Sunday, June 29, 2014

Ramadhan kali ini

Tahun ini saya tidak menunaikan ibadah puasa seperti muslimin pada umumnya.  Kalaupun puasa tidak akan secara penuh sebulan lamanya.  Bulan karena haid atau mentruasi, tapi dikarenakan saya tengah hamil anak pertama saya dan suami, insyaa Allah.

Alasan medis dan hukum agama yang menjadi landasan saya memutuskan untuk tidak berpuasa. Dalam Islam wanita hamil dan menyusui diberikan kemudahan untuk tidak berpuasa. Tinggal nanti di bulan lain diganti dengan membayar fidyah atau meng-qadha puasanya.  Sementara alasan medis, mengingat ini kehamilan yang dinanti-nanti dengan masa tunggu 6 tahun lamanya, kondisi tubuh dan kebutuhan janin, maka untuk meminimalisir kemungkinan kurang baik akibat kurang asupan makanan & gizi, maka saya putuskan memang untuk tidak menjalankan puasa.

Namun, absen dari puasa fisik (makan & minum),  insyaa Allah tidak absen dari puasa hati. Berusaha meningkatkan kualitas ibadah selayaknya orang berpuasa, berusaha menjaga hati, lisan dan laku, ikhlas kRena Allah Ta'ala.   Semoga tidak mengurangi esensi beribadah pada Allah Ta'ala khususnya di bulan nan suci ini. Aamiin allahumma aamiin.

So...bagaimana rutinitas aktifitas ibadah selama bulan Ramadhan mu? Sudah direncanakan dengan matang? ;)


Wassalam
JeungRirie

Saturday, June 28, 2014

ketika disentil cobaan berbuah hikmah

Qadarallah, menjelang Ramadhan dikunjungi beberapa cobaan kecil.

Setiap ujian pasti ada sayatan di hati, meski itu sedikit. Itu karena kita selalu menilai hal yang terjadi pada kita secara versi kita, mausia yang kadang sok tahu. Hanya mengharap apa yang diinginkan, padahal belum tentu yang kita butuhkan. Bisa jadi justru ujian itu lah yang baik untuk kita. Seperti yang Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 286.

Bersandar pada firman-Nya itu lah, maka saat cobaan datang seperti kemarin (apalagi hanya cobaan kecil bin minim), chuznudzon bahwa itu adalah cara baik Allah yang ditakdirkan-Nya bagi bagi kami. Bersyukur, bisa jadi itu cara Allah agar di bulan Ramadhan ini kami senantiasa berpelukan dengan-Nya.  Semakin "eksis" mendekatkan diri pada-Nya.

Dan...semakin mengakarkan arti ikhlas. indahnya...

Wassalam


Tuesday, June 10, 2014

Hijab Fisik dulu atau Hijab Hati dulu?


Mana yang lebih dulu perlu dijalani, mana yang lebih penting dan mana yang diutamakan oleh Allah dan dicontohkan Rasulullah?

Saya coba bahas sedikit dari sudut pandang saya. 
Hijab fisik :
menutup aurat sebagaimana di atur dalam Al-Quran & Hadist.  Pakai kerudung dan pakai jilbab, hanya wajah dan telapak tangan yang terlihat.

Hijab hati :
berahlak mulia, berperilaku terpuji (gitu bukan sih maksud jilbab hati yang didengungkan orang-orang?).

Hijab fisik itu adalah WAJIB.  Ini mah jelas sekali di firmankan Allah dalam Al-quran dan dijelaskan Rasul dalam hadist-hadistnya.  Jadi, tidak ada tawar menawar soal hukumnya.  Titik, tanpa koma.

Nah soal hijab hati?  Ya kalau maksudnya menjadi insan atau hamba-Nya sebaik-baiknya tentu juga wajib.  Secara garis besar (mungkin) maksud hijab hati adalah menjadi hamba yang bertakwa dan berahlak baik.  Dan, perihal bertakwa dan berahlak baik sesuai salah satu hadist berikut adalah kewajiban.

