Tuesday, June 10, 2014

Pengalaman diserobot dalam berwirausaha

Akhirnya, saya putuskan untuk menuliskan pengalaman saya kali ini dalam berwirausaha.  Harapan semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang terjun di dunia usaha meskipun usaha kecil.
Bahwa ada etika dalam berusaha, tidak semua hal dihalakan.  Apalagi kita sebagai umat muslim, ada aturan-aturan yang mesti menjadi panduan dan batasan kita.

Ceritanya, saya bersama kakak saya menjalankan usaha busana muslimah, ada pakaian ada kerudung.  Kurang lebih sudah berjalan 3 tahuan-an.  Mayoritas kami memproduksi sendiri barang-barang dagangan kami sesuai garis desain kami, minat kami dan aturan syariat Islam yang kami yakini.

Bisnis pakaian adalah bisnis yang mengikuti trend terkini, jadi wajar adanya jenis kemiripan dan kesamaan produk antar sesama produsen.  Desain kita bisa saja dijadikan inspirasi produsen lain atau dicontek plek-plek pun adalah hal yang biasa.  Kami juga harus mengikuti perkembangan trend terkini untuk mengembangkan ide-ide desain produk kami.  Kalau mentok sama murni ide sendiri kadang memang kami pun harus menerapkan sistem ATM; Amati, Tiru dan Modifikasi.

Soal "mencontek" bukan hal asing dan salah pada beberapa sisi.  Hanya saja etikanya, mencontek produk orang lain tapi mbok ya di modifikasi lah seminimal-minimalnya, jangan plek-plek banget.  Tapi juga namanya dunia usaha, yah kadang kita memang tidak bisa mengontrol produsen dan pasar.  Tinggal pintar-pintarnya kita menerapkan strategi marketing penjualan.

Nah!  Terkait hal diatas, sekali lagi kalau terjun di dunia usaha, yang namanya jenis produk kita di contek kemudian diproduksi mirip-mirip harus siap dan terima, kecuali kita sudah mendaftarkan hak cipta, ini soal lain.  Tapi kalau di dunia bisnis pakaian, soal desain berhubungan dengan kreatifitas ide dan otak agak susah melibatkan hak cipta.  Jangan kaget jika kemudian kita bisa menemukan, HAH! EDAN! INI SAMA BANGET SAMA PRODUK GUE! Biasa ituuuu.... TAPIIIII kalau kejadiannya sampai seperti yang saya alami, pasti semua memang tidak akan habis pikir.  GELENG-GELENG KEPALA SENDIRI.

Ini kisah NYATA!  Seorang teman yang masih notabene tetangga saya, hanya pernah beli 1 kali jualan kami, itu pun juga karena kepepet sama tenggat waktu berangkat haji yang mepet.  Selebihnya, meski dia tahu banget bahwa kami menyediakan perlengkapan muslimah yang sejenis dia butuhkan (Syar'i item), tapi tak pernah dia membeli satu pun lagi setelah dulu.  Sampai disini sih tidak masalah, mungkin produksi kami bukan selera dia, atau budget dia nggak nyampe',, hehehe...

Keemudian, saya sempat kaget dibuatnya, ternyata dia memakai salah satu kerudung yang menjadi trend mark jualan kami.  Memang kami sebagai pelopor yang memperkenalkan model kerudung tersebut, tapi sekarang sudah mulai ada juga yang memproduksi dan jual selain kami meski belum banyak seperti kerudung umum lainnya.  Pertanyaan saya, Kalau dia memang suka "model kerudung" begitu kenapa dia tidak beli ke saya seperti teman-teman saya lainnya, padahal tinggal telepon atau lompat untuk mampir ke butik yang dekaaat dari rumahnya.  Mencoba positif nih, mungkin dia mau beli yang lebih murah harganya.  tak terlalu ambil pusing awalnya, karena kan kita tidak bisa memaksa pembeli.

