Monday, May 14, 2012

Tentang Kehamilan



Setiap kali mendengar berita tentang kehamilan seseorang, tiap kali itu pula hati ini berdesir kencang.  Air mata hampir selalu sukses  berlinang.  Apalagi kali ini bertubi-tubi.  Kakak saya nomor dua baru saja dinyatakan hamil anak ketiga.  Sepupu kandung dari pihak mama baru melahirkan 4 bulanan yang lalu eh sudah hamil lagi.  Dan dua berita kehamilan terbaru, yang satu masih saudara dekat notabene baru menikah November tahun lalu baru saja dinyatakan positif hamil, dan yang satu lagi juga masih sepupu saya, baru menikah banget bulan Maret lalu eng eing eng…sudah hamil juga. *sigh!

Tentu saya bahagia mendengar berita bahagia, tapi sebagai manusia biasa saya juga kadang tak mampu menahan rasa sedih dan ‘cemburu’ pada keindahan yang dinantikan perempuan manapun yang telah menikah.  Sedih dan cemburu karena di usia pernikahan saya yang menginjak ke 4 tahun, belum juga dikaruniai kehamilan.
“Wuah enak banget ya, si A baru nikah sudah hamil”,
“Mudahnya rizkinya si B, baru melahirkan sudah hamil lagi’,
Dan kalimat-kalimat ‘cemburu’ lainnya.

Saya ‘boleh’ saja cemburu, tapi saya tak mau terlena.  Meneruskan rasa cemburu, lama-lama bisa menimbulkan pertanyaan, “Ya Allah, kok saya susah banget sih? Kok ujian saya dalam bentuk susah hamil? Kok orang lain enak dan mudah banget?”.  Ujung-ujungnya saya malah seakan menyudutkan Allah, menyalahkan-Nya.  ASTAGFIRULLAH! Saya nggak mau suudzon sama yang MAHA KUASA, PENENTU segala sesuatu, bukankah ALLAH yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. (Ini kemudian menjadi pegangan saya ketika saya galau sugalau :D.

Insya Allah…saya selalu mencoba mengontrol perasaan ini, toh belumnya saya dan suami dikaruniai anak bukanlah suatu dosa, toh kami tidak sengaja menunda, lalu mengapa harus terpuruk dalam kesedihan?  Mungkin menurut ALLAH kami belum masanya menikmati rizqi dari sosok anak, masih disuruh menikmati rizqi dalam bentuk lain.  Rizki kan memang tak melulu dalam bentuk hamil dan anak. Alhamdulillah kami masih terus dikaruniai rizki-rizki lainnya yang sudah pasti harus disyukuri.

Saya dan suami sepenuhnya menyadari bahwa soal kehamilan & anak adalah AMANAH dari yang Maha kuasa, ALLAH SUBHANALAAHU WATA’ALA.   Maka sembari menunggu kapan masa itu datang, kami jadikan masa-masa penantian yang sebentar ataupun lama sekalipun, sebagai masa persiapan menerima amanah itu suatu saat nanti.

Alhamdulillah, saya memiliki SUAMI dan KELUARGA yang SUPER.  Mereka selalu mendukung dalam keadaan apapun, sehingga saya tak merasa sendiri.  Mereka semua selalu menguatkan hati saya.  Ketika air mata menitik, suami selalu menyeka penuh kelembumbatan.  Saat galau mendarat, mama dan papa selalu memeluk mesra.  Bila hati bertaut pilu saudara-saudara saya selalu menyeka air mata ini.  Dukungan melalui kata-kata nan lembut, sentuhan nan hangat, perhatian yang penuh, membuat saya tak merasakan kekurangan nikmat-Nya.  Lalu…kenapa harus berduka berlama-lama?

Satu hal lagi yang paling menguatkan saya adalah kesadaran saya atas Sang Maha Kuasa.  Ya, saya harus tetap istiqomah pada sikap chusnudzon dan rasa bersyukur.  Berbaik sangka bahwa Allah punya tujuan baik di segala takdir-Nya dan tetap penuh syukur atas segala kehendak-Nya, apapun bentuknya.  Kami hanya bisa ikhlas dan berharap siapa tahu dengan semakin ikhlas, doa-doa kami akan kehadiran anak diijabah suatu saat nanti, Aamiin.

Sekarang, mari tetap BERSYUKUR dengan apa yang telah dan sedang diberi-Nya.  Perkara yang belum dikirimnya, sabar saja, insya Allah someday atau something better, itu janji-Nya. Insya Allah! *smile

No comments:

Post a Comment