Thursday, January 31, 2013

OHSS Oh OHSS



Sekarang saya akan cerita tentang OHSS yang sempat saya sebut-sebut di posting-an sebelumnya.  Sebenarnya selesai di insem pada hari yang sama, saya sudah merasa ada yang lain dengan tubuh saya, karena perut bawah saya sepulang insem tuh kembung banget.  Saya sudah berfikir mulai kena serangan maag nih, mungkin karena sempat telat makan 2 hari sebelum di insem.  Keesokan harinya sakit perut saya makin menjadi, kembungnya semakin tak menentu, sakit di ulu hati juga makin terasa.  Bahkan saya merasa kok perut saya makin membesar yah?  Lagi-lagi saya berspekulasi rasa sakit karena sakit maag, sementara perut membesar karena memang belakangan saya frekuensi ngemilnya agak meningkat alias menggemuk.

Tapi..kok makin lama saya makin merasa ‘begah’, dan mual sejadi-jadinya.  Saya berkaca di cermin, perut saya membesarnya makin aneh.  Sempat mikir kalau menggemuk tapi memang bentuknya aneh dan rasanya kemarin-kemarin nggak segede ini amat, masa’ iya menggemuk sebegitu cepatnya, sementara sebanyak-banyaknya saya makan masih undercontrol.   Saya ingat hari itu hari Jumat, sewaktu mau sholat subuh, perut membesar dan mual saya makin tak karuan, saya sempat berujar sama suami, sampai nanti siang masih begini juga saya akan ke dokter saja.  Eh nggak tau-nya baru jam 7-an pagi saat suami bersiap ke kantor saya mual hebat, ulu hati sakitnya minta ampun tak terkatakan, saya Cuma bisa terduduk lunglai meringis menahan sakit.  Segera suami saya memutuskan untuk saat itu juga ke rumah sakit.

Ditemani kakak pertama saya yang juga dokter yang kebetulan sedang liburan ke Jakarta (She stays at Pekanbaru) bersama suami kami menuju RSCM.  Kenapa tidak memilih rumah sakit terdekat?  Karena saya dan suami langsung berfikir jangan-jangan ini ada hubungannya dengan proses inseminasi kemarin bukan sekedar maag biasa.  Jadi berhubung dokter obgyn saya prakteknya di RSCM, maka rumah sakit itu lah tujuan kami.

OHSS itu sendiri merupakan kependekan dari Ovarian Hiper Stimulation Syndrom, yaitu kondisi dimana telur-telur yang matang secara berlebihan efek dari obat hormon yang diberikan.  Hal ini terjadi karena saya memiliki banyak telur yang matang karena efek suntik hormon namun tidak dimbangi dengan kecukupan protein dalam tubuh, dimana protein dapat membantu pengeluaran cairan berlebihan efek dari telur-telur yang matang tersebut.  Akibatnya cairan menumpuk didalam tubuh.  Kebetulan saya memiliki maag, salah satunya juga dapat memicu maag saya yang sudah cukup kronis.  Maka nggak heran, kemudian saya yang memang selama suntik hormon tidak terlalu banyak mengkonsumsi protein seperti putih telur dengan rajin akhirnya kena sindrom ini.

Ciri-ciri orang yang kena OHSS setelah melewati terapi obat hormon untuk pematangan sel telur, antara lain berat badan naik secara drastis, bisa 1-2 kg/hari, dan terus berlanjut berhari-hari.  Nggak heran, kemudian perut dan bagian tubuh saya lainnya membesar dengan cepatnya.  Tapi membesarnya bukan karena makanan tapi karena efek cairan yang tidak terbuang tadi.

Sebenarnya kata dokter obatnya ‘mudah’, makan banyak putih telur dan minum yang banyak.  Tapi bagaimana mau makan, cairan yang menumpuk sampai hampir ke dada itu benar-benar menekan bahkan menghilangkan nafsu makan saya.  Jadi, dirawat itu lebih kepada takutnya saya dehidrasi karena tidak ada makanan yang masuk sekaligus dibantu dengan protein bantuan yang disebut ALBUMIN yang dimasukkan melalui infus.  Bagian tengah tubuh yang membesar secara cepat, maag yang terus menerus menyerang, satu hal ‘siksaan’ lainnya adalah nafas yang menjadi sesak karena cairan memenuhi hampir ke dada. Alhasil selama dirawat saya dibantu alat oksigen bantuan untuk memudahkan bernafas dan menghilangkan mual juga. 

Bersambung…

No comments:

Post a Comment