Abu Dzar Jundud bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu'adz bin Jabal ra. menerangkan Rasulullah saw bersabda :

“Bertaqwalah kepada Allah di manapun kalian berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”

(HR. Tirmidzi dan ia berkata : Ini adalah hadits hasan. Dan di sebagain kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
2. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Jadi…hijab fisik dan hijab hati adalah dua hal yang berbeda namun sama-sama sebagai bentuk ibadah dan ketakwaan pada Allah ta’ala.   Meng-hijab tubuh adalah bentuk takwa sama Allah Ta’ala.  Hijab hati (berahlak mulia) pun bentuk takwa sama Allah.  Sama-sama hal yang diwajibkan.

Tidak ada didahulukan harus seiring sejalan.  Tidak ada alasan karena yang satu belum sempurna yang lainnya ditinggalkan.

Mana bisa, hijab fisik nanti dulu, biar hijab hatinya benar dulu.  Percayalah, menjadi hamba sempurna dengan hati yang sebaik mungkin adalah hal sulit bagi manusia.  Yang sudah alim saja masih sering kepleset apalagi yang masih tarap kelas 1 (baca: baru niat).  Yang ada, hijab fisik tidak akan terealisasi karena masih belum sempurna berahlak sebagai manusia.  Wong manusia tempatnya salah.  Ohya satu lagi, taat sama aturan Allah bukankah juga bagian dari insan manusia yang baik?  Manusia yang baik kan juga yang taat sama aturan penciptanya.  Aturan hijab fisik kan aturan yang diwajibkan Allah.

Hijab fisik pun harus diikuti dengan hijab hati, biasanya perilaku dan ahlak akan mengikuti.  Bahasa kerennya, “Malu sama jilbab” kalau berlaku yang tidak pantas.  Tapi, sebagai manusia juga tidak akan sempurna, pasti sulit luput dari dosa.  Minimal dengan berhijab akan menjadi benteng dalam berahlak.

Tapi…masih ada kok sudah berhijab fisik tapi kelakukan tidak lebih baik dari yang belum di hijab”.  YA JANGAN DITIRU! SUDAH TAHU NGGAK BENER KOK DITANGGEPI?  Ambil yang baik (Oh iya ya dia sudah berhijab), tinggalkan yang buruk (Oke, kalau saya berhijab saya tidak mau seperti dia). Sederhana kan?

Masih berlasan hijab hati dulu?

Wassalam
JeungRirie



Ngidam sirup markisa dingin

Selama hamil, pertanyaan paling sering selain usia kehamilan adalah "NGIDAM APA?".  Sebelum saat ini saya suka bingung jawabnya, karena memang tidak ada hal khusus yang menjadi bahan ngidam.  Bahkan tidak makanan juga tidak minuman khusus.  kalaupun ada yang di penegen-in tidak melulu harus makan atau minum itu.

Tapi belakangan ini baru nyadar, pas masuk bulan ke-4 menuju 5, saya suka banget sama minuman sirup markisa, itu pun harus yang dingin ditambah es batu.  Rasanya tuh segeeeer banget.  Baru kali ini sejarahnya beli khusus sirup markisa, biasanya kalaupun punya adalah oleh-oleh dari Medan.



Jadi sudah beberapa minggu ini khususnya siang hari lagi panas-panasnya, setlah makan siang ditutup dengan segelas sirup markisa super dingin.  Biar makin mantab dan bergizi juga suka saya tambahkan potongan buah didalamnya.  Hummm...yummi!

Wassalam
JeungRirie

Pengalaman diserobot dalam berwirausaha

Akhirnya, saya putuskan untuk menuliskan pengalaman saya kali ini dalam berwirausaha.  Harapan semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang terjun di dunia usaha meskipun usaha kecil.
Bahwa ada etika dalam berusaha, tidak semua hal dihalakan.  Apalagi kita sebagai umat muslim, ada aturan-aturan yang mesti menjadi panduan dan batasan kita.

