Thursday, January 16, 2014

Saat tetangga saya bukan Islam

Tetangga saya bukan muslim. Semoga bisa menjadi ladang dakwah bagi saya dan suami, mengenalkan Islam yang ramah, indah dan bersahabat tanpa mengorbankan akidah dan tauhid, Aamiin yaa Robb.

Sudah hampir dua minggu saya dan suami menempati rumah baru kami yang sebenarnya sudah setengah tahun untuk siap dihuni.  Hanya saja karena beberapa alasan penting yang membuat kami baru bisa pindah tepat di awal tahun 2014 ini.  Alhamdulillah.

Sejak awal membeli tanah saya sudah tahu bawah tetangga kiri lompat satu lahan tanah kami adalah non muslim tepatnya beragama nasrani.  Kami sudah berkenalan dengan tetangga kami yang keturunan etnis Cina tersebut sejak kami memantapkan hati untuk membangun rumah di tanah yang dibeli sekitar 5 tahun lalu itu.  Karena sudah kadung cinta sama lokasi tanah maka perbedaan agama dengan tetangga terdekat bukan halangan untuk kami melanjutkan proses pembelian tanah kala itu.

Lima tahun dari proses pembelian tanah, kami putuskan untuk membangun rumah di lahan kosong tersebut.  Kemudian kembali saya dapatkan info bahwa tetangga depan rumah agak geser 2 lahan kavling rumah juga beragama bukan islam melainkan hindu.

Kemudian...masalah gitu?

Dalam Islam, kita memang diharuskan bersahabat dengan saudara seiman seakidah, namun bukan berarti kita menghindari berkehidupan sosial dengan yang berbeda ketauhidan jika memang keadaan terkondisikan demikian.  Dan perbedaan juga tidak lantas membuat kita tidak berkasih sayang lho.  Bahkan Allah menyuruh kita berkasih sayang dengan setiap insan manusia, tanpa terkecuali.  Karena itu lah Islam sesungguhnya, agama yang ramah, kasih sayang, lemah lembut dan saling tolong menolong.

Hanya saja, dalam ranah ibadah dan akidah kita harus tetap berpegang teguh pada firman Allah dalam surat Al Kafirun :

2) Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah
3) Dan kamu bukan menyembah apa yang aku sembah
4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5) Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah apa yang aku sembah
6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku

Saat tetangga saya merayakan natal, saya tidak mengucapkan selamat juga tidak bertamu ke rumahnya, karena natal tentu saja bukan perayaan agama Islam dan hal itu sudah masuk dalam ranah ibadah, maka sebagai muslim sudah sepatutnya saya tidak perlu saya terlibat didalamnya.  Tapi tidak membuat saya berhenti bersosialisasi, beramah tamah, lemah lembut sama tetangga.

Buktinya, ketika beliau mengajak saya untuk menemaninya ke acara sosialisasi alias jalan-jalan ibu-ibu komplek, saya dengan senang hati menemani beliau yang rencananya akan berlangsung besok.  Padahal kalau saya menolak pun masih cukup beralasan mengingat acara tersebut diadakan oleh RT lain bukan RT tempat saya berdomisili.  Tapi menyenangkan hati tetangga sekaligus bisa jadi ajang silaturahim dengan tetangga lainnya kenapa tidak? Ya kan?;)

Intinya bagi saya, justru bertetangga dengan yang bukan Islam bisa saya gunakan sebagai bentuk syiar dan dakwah saya tentang Islam.  Semoga mereka bisa menilai bahwa perempuan ini yang penampilannya identik dengan baju dan jilbab kedombrongan alias lebar-lebar ini adalah sosok perempuan muslim yang ramah, suka memberi, tolong menolong, selalu tersenyum penuh kelembutan.  Hingga insyaAllah mereka bisa menyimpulkan, "Oh begini ya Muslim sebenarnya, meski nggak pernah ngucapin natal atau ikut merayakan bareng tapi baik dan ramah serta penolong!". Indahkan?

Bukan! Ini bukan misi tentang terhadap diri saya sebagai pribadi tapi ini syiar saya tentang agama saya, Islam.  Hanya karena Allah Ta'ala.  Allah memang tak minta hambanya membelanya, tapi adalah kewajiban setiap muslim menegakkan agamanya.  Salah satunya menunjukkan ahlak muslim sebagaimana mestinya.  Antara lain menjadi tetangga yang baik, ramah, helpful dan berkasih sayang.


No comments:

Post a Comment