Monday, May 14, 2012

Hidup adalah PROSES

Hidup itu adalah proses pembelajaran!

Setuju dengan ungkapan diatas?
Bukan, itu bukan quote ciptaan saya, pure ngutip :D.  Well, saya menyukai petikan-petikan khususnya yang berbau motivasi, pembangun jiwa dan sejenisnya.  Dan quote di atas salah satunya.

Semua juga tahu bahwa kehidupan memang hanyalah sebuah tempat persinggahan, dimana tujuan akhirnya adalah sebuah alam baru, bisa surga bisa jadi neraka, Na'udzubillahi minzalik.  Tentunya kita harus melewati yang namanya alam barzah dulu dimana tempat diperhitungkannya amalan selama dunia, selama berproses menuju akhirat tadi, baru ketok palu masuk surga atau neraka.

Melalui tulisan kali ini, saya nggak membahas detail tentang bagaimana supaya masuk surga dan tidak ke neraka.  Duh ilmu saya belum sampai kesana.  Saya hanya akan sedikit membahas tentang salah satu step menuju ke akhirat tadi, yaitu kehidupan sebagai bentuk proses.

Saya yakin, jika ditanya hati terdalam, siapapun akan menjawab SURGA tempat tinggal akhir.  Semua juga pasti tahu bahwa surga tempatnya orang-orang yang beramal baik dan diridhoi Allah SWT akan amalannya selama hidup di dunia.  Masalahnya, setan yang dibiarkan-Nya melanglang buana menggoda manusia kerap kali sukses mengajak kita ke arah "kiri", hingga amalan-amalan baik juga sering terabaikan.

Tapi...hidup adalah proses bukan? Untuk menjadi baik sejatinya juga tidak serta merta langsung jadi cespleng.  Bukankah kesempurnaan hanya milik-Nya?  Hanya saja....manusia punya kewajiban untuk berusaha menjalani kehidupan lebih baik dari waktu ke waktu.  Dan saya termasuk yang percaya, segala sesuatu butuh proses.  Proses ke arah yang semakin baik tentunya, bukan kebalikannya, menurun.

Menjadi lebih baik tentu juga tidak mudah, seperti yang kita bahas diatas, butuh proses.  Saya pribadi, Alhamdulillah merasa sangat bersyukur diberikan nikmat sekaligus cobaan-cobaan (tentunya nggak mudah), yang justru menempa saya untuk menjadi manusia yang sadar akan proses kehidupan berusaha ke arah lebih baik lagi.

Jujur, saya masih punya buanyaaaaak kekurangan, tapi saya berpatri harus terus berusaha lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari.  Khususnya dalam hal hablumminallah, modal ke akhirat kan?

Misalnya dari segi penampilan.  Meski dari duluuuu dikelilingi lingkungan yang Islami, tapi saya termasuk telat menutup aurat khususnya berjilbab.  Padahal mama, kakak-kakak, sepupu-sepupu bahkan teman satu kamar saat masih kost zaman kuliah dulu adalah muslimah berjilbab.  Saya? Hehehe...hanya tergerak di hati.

"Nantilah, hati saya dulu aja di jilbab-kan", *JLEB! (padahal saya sendiri nggak tahu kayak apa tuh JILBAB HATI :p

Namun itulah hidup...PROSES (kesebut terus yah?).  Hari berganti bulan, berganti tahun, saya akhirnya tersadarkan diri untuk mulai menutup rambut ini.  Tapi juga nggak serta merta berpenampilan ala muslimah semestinya.
Kalau saya gaya sekarang, menyebut masih ala hijabers masa kini.  Iya, pernah juga tuh saya mengalaminya, meski berjilbab, tapi celana masih ketat mereketengteng :D. Lekukan pinggang masih nuampak jelas, belum lagi jilbab dililit-lilit di leher, pokoknya bagaimana caranya jilbab jangan sampai mengganggu fashion.  Padahal, sudah mulai tahu GIMANA SIH SEHARUSNYA BERPENAMPILAN ala MUSLIMAH SEJATI.  Tapi...masih sebodo! NAKAL!*malunutupmuka

Hidup adalah proses...ya meski masih belum totally muslimah, Alhamdulillah, berjalannya waktu, terus ada peningkatan, ke arah lebih baik tentunya.  Makin mengaji, makin nambah wawasan, nambah ilmu dan...amalan juga harus nambah dong! Alhasil, dari sisi penampilan juga mulai makin berubah, mulai meninggalkan yang ketat-ketat, baju mulai serba longgar, jilbab juga sudah menutup hingga ke dada.

Hidup adalah proses...ya semakin belajar, harusnya manusia berubah semakin baik, meski masih ada juga yang ndablek, tutup kuping.  Saya nggak mau jadi hamba yang ndablek, meski nggak langsung totally, tapi berproses tadi.

Sekarang, Insya Allah saya terus mencoba semakin istiqomah khususnya dalam berpenampilan (Tapi jujur nggak mudah lho). Bismillah, mulai meninggalkan celana, kalaupun masih pakai celana sebagai bawahan tapi yang super lebar yang satu kakinya bisa dipakai 2 orang.  Itu pun dipakai untuk situasi yang membutuhkan mobilitas tinggi, selebihnya saya usahakan bergamis.  Kalau-pun masih pakai rok, saya usahakan atasannya yang super longgar, menutupi lekuk pinggang.

Jilbabnya? Harus yang syar'i juga dong.  Minimal panjang menutupi sampai sebatas bawah dada. Sekarang sudah mulai melebihi bawah dada.  Gaya hijabers, lilat-lilit sana sudah mulai ditinggalkan, meski sesekali masih untuk kepentingan pesta, itu pun masih saya syaratkan KUDU NUTUPI DADA.

Ya, belum sesempurna muslimah sejatinya, tapi saya akan terus berusaha, hingga bisa 100% as muslimah. Aamiin.

Saya punya satu misi dan harapan besar terhadap muslimah, pada diri saya sendiri dan seluruh muslimah pada umumnya.  Turut berperan men-sosialisasikan tampilan muslimah seharusnya namun tetap berprestasi dan memiliki eksistensi dan peran di masyarakat.  Sehingga muslimah tidak lagi dipandang sebelah mata, dan tentunya semakn banyak yang berproses ke arah lebih baik tadi.

Kunci dan strateginya sendiri masih di awang-awang, minimal niat ini sudah dicatat Malaikat dan insya Allah di ridhoi Allah SWT, Aamiin.

Kesimpulannya nih, ternyata benar bahwa hidup memang sebuah proses.  Jika ingin akhiran baik (maunya sih syurga nih), berproseslah ke arah yang semakin baik.  Bukan hanya duniawi tapi justru prioritas akhirati (Habblumminallah).  Jika habblumminallah terasah makin baik, insyaAllah nyiprat ke hablumminannas, Walluhu'alam. At least for me, my self.

Wassalam
Jeung Ririe Bachtiar

No comments:

Post a Comment