Ceritanya, saya bersama kakak saya menjalankan usaha busana muslimah, ada pakaian ada kerudung.  Kurang lebih sudah berjalan 3 tahuan-an.  Mayoritas kami memproduksi sendiri barang-barang dagangan kami sesuai garis desain kami, minat kami dan aturan syariat Islam yang kami yakini.

Bisnis pakaian adalah bisnis yang mengikuti trend terkini, jadi wajar adanya jenis kemiripan dan kesamaan produk antar sesama produsen.  Desain kita bisa saja dijadikan inspirasi produsen lain atau dicontek plek-plek pun adalah hal yang biasa.  Kami juga harus mengikuti perkembangan trend terkini untuk mengembangkan ide-ide desain produk kami.  Kalau mentok sama murni ide sendiri kadang memang kami pun harus menerapkan sistem ATM; Amati, Tiru dan Modifikasi.

Soal "mencontek" bukan hal asing dan salah pada beberapa sisi.  Hanya saja etikanya, mencontek produk orang lain tapi mbok ya di modifikasi lah seminimal-minimalnya, jangan plek-plek banget.  Tapi juga namanya dunia usaha, yah kadang kita memang tidak bisa mengontrol produsen dan pasar.  Tinggal pintar-pintarnya kita menerapkan strategi marketing penjualan.

Nah!  Terkait hal diatas, sekali lagi kalau terjun di dunia usaha, yang namanya jenis produk kita di contek kemudian diproduksi mirip-mirip harus siap dan terima, kecuali kita sudah mendaftarkan hak cipta, ini soal lain.  Tapi kalau di dunia bisnis pakaian, soal desain berhubungan dengan kreatifitas ide dan otak agak susah melibatkan hak cipta.  Jangan kaget jika kemudian kita bisa menemukan, HAH! EDAN! INI SAMA BANGET SAMA PRODUK GUE! Biasa ituuuu.... TAPIIIII kalau kejadiannya sampai seperti yang saya alami, pasti semua memang tidak akan habis pikir.  GELENG-GELENG KEPALA SENDIRI.

Ini kisah NYATA!  Seorang teman yang masih notabene tetangga saya, hanya pernah beli 1 kali jualan kami, itu pun juga karena kepepet sama tenggat waktu berangkat haji yang mepet.  Selebihnya, meski dia tahu banget bahwa kami menyediakan perlengkapan muslimah yang sejenis dia butuhkan (Syar'i item), tapi tak pernah dia membeli satu pun lagi setelah dulu.  Sampai disini sih tidak masalah, mungkin produksi kami bukan selera dia, atau budget dia nggak nyampe',, hehehe...

Keemudian, saya sempat kaget dibuatnya, ternyata dia memakai salah satu kerudung yang menjadi trend mark jualan kami.  Memang kami sebagai pelopor yang memperkenalkan model kerudung tersebut, tapi sekarang sudah mulai ada juga yang memproduksi dan jual selain kami meski belum banyak seperti kerudung umum lainnya.  Pertanyaan saya, Kalau dia memang suka "model kerudung" begitu kenapa dia tidak beli ke saya seperti teman-teman saya lainnya, padahal tinggal telepon atau lompat untuk mampir ke butik yang dekaaat dari rumahnya.  Mencoba positif nih, mungkin dia mau beli yang lebih murah harganya.  tak terlalu ambil pusing awalnya, karena kan kita tidak bisa memaksa pembeli.

Namun akhirnya terjawab sudah MENGAPA oh KENAPA nya, hehehe...
Salah satu jasa rekanan penjahit kami dalam memproduksi gamis dan kerudung melaporkan pada kami bahwa ada seseorang yang mengaku mengenal kami (bahkan dia mengaku dia tetangga kami) minta dibuatkan pula gamis-gamis dan kerudung yang mirip dengan produksi brand kami.  Kacaunya lagi untuk kerudung dia minta dibuatkan sekalian jika produk kami sedang masuk produksi, alias nebeng produksi dengan desain yang SAMA.  Tambahannya lagi, dia minta di-SAMA-kan harganya dengan kami.  Sementara harga yang diberikan untuk kami adalahharga produksi massal bukan pembelian sedikit.  Ya jelas berbeda dong?

