Suatu masa, saya mendengarkan jeritan hati seorang sahabat.
Dia bertanya "Sampai mana batas seseorang untuk memohon maaf atas kesalahannya jika tak sedikitpun ada respon balik?". Ah pertanyaan yang sulit. Saya tak sanggup menjawab panjang lerbar selain memintanya untuk SABAR dan PASRAH kan sama Allah Subhanallahu Wata'ala, karena DIA-lah yang punya kuasa penuh atas segala apa yang ada di dunia dan akhirat, Wallahu'alam. Hingga akhirnya jari-jari saya menorehkan tulisanberikut ini yang terinspurasi darinya. Terimakasih sahabat!
Tak ada yang patut aku
sombongkan.
Segala yang kupunya
pun semua milikNya.
Kalaupun aku meminta,
aku hanya meminta kejujuran.
Bukankah kita
bersaudara?
Kalau ada yang miring,
tak ada salah saudara membenarkan.
Kalau perlu pecutlah
aku jika memang kata-kata indah tak lagi mampu mengingatkanku.
Bukan menggunjingkan
dibelakangku. Meski itu
keburukanku yang nyata.
Hingga kemudian aku
meledak
Kuakui itu karena
emosiku menguasaiku
Dan itu pun bukan
pembenaran. Tetap aku yang salah!
Lantas, sedikit
cubitanku itu membuatmu begitu membenciku. Sehingga secuil kebaikanku pun tak pernah ada artinya
bagimu.
Mungkin tak ada
apa-apa kasihku yang selama ini kutebar yang bukan berupa materi, bukan uang.
Memang aku salah, dan
aku sudah meminta maaf.
Jika itu tak cukup
bagimu, biarlah Allah Azza Wajalla yang pada akhirnya menentukan apa hukuman
terbaik untukku
Aku hanya berusaha
membahagiakan orang-orang terkasihku, meski kadang tidak tepat caraku.
Jika, pelukan yang
pernah aku beri tak pernah ada artinya karena cubitanku, maka kuserahkan pada
Allah semata.
Tugasku hanya meminta
maaf dan memperbaiki.
Karena aku, kamu dan
semua manusia bukanlah mahluk sempurna yang tak pernah luput dari salah.
Aku tak mau sombong
apalagi angkuh. Apalah yang
kupunya, karena memang aku tak pernah memberi materi besar seperti dia yang
lain padamu.
Kalau menurutmu aku
menghinamu, mengecilkanmu
Kuyakinkan, semua
pradugamu hanya bisikan syetan yang membuat segala suudzon bersemayam di
benakmu.
Kalau memang pahlawan
bagimu, orang yang pernah menolongmu dengan uang, maka memang aku belum pahlawanmu. Kalau cinta kasih definisimu karena aku
tak pernah menyematkan berlian di kantongmu, maka berarti aku tak pernah mengasihimu.
Tapi…jika ada waktumu,
mohon bukalah lembaran-lembaran masa lalu kita.
Lalu tengoklah
sedikit, ya sedikit saja, semoga ada kau temukan, bahwa aku pernah melukis
warna pelangi di hari-hari kita.
Mungkin tak berkilau berlian, tapi ada dan aku tulus.
Jika tidak cukup juga
bagimu atau tak pernah ada artinya juga bagimu…sudahlah, aku pasrahkan pada
Allah Subhanallahu Wata’ala! Insya
Allah kelak DIA yang mengetuk pintu hatimu, Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment