Mana yang lebih dulu
perlu dijalani, mana yang lebih penting dan mana yang diutamakan oleh Allah dan
dicontohkan Rasulullah?
Saya coba bahas
sedikit dari sudut pandang saya.
Hijab fisik :
menutup aurat
sebagaimana di atur dalam Al-Quran & Hadist. Pakai kerudung dan pakai jilbab, hanya wajah dan telapak
tangan yang terlihat.
Hijab hati :
berahlak mulia,
berperilaku terpuji (gitu bukan sih
maksud jilbab hati yang didengungkan orang-orang?).
Hijab fisik itu
adalah WAJIB. Ini mah jelas sekali
di firmankan Allah dalam Al-quran dan dijelaskan Rasul dalam
hadist-hadistnya. Jadi, tidak ada
tawar menawar soal hukumnya.
Titik, tanpa koma.
Nah soal hijab
hati? Ya kalau maksudnya menjadi
insan atau hamba-Nya sebaik-baiknya tentu juga wajib. Secara garis besar (mungkin) maksud hijab hati adalah
menjadi hamba yang bertakwa dan berahlak baik. Dan, perihal bertakwa dan berahlak baik sesuai salah satu
hadist berikut adalah kewajiban.
Abu Dzar Jundud bin
Junadah dan Abu Abdurrahman Mu'adz bin Jabal ra. menerangkan Rasulullah saw
bersabda :
“Bertaqwalah kepada
Allah di manapun kalian berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”
(HR. Tirmidzi dan ia berkata : Ini adalah hadits hasan. Dan di
sebagain kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih)
Pelajaran yang terdapat
dalam hadits :
1. Takwa kepada Allah
merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal
shalih.
2. Bersegera melakukan
ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus
keburukan.
3. Bersungguh-sungguh
menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan
yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan
akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
Jadi…hijab
fisik dan hijab hati adalah dua hal yang berbeda namun sama-sama sebagai bentuk
ibadah dan ketakwaan pada Allah ta’ala. Meng-hijab tubuh adalah bentuk takwa sama Allah
Ta’ala. Hijab hati (berahlak
mulia) pun bentuk takwa sama Allah.
Sama-sama hal yang diwajibkan.
Tidak
ada didahulukan harus seiring sejalan.
Tidak ada alasan karena yang satu belum sempurna yang lainnya
ditinggalkan.
Mana
bisa, hijab fisik nanti dulu, biar hijab hatinya benar dulu. Percayalah, menjadi hamba sempurna
dengan hati yang sebaik mungkin adalah hal sulit bagi manusia. Yang sudah alim saja masih sering
kepleset apalagi yang masih tarap kelas 1 (baca: baru niat). Yang ada, hijab fisik tidak akan
terealisasi karena masih belum sempurna berahlak sebagai manusia. Wong manusia tempatnya salah. Ohya satu lagi, taat sama aturan Allah bukankah juga bagian dari insan manusia yang baik? Manusia yang baik kan juga yang taat sama aturan penciptanya. Aturan hijab fisik kan aturan yang diwajibkan Allah.
Hijab
fisik pun harus diikuti dengan hijab hati, biasanya perilaku dan ahlak akan
mengikuti. Bahasa kerennya, “Malu
sama jilbab” kalau berlaku yang tidak pantas. Tapi, sebagai manusia juga tidak akan sempurna, pasti sulit
luput dari dosa. Minimal dengan
berhijab akan menjadi benteng dalam berahlak.
“Tapi…masih
ada kok sudah berhijab fisik tapi kelakukan tidak lebih baik dari yang belum di
hijab”. YA JANGAN DITIRU! SUDAH
TAHU NGGAK BENER KOK DITANGGEPI?
Ambil yang baik (Oh iya ya dia sudah berhijab), tinggalkan yang buruk
(Oke, kalau saya berhijab saya tidak mau seperti dia). Sederhana kan?
Masih
berlasan hijab hati dulu?
Wassalam
JeungRirie
No comments:
Post a Comment