"Kalau mau masuk produksi SALIHA, tolong dilebihkan jumlah proudksinya untuk saya sekalian!"==>NEBENG MBAK?
"Harga untuk saya di-SAMAKAN aja dong dengan SALIHA!".
Kata tetangga saya itu.

HAH? Sama!  Saya pun sama tercengangnya dengan anda yang hanya membaca, apalagi kami yang mengalami.

"Lho kalau mau yang sama kenapa nggak beli sama saliha aja sekalian mbak?", tanya rekanan saya yang sudah kami kenal lama sekali.
"Soalnya ini pesanan orang Bu!", alasan tetangga saya itu.
"Kalau sama persis dengan desain yang dibuat oleh SALIHA saya tidak bisa, kalau mau model lain saja!".

Rekanan kami bukan mengadu domba, bagi kami dia mencoba menjaga amanah customernya yang lebih awal dikenalnya dalam bekerja sama.  Dia menjaga kepercayaan kami, desain yang kami titipkan untuk tidak sembarangan dia berikan ke orang lain.  jangankan ke orang lain, jika itu desain dari kami, dia pribadi saja tidak akan menjual di tokonya.  Jadi dia berharap customer barunya, which is tetangga kami ini, harusnya bisa menilai bahwa rekanan ini amanah orangnya, jadi kalaupun dia mau bekerja sama dia bisa "tenang", desain dan produknya "aman".

Seperti yang saya bahas diatas, kami menyadari, dalam dunia bisnis contek-mencontek itu biasa.  Toh dalam Islam kami meyakini "RIZKI NGGAK AKAN LARI KEMANA" bagi orang-orang yang mau berusaha dan jujur.  Masalahnya, orang ini, tetangga sendiri, kalau mau tinggal pesan ke kami.  Kenapa harus repot bikin sendiri kalau dia bisa tinggal pesan.  Kalaupun untuk dijual lagi ada 3 cara, cara pertama pesan banyak ke kami, lalu akan kami beri harga khusus, cara kedua it's ok lah dengan rekanan kami juga untuk memproduksi barang dia, tapi jangan contek plek plek apalagi sampai nebeng, kreatif lah dengan ide-ide sendiri!  Cara terakhir kalau mau sama persis juga dengan kami, cari lah rekanan penjahit lain, ini lebih beretika.  Masa' iya sih sama tetangga apalagi teman satu jamaah haji serobot begitu.

Akhirnya, saya dan kakak saya serahkan saja sama Allah.  Dalam arti tak perlu kami ributkan dan pusingkan, sekali lagi bahwa rizki sudah diatur Allah masing-masing untuk hambaNya.  Biar saja orang tidak jujur, asalkan kita tetap pada jalur kebenaran.  Bahasa kerennya, kita tidak ambil pusing, mau dicontek, mau diserobot, silahkaaan.  Toh pada akhirnya dia sendiri yang malu dan mempertanggung jawabkannya sama Allah Ta'ala.

Alhamdulillah, rekanan kami amanah, dia tidak mau menerima yang sistem nebeng tadi atau kalaupun tidak nebeng minta dibuatkan desainyang sama persis.  Dia menawarkan untuk bawa desain sendiri atay disamakan dengan desain milik rekanan kami.  Mungkin sudah keburu malu "ketahuan" kami, dia pun memilih mundur.

Jujur, kami tidak masalah produksi kami dicontek, dengan begini syiar kami dalam busana muslimah akan semakin berkembang melalui tangan-tangan orang lain.  Tapi...tentu harusnya ada etika dan aturan.  Tapi kadang manusia tidak peduli, semua dihajar yang penting menguntungkan.

Sekian curhatannya kali ini.  Semoga kami dan kita semua bisa mengambil hikmah dari pelajaran ini.

Wassalam
Jeungririe



Sunday, June 8, 2014

Yuk! Tahsin Tilawah Al-Quran!

Sebagai muslim Al-quran itu adalah sumber hukum utama umat Islam hidup di dunia.  Al-quran yang dianugerahi Allah berbahasa Arab itu sangat diyakini mencakup segala hal aturan kehidupan dan segala ciptaan-Nya.  Untuk itu kita perlu dan harus membaca dan memahaminya.  Apalagi bacaan Al-quran juga kita gunakan dalam bacaan dalam sholat.

Tapi sebelum memaknainya kita pastilah harus bisa membacanya.  Dan bahasa arab itu sangat sensitif, salah penulisan, salah cara membacanya bisa membuat arti dan makna berbeda. Nah, sudah benarkah cara kita membaca Al-quran?

Untuk itu lah dibutuhkan TAHSIN yang artinya memperbaiki, memperindah, mempercantik.  Apa yang di-tahsin?  Tentu saja bukan Al-qurannya.  Al-quran tentu sudah sempurna tidak perlu diperbaiki lagi.  Tahsin adalah pada tilawah (cara kita membaca) Al-quran.  jadi yang perlu kita tingkatkan adalah TAHSIN TILAWAH AL-QURAN, memperbaiki cara kita membaca Al-Quran. 

Sehubungan dengan topik ini, kemarin sahabat saya bercerita bahwa dia menyadari sebagai seorang muslim dia masih jauh dari 'bisa' membaca Al-Quran.  Kalau membaca standar sih dia bisa, tapi berdasar pengakuannya, tajwidnya masih keriting alias tidak beraturan.  Sudah lama pula dia menyadari bahwa dia harus meningkatkan tahsin tilawah Al-Quran.  Hanya saja, pengakuannya pula, sebagai manusia seringkali terbentu oleh masalah waktu yang belum ada.

Sebenarnya bukan tidak ada waktu, tapi belum diprioritaskannya waktu khusus untuk meningkatkan kemahiran membaca Al-quran.  Sibuk & no time akan selalu jadi tameng dan tumbal untuk kita menunda-nunda suatu hal.  Tidak heran akhirnya keinginan baru sekedar di bibir saja.

Lain hal ketika kita bersungguh-sungguh, maka kita akan memprioritaskan waktu kita untuk suatu hal.  Alhamdulillah, sahabat saya ini akhirnya terketuk untuk serius dengan keinginannya.  Justru di saat dia tengah sibuk kembali bergulat dengan dunia kerja, dia memutuskan untuk memperbaiki bacaan Al-qurannya yang jauh dari ilmu tajwid tadi.

Sekarang, dia bersama adik dan keponakannya memanggil guru mengaji khusus guna merealisasikan hal tersebut.  Dua kali dalam seminggu mereka mengkaji ilmu-ilmu tajwid cara membaca Al-Quran dengan benar.  Semakin belajar diakuinya ternyata banyak ilmu yang belum diketahuinya.  InsyaaAllah, semoga dengan terealisasinya kembali belajar ini semakin mahir dalam tilawahnya.  Aamiin allahumma aamiin.

Sekarang...bagaimana dengan kita?;-)

Wassalam
JeungRirie

Anak itu amanah

Ada yang mengharapkan anak namun tak mudah mendapatkannya.
Ada yang dimudahkan tentunya sangat berbahagia.
Namun, menyedihkan, ada yang dimudahkan namun menyia-nyiakannya.

Lumrah jika baru menikah tak lama kemudian diberi berita bahagia, KEHAMILAN.  Sementara, "kami-kami" yang tak semudah itu, harus extra sabar menanti.  Sungguh, tidak mudah lho berada di posisi sebagai seorang suami-istri yang berumah tangga bertahun-tahun tidak diberi kemudahan selayaknya pasangan lain.  