Namun akhirnya terjawab sudah MENGAPA oh KENAPA nya, hehehe...
Salah satu jasa rekanan penjahit kami dalam memproduksi gamis dan kerudung melaporkan pada kami bahwa ada seseorang yang mengaku mengenal kami (bahkan dia mengaku dia tetangga kami) minta dibuatkan pula gamis-gamis dan kerudung yang mirip dengan produksi brand kami.  Kacaunya lagi untuk kerudung dia minta dibuatkan sekalian jika produk kami sedang masuk produksi, alias nebeng produksi dengan desain yang SAMA.  Tambahannya lagi, dia minta di-SAMA-kan harganya dengan kami.  Sementara harga yang diberikan untuk kami adalahharga produksi massal bukan pembelian sedikit.  Ya jelas berbeda dong?

"Kalau mau masuk produksi SALIHA, tolong dilebihkan jumlah proudksinya untuk saya sekalian!"==>NEBENG MBAK?
"Harga untuk saya di-SAMAKAN aja dong dengan SALIHA!".
Kata tetangga saya itu.

HAH? Sama!  Saya pun sama tercengangnya dengan anda yang hanya membaca, apalagi kami yang mengalami.

"Lho kalau mau yang sama kenapa nggak beli sama saliha aja sekalian mbak?", tanya rekanan saya yang sudah kami kenal lama sekali.
"Soalnya ini pesanan orang Bu!", alasan tetangga saya itu.
"Kalau sama persis dengan desain yang dibuat oleh SALIHA saya tidak bisa, kalau mau model lain saja!".

Rekanan kami bukan mengadu domba, bagi kami dia mencoba menjaga amanah customernya yang lebih awal dikenalnya dalam bekerja sama.  Dia menjaga kepercayaan kami, desain yang kami titipkan untuk tidak sembarangan dia berikan ke orang lain.  jangankan ke orang lain, jika itu desain dari kami, dia pribadi saja tidak akan menjual di tokonya.  Jadi dia berharap customer barunya, which is tetangga kami ini, harusnya bisa menilai bahwa rekanan ini amanah orangnya, jadi kalaupun dia mau bekerja sama dia bisa "tenang", desain dan produknya "aman".

Seperti yang saya bahas diatas, kami menyadari, dalam dunia bisnis contek-mencontek itu biasa.  Toh dalam Islam kami meyakini "RIZKI NGGAK AKAN LARI KEMANA" bagi orang-orang yang mau berusaha dan jujur.  Masalahnya, orang ini, tetangga sendiri, kalau mau tinggal pesan ke kami.  Kenapa harus repot bikin sendiri kalau dia bisa tinggal pesan.  Kalaupun untuk dijual lagi ada 3 cara, cara pertama pesan banyak ke kami, lalu akan kami beri harga khusus, cara kedua it's ok lah dengan rekanan kami juga untuk memproduksi barang dia, tapi jangan contek plek plek apalagi sampai nebeng, kreatif lah dengan ide-ide sendiri!  Cara terakhir kalau mau sama persis juga dengan kami, cari lah rekanan penjahit lain, ini lebih beretika.  Masa' iya sih sama tetangga apalagi teman satu jamaah haji serobot begitu.

Akhirnya, saya dan kakak saya serahkan saja sama Allah.  Dalam arti tak perlu kami ributkan dan pusingkan, sekali lagi bahwa rizki sudah diatur Allah masing-masing untuk hambaNya.  Biar saja orang tidak jujur, asalkan kita tetap pada jalur kebenaran.  Bahasa kerennya, kita tidak ambil pusing, mau dicontek, mau diserobot, silahkaaan.  Toh pada akhirnya dia sendiri yang malu dan mempertanggung jawabkannya sama Allah Ta'ala.

Alhamdulillah, rekanan kami amanah, dia tidak mau menerima yang sistem nebeng tadi atau kalaupun tidak nebeng minta dibuatkan desainyang sama persis.  Dia menawarkan untuk bawa desain sendiri atay disamakan dengan desain milik rekanan kami.  Mungkin sudah keburu malu "ketahuan" kami, dia pun memilih mundur.

Jujur, kami tidak masalah produksi kami dicontek, dengan begini syiar kami dalam busana muslimah akan semakin berkembang melalui tangan-tangan orang lain.  Tapi...tentu harusnya ada etika dan aturan.  Tapi kadang manusia tidak peduli, semua dihajar yang penting menguntungkan.

Sekian curhatannya kali ini.  Semoga kami dan kita semua bisa mengambil hikmah dari pelajaran ini.

Wassalam
Jeungririe



No comments:

Post a Comment