Friday, June 6, 2014

Simpanlah untuk dirimu sendiri!

Entahlah apakah orang lain ada yang berpandangan sama dengan saya atau tidak.  Ini bukan suudzon atau berfikiriran buruk, tapi jika kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan benar, kenapa tidak memilih yang lebih baik?

Ada sebuah bisnis yang dijalankan dengan metode MLM.  Saya tidak akan membahas soal halal atau haramnya, bukan kapasitas saya,. Saya memiliki keyakinan yang membuat saya berkeputusan untuk tidak pernah terlibat dalam bisnis MLM.

Lalu yang menjadi perhatian saya adalah salah satu strategi marketingnya.  Salah satu media promosi yang mem-booming saat ini menggunakan media online. Dan, strategi dalam perekrutan member get member, para anggotanya seringkali memperlihatkan nilai dan bonus yang mereka dapatkan. 

"Gaji masuk nih, alhamdulillah!", ujar salah satu anggota sambil mem-posting nilai nomial yang masuk di rekeningnya.

Jika kita tidak bicara segi kemanusiaan dan agama, memang sah-sah saja.  Begitu lah memang dunia bisnis dan marketing khususnya bidang MLM.  Untuk merebut pasar, mendapatkan calon pembeli dan down line, harus dibuat kata-kata yang menarik minat.  Strategi dengan menyebutkan hasil yang didapat dari sebuah usaha untuk mendapatkan pembeli atau member selanjutnya.  

Tapi...kalau sudah sampai menyebutkan nilai tertentu, di-publish di umum seperti itu, kok ya naluri saya sebagai hamba-nya merasa ada ketidak sesuai dengan aturan kita sebagai mahluk yang dilarang untuk mempertontonkan sesuatu secara berlebihan.  Bahasa Islami-nya, jadi terkesan RIYA.  Meskipun saya yakini tidak semua mereka bermaksud untuk sombong melainkan hanya untuk memancing agar target mencapai member tercapai dengan iming-iming yang mereka sudah rasakan sendiri.  Buat saya, tetap saja, lebih baik simpan saja menjadi rahasia kita sendiri apa yang kita dapatkan.

Selain ada hal-hal lain, akhirnya membuat saya semakin yakin, bisnis tersebut tidak sesuai dengan pribadi saya.  Bukan sok alim, tapi, jika ada pilihan bisnis jenis lain yang lebih bermanfaat atau minimal lebih kecil mudhoratnya, maka lebih baik saya pilih yang lain.

Saya masih meyakini, cara berbisnis yang diajarkan Rasulullah, berdagang secara murni.  Manfaat yang dipromosikan adalah manfaat dari produk/jasa yang dijual, keuntungan yang didapatkan adalah sesuai dengan apa yang dikeluarkan.  Berapa nilai yang dikeluarkan pembeli, maka nilai sewajarnya pun akan didapatkannya.  Bisnis yang tidak perlu kita mengungkapkan berapa penghasilan saya dari berbisnis tersebut.  karena yang namanya usaha apsti akan ada untungnya, tidak pun dari segi rupiah, tapi pasti ada nilai-nilai untung lainnya.

Intinya, memang dalam menjalankan roda bisnis harus ada strategi marketing yang sesuai yang diterapkan.  Apa produknya, siapa sasaran marketnya, dimana berjualannya, apa medianya, bagaimana gimmick-gimmick yang dapat memancing dsbnya.  Tentu pakar marketing lebih paham.  Tapi....saya pribadi memiliki keyakinan bahwa jika ada pakem-pakem yang tidak sesuai pemikiran saya dan apa yang diajarkan agama saya, maka lebih baik saya hindarkan.

Ini pandangan pribadi saya.  Tidak bermaksud menyudutkan.  Jika orang lain masih berpandangan berbeda dengan saya dan tetap menjalankan usahanya di bidang MLM, silahkan. Karena pertanggung jawaban hidup juga secara individu.  Kalau pun saya yang salah menilai, itu juga tanggung jawab saya, begitu juga sebaliknya.  Wallahu'alam.

Wassalam
JeungRirie

No comments:

Post a Comment