matang
secara berlebihan efek dari obat hormon yang diberikan. Hal ini terjadi karena saya memiliki
banyak telur yang matang karena efek suntik hormon namun tidak dimbangi dengan
kecukupan protein dalam tubuh, dimana protein dapat membantu pengeluaran cairan
berlebihan efek dari telur-telur yang matang tersebut. Akibatnya cairan menumpuk didalam
tubuh. Kebetulan saya memiliki
maag, salah satunya juga dapat memicu maag saya yang sudah cukup kronis. Maka nggak heran, kemudian saya yang
memang selama suntik hormon tidak terlalu banyak mengkonsumsi protein seperti
putih telur dengan rajin akhirnya kena sindrom ini.
Ciri-ciri orang yang kena OHSS setelah
melewati terapi obat hormon untuk pematangan sel telur, antara lain berat badan
naik secara drastis, bisa 1-2 kg/hari, dan terus berlanjut berhari-hari. Nggak heran, kemudian perut dan bagian
tubuh saya lainnya membesar dengan cepatnya. Tapi membesarnya bukan karena makanan tapi karena efek
cairan yang tidak terbuang tadi.
Sebenarnya kata dokter obatnya ‘mudah’,
makan banyak putih telur dan minum yang banyak. Tapi bagaimana mau makan, cairan yang menumpuk sampai hampir
ke dada itu benar-benar menekan bahkan menghilangkan nafsu makan saya. Jadi, dirawat itu lebih kepada takutnya
saya dehidrasi karena tidak ada makanan yang masuk sekaligus dibantu dengan
protein bantuan yang disebut ALBUMIN yang dimasukkan melalui infus. Bagian tengah tubuh yang membesar
secara cepat, maag yang terus menerus menyerang, satu hal ‘siksaan’ lainnya
adalah nafas yang menjadi sesak karena cairan memenuhi hampir ke dada. Alhasil
selama dirawat saya dibantu alat oksigen bantuan untuk memudahkan bernafas dan
menghilangkan mual juga.
Bersambung…
No comments:
Post a Comment