Tuesday, December 17, 2013

PROLOG of My Novel's Project

Bismillahirrohmaanirrohiim

Inssya Allah saya akan kembali menulis, melantunkan melodi untaian kata-kata, bermimpi dalam torehan tinta pada kertas.  Kali ini berlatar belakang pengalaman sendiri dibalut sedikit dan banyak improfisasi.  Semoga bisa berbgai secara positif dan menebar manfaat, Aamiin.

Doakan saya tidak terjebak dalam 'kemalasan' menyelesaikannya yah!


PROLOG
(NOVEL : PERMATA HATI-Kerinduan hati perempuan-


Kehidupan layaknya sebuah perjalanan darat, adakalanya berjalan landai, ada kalanya mendaki bukit, kadang halus bak jalanan beraspal atau kadang banyak terjal menghadang.  Kadang kita harus menekan gas sekencang mungkin agar bisa segera mencapai tujuan atau justru harus sedikit bersabar dalam pijakan rem, karena terburu-buru juga tak selamanya baik. 

Begitu pun perjalanan kita dalam kehidupan yang tak selalu mulus juga tidak bisa dihindari dari pelbagai tahapan.  Tahapan-tahapan yang mau tidak mau harus dihadapi meski kadang tak sesuai harapan.  Setiap tahapan yang berlaku umum dimanapun.  Hanya soal waktu dan takdir saja yang membedakan.

Masa anak-anak memasuki tahapan remaja yang kemudian masuk dalam tahapan dewasa dimana dimulainya perjalanan kehidupan sesungguhnya.  Tantangan kehidupan dimulai saat kita mulai memasuki usia dewasa kita diberi pertanyaan oleh alam, KAPAN MENIKAH?  Bukan pertanyaan yang mudah bukan?  Jika sudah ada calonnya mungkin tinggal menyebutkan bulan perkiraan, jika masih di awang-awang tentu hanya bisa menjawab dengan senyuman, itu pun kadang bisa senyuman terpaksa.  Kita kan hanya manusia biasa, mana kita tahu kapan waktu akan menikah.  Tapi itu sesuatu yang normal, karena bukankah setiap manusia dewasa pada akhirnya memang selayaknya memiliki pasangan hidup yang ditautkan dalam sebuah ikatan yang disebut pernikahan?

Apabila pertanyaan atas “Kapan menikah?” sudah ada jawaban, maka bukan berarti ujian kehidupan telah berakhir.  Akan ada berjuta pertanyaan yang tiada akan berhenti meski sudah terjawab pada satu tahapan, bersiaplah pada pertanyaan selanjutnya yang kadang sulit sekali dijawab.  Bahkan kadang (atau mungkin banyak) harus dijawab melalui tangis air  mata.   Pertanyaan selanjutnya adalah “SUDAH PUNYA BERAPA ANAK?”.

Untuk pasangan yang baru menikah dan langsung dikaruniai kehamilan dan kemudian menjelma menjadi sosok yang disebut anak bukanlah pertanyaan sulit, “Alhamdulillah sudah satu” atau “langsung dikasih kembar nih!”.  Nampak indah sekali bukan?  Pertanyaan ujian kehidupan pada tahapan ini tidaklah terlalu sulit.

Lalu…apa kabar dengan pasangan yang perjalanan rumah tangganya tidak semulus pasangan-pasangan pada umumnya seperti itu?  Pasangan yang harus menanti tidak dalam waktu yang cepat, harus menunggu dalam tempo waktu yang tak ada yang bisa memastikan berapa lama.  Hanya Sang khalik-Allah-lah yang tahu.

Pada tahapan khusus ini adalah tahapan yang sungguh tidak mudah, baik bagi si istri maupun si suami.  Karena setiap pasangan yang menikah pada akhirnya tentu juga bertujuan memiliki keturunan, kehadiran anak-anak yang merupakan peleburan cinta dan kasih kedua orang tuanya.  Merindukan kehadiran tangis bayi memekik telinga yang pasti terasa bak lantunan melodi. 

Namun apa daya, ujian kan memang tak selalu mudah.  Pasangan-pasangan khusus tersebut harus sedikit atau…harus banyak bersabar dalam penantian.  Bisa jadi, Tuhan ingin melihat sejauh mana kekuatan kita dalam berusaha dan menanti. 

Meski kadang hampir jatuh dalam kubangan putus asa.  Sungguh tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa ujian kehidupan berumah tangga salah satunya menanti yang dinanti, yang pasangan lain bisa dengan mudahnya, baru menikah langsung ‘jadi’, sementara ada yang harus menanti bertahun-tahun berteman dengan waktu dan rasa sabar. 

Tak jarang air mata jadi teman setia, saksi betapa keras keinginan menanti jawaban ‘itu’ tiba.  Kapan?  Wallahu’ama, hanya Allah yang tahu.

Dan, seperti janji Tuhan pada hambaNya, setiap ujian adalah sesuai kesanggupan manusianya.   Dia hanya minta manusia berusaha, bersabar dan berdoa.  Semoga…pada waktunya nanti Kau izinkan kami-kami, para pasangan yang menanti dengan kesungguhan, Kau izinkan memeluk penerus-penerus sedarah kami Ya Robb!  Memeluk anak-anak kami yang hadir atas restu dan izinMu, Aamiin Yaa Robb!

No comments:

Post a Comment