Wednesday, October 17, 2012

OBAT AMPUH TETAP TEGAR DAN BAHAGIA YA BERSYUKUR


Sudah beberapa hari ini saya berfikir tentang "isi" dari apa yang akan saya tulisakan kali ini.  Tak sabar rasanya ingin menuangkan dan berbagi dengan siapapun yang membacanya.Well...masih tentang BERSYUKUR.  Ya saya suka sekali kata ini, kunci ampuh untuk membantu kita tetap tegar berdiri dalam keadaan terpuruk sekalipun.  Well..let us start it (*gaya bener).

Mencoba menarik beberapa halaman kehidupan kebelakang hingga saat ini, saya semakin menyadari bahwa SUNGGUH memang ALLAH maha baik.  Dia selalu mengirimkan karunia-Nya bagi kita, sadar nggak sadar, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa WE'RE NOTHING WITHOUT HIM! Meski saat kita galau suralau bin sedih nan pilu sekalipun, pasti tetap ada sisi-sisi menyenangkan dalam hidup kita.  So..masih bisa bilang kita di-dzalimi-Nya?

As a human being, setiap dari kita pasti ada lah melalui masa-masa menyedihkan, terpuruk, mungkin rasanya derita tiada henti, itu menurut kita.  Terlarut dalam kesedihan kadang membuat kita lupa akan sisi-sisi kebahagiaan yang Allah sediakan untuk kita, bahkan melebihi dari apapun dari baggian kehidupan kita.  Saya yakin, kita tak sanggup menghitung bahwa ternyata kita lebih sering tersenyum dibandingkan galau.  Saat berkumpul dengan keluarga, reunian dengan kawan-kawan, meeting dengan client, berncengkrama dengan anak-anak, bukankah lebih banyak senyum dan tawa ketimbang kita menenteskan air mata?  lalu masih berani bilang "Kok Allah menguji gue terus dengan kesedihan yah?".

Setelah ditelaah lebih dalam (*Jiiiyyeeee), yakin Allah yang mendzolimi kita? Kira-kira tangan kita bisa teriris pisau saat masak gara-gara siapa? Kira-kira kita keserempet bajaj dijalanan gara-gara apa? Kira-kira anak tidak mendapat prestasi baik dikelas salah siapa? Kira-kira karir kita begini-begini saja karena siapa? Kira-kira macet dijalanan ulah siapa? Hayo coba jawab yang jujur, kalau bukan karena ulah-ulah KITA SENDIRI? Masih berani bilang ujian adalah Allah telah mendzalimi kita?

Oke-lah kadang ada "ujian" hidup yang rasanya bukan karena ulah kita secara langsung, contoh "Lho gue udah setia setengah mati tapi suami selingkuh, apa iya karena ulah gue? Setia aja diselingkuhi, apalagi udah setia?", well..satu akibat kan nggak melulu karena satu ulah yang seirama, bisa jadi lho ulah kita iramanya DO eh akibatnya malah melenceng jadi LA atau SI, nggak melulu jadi Do atau RE, MI yang nadanya agak deketan.  Bisa jadi diselingkuhi karena ada hal lain yang nggak terkait secara langsung yang memerlukan intropeksi diri kita lebih mendalam.  Sekalipun nih dalam masalah kita nggak menemukan jawabannya, misal "Kayaknya gue sudah menjadi istri sebaik mungkin, tapi masih aja..".  Well...sebagai hamba-Nya harus percaya tidak mungkin kita luput dari berbuat salah, baik kecil ataupun besar.  Untuk itu lah kita perlu intropeksi diri.

Saya si manusia biasa-biasa saja ini, sedang dalam proses belajar, ketika dirundung 'ujian', kenapa saya alami ini dan itu, kok nggak seperti orang--orang bisa begini, bisa begitu? Lalu WHAT?  Semoga apa yang menjadi pemikiran saya dapat menjadi hal baik yang dapat dibagikan dan dicerna. (*Gayabeuneur).  Gini lho, saya coba merenung atas beberapa maslah hidup, sebenarnya jika kita berfikir dalam, benar lho, sesungguhnya ALLLAH itu tidak pernah mendzalimi diri kita.  bahwa sesungguhnya kita sendiri lah yang mendzalimi diri kita sendiri.  Seperti ulasan saya diatas, kita begini-begitu kan karena apa yang kita fikirkan dan perbuat di sebelum-sebelumnya.  Bisa lulus sekolah ya karena usaha belajar, yah meski ada yang lulus ujian dengan nyontek, minimal 'usaha' juga kan walau usaha yang BAD? :p.  Bisa menikah karena usaha ketemu jodohnya, meski taaruf sekalipun kan kita juga usaha "Eh gue cari istri or suami nih, carikan calonnya dong!", modal ngomong aja udah usahakan? "Eh ALhamdulillah gue udah jadi Manager lho", berkat kerja keras.  "Kok penjualan gue segini-segini aja yah, padahal udah pulang malam melulu?", lupa yah kamu cuma pulang malam sesekali eh si B pulangnya barengan atpam sesi kedua lho makannya salesnya menjulang tinggi, dan sebagainya. (BTW, sample just sample case yah!:D)  Pokoknya mau baik or buruk karena sikap kita sendiri kan? Jadi bagian mana ALLAH mendzalimi kita?  MAlah DIA super baik, segala dituruti, yang nggak sesuai doa kita, Allah super baik, katanya "IT IS NOT GOOD, I SUBTITUTE SOMETHING BETTER or IT IS NOT NOW yah!".

Setelah makin berfikir begitu, jadi makin bersyukur, IYA YAH dibalik cobaan-cobaan saya ini, harusnya saya semakin bersyukur, sesunggunya cobaan nggak ada apa-apanya dibandingkan kebahagiaan saya.  Kalaupun ada dan ujian nampak ga berhenti-berhenti itu sungguh karena ulah saya sendiri.  Well..simpe case, belum punya anak, ya kalau ditanya hati paling dalam, jujur memang ternyata usaha selama ini belum maksimal.  Bisa aja mengakui "Udah maksimal kok!", hehehe...tolak ukurnya siapa? Sepanjang belum ada hasil yang belum maksimal, mungkin secara duniawi udah maksimal poll, tapi secara agamawi, belum berdoa dengan sungguh-sungguh, Dhuha masih suka tinggal, tahajud masih suka absen, dzikir ada kadang masih ada lupa-lupanya.  Well..oke berarti harus mengakui BELOM MAKSIMAL EUY! Kamu sendiri gimana? Sama nggak?

Jadi sebenarnya, suka malu, kita belum maksimal sama Allah saja sudah diberikan kenikmatan begitu banyaknya, itu pun masih suka merasa kurang, masih suka merasa terdzolimi.  Duh malu yah!  Kurang baik apa coba Allah sama kita? Saya pikir, saya tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan, hanya saja bentuk suka dan duka orang kan masing-masing beda beda.  Jangan pernah bilang "tapi kan hidup lo udah enak bla bla bla", Lha kita kan nggak tahu bagaimana dalamnya kehidupan orang lain, kan nggak mungkin juga aib dan kedukaan seseorang kita ketahui detail, bisa saja orang lain nampak senang terus diluar, ITU TAMPAK luar aja lho, sesungguhnya setiap orang itu punya masalah yang belum tentu masalah orang lain yang kita anggap enteng, tapi kita sanggup menghadapinya kalau kita yang menjalani, Na'udzubillahi minzalik.  Memang kelihatan si A bahagia dengan harta berlimpah, eh ternyata anaknya (maaf) ada "keistimewaan", belum tentu lho kita sanggup memeiliki anak yang memiliki keistimewaan.  Bisa saja si A nampaknya sukses berat dengan karirnya sementara ternyata dia selalu meneteskan airmata tiap kali bicara jodoh, emang gampang menghadapi pertanyaan orang tua dan keluarga bahkan teman-teman "kok belum nikah juga?".  Kelihatannya aja selalu senang dengan pasangan harmonis, anak-anak lengkap, ternyata sang istri mengidap kanker.  Sebahagi-bahagianya orang pasti ada deh salah 1 dalam fase hidupnya mengalami kedukaan.  IS IS BECAUSE kita manusia-mahluk yang nggak sempurna, bisa saja melakukan salah dalau dikenai salah, bisa senang bisa sedih.  THAT's a LIFE kan?

So....titik poin dari semua ini adalah...SYUKUR! No matter what happen tetaplah bersyukur! Allah nggak pernah dzolim sama hambanya, kita lah yang mendzolimi diri kita sendiri.  kalau mau makin baik ya kitanya lah yang terus memperbaiki diri, nothing useless, I BELIEVE THAT!  Sekalipun sudah usaha poll, berusaha sebaik mungkin, sekiranya ada doa yang belum terkabulkan di dunia, setidaknya insyaAllah di akhirat.  ITU KAN JANJI ALLAH, Insya Allah!

Wassalam
Salam Syukur! Hehehehe...

Jeung Ririe

No comments:

Post a Comment