Monday, June 24, 2013

Prosesi Pembangunan Rumah mungil kami

Setiap ujian pasti ada hikmahnya! TOTALLY BELIEVE ON IT!

Sejak bulan Desember tahun lalu, saya dan suami sedang dalam proses pembangunan rumah mungil kami di Perumahan Billy & Moon, Pondok Kelapa.  Sejak awal kami begitu bersemangat, maklum akhirnya kami diberikan rizki untuk kemudian hari hidup mandiri di rumah sendiri, Alhamdulillah.

Untuk proses pembvangunannya, kami menggunakan jasa borongan kontraktor yang merupakan rekomendasi dari si arsitektur rumah yang notabene si arsitektur adalah suami dari teman kakak saya.  Awal bekerja sama kami cukup puas karena mendapatkan bentuk design rumah tak jauh berbeda dari yang saya siapkan sejak awal dan si kontraktor yang secara komunikasi bagus cara kerjanya.  Pembangunan awal rumah juga terasa cepat, tau-tau sudah berdiri bangunan dasar.

Sayang, kami memang tak mempunyai cukup waktu untuk intens terhadap pemantauan perkembangan rumah ini dikarenakan beberapa kondisi antara lain kondisi program kehamilan dan akhirnya berujung kehamilan serta kondisi suami yang beberapa kali mendapatkan tigas kantor ke luar negeri.  Jadi sepenuhnya kami percayakan pada laporan dari si kontraktor.  tapi setiap ada waktu kami selalu sempatkan mengontrol, minimal 1-2 minggu sekali.

Namun rupanya pemantauan yang kurang dari kami ini membuat kami akhirnya sadar ada beberapa kondisi yang tidak sesuai kesepatan awal.  Terutama dari segi waktu.  Rasanya sudah berbulan-bulan tapi perubahan demi perubahan belakangan menjadi tidak significant alias kok ya masih begitu-begitu saja.  Kalaupun ada hanya pada beberapa bagian yang harusnya bisa dikerjakan dalam waktu beberapa hari bukan hitungan bulan.  Sementara kami sudah keluar uang melebihi kesepakatan kerjasama.

Pada bulan Juni awal melihat banyak gelagat kurang baik, serta kurangnya tanggung jawab arsitektur yang awalnya memperkenalkan kami dengan team kontraktor (which is dia mengaku satu team).  Masalahnya kami sudah keluar uang 95% lebih, tapi keadaan bangunan masih belum dari 80%.  Dan kami terus dikejar-kejar permintaan uang dari pihak kontaktor, padahal perjanjiannya semestinya baru kami tunaikan 10% tersisa setelah rumah selesai terbangun.  Satu sisi positif, si kontraktor berterus terang membuthkan uang karena dia mengalami kerugian telah ditipu mandor tukang sebelumnya, sehingga dia tidak mempunyai cukup dana untuk menutupi dulu sisa pembangunan, kecuali kami membanyarkan sisa uang pembangunan.  Sementara team lainnya (Si arsitektur) tidak mau ikut bertanggung jawab atau menanggung sementara dengan alasan perjanjian diatas kertas bukan atas nama dia.  Padahal dia yang menerima uang DP pembangunan awal rumah.

Melihat gelagat demi gelagat, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama.  Kami takutkan kesulitan dana membuat pembangunan rumah pada akhirnya tidak maksimal.  Tapi kami hargai kejujuran dari si kontraktor yang sebenarnya selalu menekankan akan tetap bertanggung jawab menyelesaikan pembangunan rumah ini sampai tuntas.

Qadarallah, belum sempat kami sampaikan niat kami tersebut, Innalillahi wainna ilaihi roji'un, si kontraktor berpulang ke Rahmatullah secara mendadak terkena serangan jantung.  Semua tentunya terkejut tak terkecuali kami.  Apalagi saya dan suami yang masih berkomunikasi melalui telepon di ujung telepon pada pagi hari sebelumnya.  bahkan Rahimahullah sempat mendoakan saya diakhir pembicaraan kami di telepon.

Rupanya Allah Subnahanallahu Wata'ala sungguh-sungguh mengabulkan niat kami untuk menyudahi kerjasama tetapi dengan caraNya, cara terbaikNya, Wallahu'alam, chusnudzon saya dan suami.

Sudah, kami ikhlaskan apa yang telah lalu dan terjadi.  Siapa yang menduga akhirnya akan begini?  Memang hanya Allah yang tau soal umur manusia.  Tho memang sejak awal kami mau memutuskan kerjasama ini.  Jadi dengan meninggalnya si kontraktor, makin kuat alasan kami untuk mengambil alih pembangunan rumah ini.

Dan meskipun ada kerugian dari segi dana dan waktu, tapi ikhlaskan semuanya tanpa menuntut apapun dari si ahli waris yaitu sang istri kontraktor.  Kami tambah yakin mengikhlaskan karena iktikad baik dari keluarga Almarhum menghubungi kami memohonkan maaf atas nama sang suami dan membicarakan kelanjutan proyek pemgangunan rumah.

Tidak sampai hati rasanya melihat kondisi sang istri dan anak-anak yang masih kecil.  belum lagi dia dan keluarganya harus menanggung hutang pada para suplier pembangunan rumah kami.  jadi mengikhlaskan hak kami rasanya sudah sangat pas.  Kerugian uang bisa dicari, tapi kalau kehilangan orang yang kita cintai pasti tak mudah dilalui.  Akhirnya kami pun setuju untuk menyelesaikan secara kekeluargaan dan melegalkan perjanjian pemutusan hubungan serta pengambil alihan pembangunan diatas surat perjanjian berkekuatan hukum wa-merking notaris guna menghindari tuntutan tak bertanggung jawab di belakang harinya.  Dan semoga perdamaian ini menjadi bekal amal rahimahullah kontraktor dan kami semua kelak di akhirat, Aamiin Yaa Robb!

Kondisi akhir pembangunan rumah



Setelah urusan dengan kontraktor lama selesai.  Segeralah kami bergerak kembali melanjutkan pembangunan rumah.  Alhamdulillah Allah memudahkan kami mendapatkan pemborong jasa tukang yang baru.  Segi positifnya kami dapat berbagi rizki dengan para tukang yang baru dan dapat memilih bahan-bahan bangunan sesuai selesa karena kali ini kami belanja sendiri untuk proses fisnishing pembangunan rumah.  Sehingga tentu lebih puas.  Dan saya sangat menikmati proses pembelanjaan bahan-bahan bangunan, membeli batu alam untuk dinding, membeli epralatan kamar mandi sesuai selera (tapi juga disesuaikan budget hehehe) dan sebagainya.

Dua buah shower terpilih



Insya Allah jika sesuai perjanjian, sebelum rumah kami sudah dapat diselesaikan, Aamiin.
Doakan yah!

Wassalam
Jeung Ririe

No comments:

Post a Comment