Tuesday, June 11, 2013

Ketika Sabar dan Pasrah Akhirnya Bicara


Suatu masa, saya mendengarkan jeritan hati seorang sahabat.  
Dia bertanya "Sampai mana batas seseorang untuk memohon maaf atas kesalahannya jika tak sedikitpun ada respon balik?".  Ah pertanyaan yang sulit.  Saya tak sanggup menjawab panjang lerbar selain memintanya untuk SABAR dan PASRAH kan sama Allah Subhanallahu Wata'ala, karena DIA-lah yang punya kuasa penuh atas segala apa yang ada di dunia dan akhirat, Wallahu'alam.  Hingga akhirnya jari-jari saya menorehkan tulisanberikut ini yang terinspurasi darinya.  Terimakasih sahabat!


Tak ada yang patut aku sombongkan.
Segala yang kupunya pun semua milikNya.
Kalaupun aku meminta, aku hanya meminta kejujuran.
Bukankah kita bersaudara?

Kalau ada yang miring, tak ada salah saudara membenarkan.
Kalau perlu pecutlah aku jika memang kata-kata indah tak lagi mampu mengingatkanku.
Bukan menggunjingkan dibelakangku.  Meski itu keburukanku yang nyata.

Hingga kemudian aku meledak
Kuakui itu karena emosiku menguasaiku
Dan itu pun bukan pembenaran.  Tetap aku yang salah!

Lantas, sedikit cubitanku itu membuatmu begitu membenciku.  Sehingga secuil kebaikanku pun tak pernah ada artinya bagimu.
Mungkin tak ada apa-apa kasihku yang selama ini kutebar yang bukan berupa materi, bukan uang.

Memang aku salah, dan aku sudah meminta maaf.
Jika itu tak cukup bagimu, biarlah Allah Azza Wajalla yang pada akhirnya menentukan apa hukuman terbaik untukku

Aku hanya berusaha membahagiakan orang-orang terkasihku, meski kadang tidak tepat caraku.
Jika, pelukan yang pernah aku beri tak pernah ada artinya karena cubitanku, maka kuserahkan pada Allah semata.

Tugasku hanya meminta maaf dan memperbaiki.
Karena aku, kamu dan semua manusia bukanlah mahluk sempurna yang tak pernah luput dari salah.

Aku tak mau sombong apalagi angkuh.   Apalah yang kupunya, karena memang aku tak pernah memberi materi besar seperti dia yang lain padamu.
Kalau menurutmu aku menghinamu, mengecilkanmu
Kuyakinkan, semua pradugamu hanya bisikan syetan yang membuat segala suudzon bersemayam di benakmu.

Kalau memang pahlawan bagimu, orang yang pernah menolongmu dengan uang, maka memang aku belum pahlawanmu.  Kalau cinta kasih definisimu karena aku tak pernah menyematkan berlian di kantongmu, maka berarti aku tak pernah mengasihimu.

Tapi…jika ada waktumu, mohon bukalah lembaran-lembaran masa lalu kita.
Lalu tengoklah sedikit, ya sedikit saja, semoga ada kau temukan, bahwa aku pernah melukis warna pelangi di hari-hari kita.  Mungkin tak berkilau berlian, tapi ada dan aku tulus.

Jika tidak cukup juga bagimu atau tak pernah ada artinya juga bagimu…sudahlah, aku pasrahkan pada Allah Subhanallahu Wata’ala!  Insya Allah kelak DIA yang mengetuk pintu hatimu, Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment