Thursday, May 24, 2012

Meratapi Sedih? Capek Deh!


A            : “Siapa yang melarang?”
B            : “Tadi kau bilang jangan terus menerus bersedih?”
A            : “Ya, aku bilang jangan terus menerus!”
B            : “Sama aja! Lalu salah orang bersedih?”
A            : “Lantas, apa untungnya ka uterus meratapi kesedihan? Apa akan membalik keadaan menjadi  
                 lebih baik?”
B            : “Ya, hatiku lebih nyaman setelahnya?”
A            : “Lalu, jika kau ingat lagi akan masalahmu, apa lantas kau juga akan kembali meratapinya?”,             
                 “Terus kapan cari solusinya? kapan bahagianya jika terus meratap?”


            Tidak awam ya dengan percakapan diatas? Kita pun kadang berada dalam posisi si A. Maklum-lah, namanya orang kalau sedang ditimpa masalah, pasti bersedih, bahkan bisa sampai diiringi air mata.

            Hanya saja, kita sering kali terjebak dengan suasana duka berlarut.  Masalahnya hanya ‘dipikirkan’, jadi ujungnya ya hanya meratapi, gundah, galau, pokoknya kalau diingat bawaannya kesal dan ingin nangis terus.  Kalau sudah begitu, raut ceria jauh dari wajah, nggak bisa ditipu deh wajah orang yang lagi dalam masalah, meski senyum manis tetap nggak bisa bohong, ya nggak?
Terburuk bisa berakibat pada tingkat emosi.  Orang yang sedang dalam masalah biasanya cenderung lebih emosional, sensitive.  Parahnya seringkali orang terdekat atau yang sehari-hari ditemui jadi ‘korban’ emosional kita, kesiankan?

            Lantas, apa kita mau terus menerus terjebak dalam situasi tersebut?  Padahal yang rugi siapa kalau bukan diri kita sendiri?  Ini BUKAN teori semata, tapi buktikanlah sendiri, bahwa hanya meratapi diri dalam masalah, kita sendirilah yang paling rugi.  Kita BISA kok mengendalikan perasaan itu, untuk siapa lagi kalau bukan diri kita, tentu juga untuk orang sekeliling kita.

            Banyak cara keluar dari ratapan kesedihan, intinya jangan terjebak.  Sudahlah perasaan kita “dikuasainya”, terus bahagianya jadi ketunda deh.  Masih ngga mau bahagia? Ogah kan?

Lagipula, bukankah dalam hidup suka dan duka selalu datang silih berganti.  Jadi bisa saja hari ini kita dapat masalah, insya Allah besok-besok berita suka runtun datang, begitu juga sebaliknya.  Jadi mau nangis kayak apa juga karena cobaan, capek-capekin diri aja, besok-besok juga kita masih akan diuji dalam bentuk yang lain lagi.  Bukankah ujian yang membuat kita kuat?

Dan hidup harus tetap berjalankan?
Ingat, kita ngga hidup sendiri, kita bersosialisasi.  Kasian juga orang cuma dapat senyum kecut kita.  Now, tersenyumlah, katakana pada ‘masalah’ kita, “HEY PROBLEM I DON’T AFFRAID OF U, I HAVE GOD ALWAYS HELP ME!

Wassalam
Jeung RIe

No comments:

Post a Comment