A :
“Siapa yang melarang?”
B :
“Tadi kau bilang jangan terus menerus bersedih?”
A :
“Ya, aku bilang jangan terus menerus!”
B :
“Sama aja! Lalu salah orang bersedih?”
A :
“Lantas, apa untungnya ka uterus meratapi kesedihan? Apa akan membalik keadaan menjadi
lebih baik?”
B :
“Ya, hatiku lebih nyaman setelahnya?”
A :
“Lalu, jika kau ingat lagi akan masalahmu, apa lantas kau juga akan kembali meratapinya?”,
“Terus kapan cari solusinya? kapan bahagianya jika terus meratap?”
Tidak
awam ya dengan percakapan diatas? Kita pun kadang berada dalam posisi si A.
Maklum-lah, namanya orang kalau sedang ditimpa masalah, pasti bersedih, bahkan
bisa sampai diiringi air mata.
Hanya
saja, kita sering kali terjebak dengan suasana duka berlarut. Masalahnya hanya ‘dipikirkan’, jadi
ujungnya ya hanya meratapi, gundah, galau, pokoknya kalau diingat bawaannya
kesal dan ingin nangis terus. Kalau
sudah begitu, raut ceria jauh dari wajah, nggak bisa ditipu deh wajah
orang yang lagi dalam masalah, meski senyum manis tetap nggak bisa bohong, ya
nggak?
Terburuk bisa
berakibat pada tingkat emosi.
Orang yang sedang dalam masalah biasanya cenderung lebih
emosional, sensitive. Parahnya
seringkali orang terdekat atau yang sehari-hari ditemui jadi ‘korban’
emosional kita, kesiankan?
Lantas,
apa kita mau terus menerus terjebak dalam situasi tersebut? Padahal yang rugi siapa kalau bukan
diri kita sendiri? Ini BUKAN teori
semata, tapi buktikanlah sendiri, bahwa hanya meratapi diri dalam masalah, kita
sendirilah yang paling rugi. Kita BISA
kok mengendalikan perasaan itu, untuk siapa lagi kalau bukan diri kita, tentu
juga untuk orang sekeliling kita.
Banyak
cara keluar dari ratapan kesedihan, intinya jangan terjebak. Sudahlah perasaan kita “dikuasainya”,
terus bahagianya jadi ketunda deh.
Masih ngga mau bahagia? Ogah kan?
Lagipula, bukankah
dalam hidup suka dan duka selalu datang silih berganti. Jadi bisa saja hari ini kita dapat
masalah, insya Allah besok-besok berita suka runtun datang, begitu juga
sebaliknya. Jadi mau nangis kayak apa
juga karena cobaan, capek-capekin diri aja, besok-besok juga kita masih akan
diuji dalam bentuk yang lain lagi.
Bukankah ujian yang membuat kita kuat?
Dan hidup harus tetap berjalankan?
Ingat, kita ngga hidup
sendiri, kita bersosialisasi.
Kasian juga orang cuma dapat senyum kecut kita. Now, tersenyumlah, katakana pada
‘masalah’ kita, “HEY PROBLEM I DON’T AFFRAID OF U, I HAVE GOD ALWAYS HELP ME!
Wassalam
Jeung RIe
No comments:
Post a Comment