Tapi sedih hati ini setiap kali mengetahui ada anak yang tak dikasihi dan di asuh oleh orang tua kandungnya dengan layak sesuai hak-nya.  Bahkan terbuang dari orang tua kandungnya dengan berbagai alasan.  Jika itu alasannya ekonomi kemudian diberikan hak asuhnya pada orang lain yang lebih berkecukupan, mungkin sedikit hati masih kita maklumi.  Namun jika alasannya demi menutupi aib, astagfirullah!  Entah lah, hanya Allah yang tahu!

Anak itu amanah, dia layak dan berhak mendapatkan pengakuan, penghidupan, sesuai yang diamanahkan Allah pada kita!  Jangan kita sia-siakan.  Wallahu'alam.

Bagi yang masih menanti, bersabarlah.  Terus berusaha, berdoa dan tawakal sama Allah.  Dia yang maha tahu kapan waktu terbaik bagi hamba-Nya.

Semoga, Allah memudahkan jalan orang-orang yang penuh penantian.  Dan semoga Allah segera membuka hati orang-orang yang menyia-nyiakan karunia-Nya.  baik-buruk anak tetap mahluk ciptaan-Nya yang diamanahkan untuk dirawat penuh kasih sayang, diakui, sesuai hak-nya.

Aamiin ya robbal alamiin.

Wassalam
JeungRirie

Friday, June 6, 2014

Hebohnya Pilpres

Sebelum membaca tuntas, PERINGATAN!  Ini saya tujukan untuk sesama Muslim.  Supaya no heart feeling dalam beragama.  Hargai, bahwa kami umat Islam memiliki ajaran yang harus melibatkan segala hal di jehidupan dengan landasan agama kami.

Gempita PILPRESS kali ini sepertinya lebih heboh dari sebelum-sebelumnya.  Apalagi calon yang di usung hanya dua orang, jadi versus to versus-nya lebih kena'.

Saya?  Sebagai bangsa negara yang baik tentu saya tidak mau ketinggalan.  Tapi saya juga tidak meninggalkan landasan agama yang saya anut, Islam-Rahmatan Lillahi alamin.  Pertanyaan saya sebelumnya, Duh, demokrasi kan bukan dari Islam, boleh tidak ya terlibat?

Alhamdulillah, semangat kebangsaan saya sejalan dengan apa yang diajarkan dalam agama saya.  Menurut banyak Ulama dan Ustadz yang saya amati pendapatnya, salah satunya oleh Ustad Firanda salah satu ulama besar dari Indonesia yang tinggal dan mengajar di Madinah, sudah disepakati oleh sebagian besar Ulama di dunia, bahwa dalam Islam, meski berada di negara yang tidak menjalankan konsep syariat Islam sekalipun, demi menghindarkan mudhorat yang lebih besar, maka diperbolehkan ikut dalam pemilihan umum.  (Untuk lebih jelas, soal dalil pendukug serta alasan-alasannya, saya tidak jabarkan, karena ini bukan bidang saya, silahkan googling.  Kalau pun masih ada yang tidak sepaham dengan saya, mari saling menghargai keyakinan dan keputusan masing-masing).

Back to laptop alias topik, soal gegap gempita pilpres. Nah, karena keyakinan saya agama membolehkan dan negara juga menganjurkan, maka saya putuskan bulat-bulat harus ikut (kembali) dalam pilpres kali ini.  Sebagai pemilih dan simpatisan saja, tidak lebih.

Permasalahannya, hanya ada 2 calon capres-cawapres, mau pilih yang mana nih?  Jujur, saya tidak merasa ada yang paling ideal jadi presiden Indonesia.  Tapi kan no body perfect, pasti ada kekurangan sana-sini.  Kesempurnaan hanya milik Allah kok.  Namun...kan ada kriteria-kriteria ideal tuh, minimal yang paling mendekatilah.

Kemudian, ideal menurut siapa?
Sebagai muslim, tentu PALING UTAMA IDEAL MENURUT ISLAM lebih dahulu sebelum ke kriteria ideal secara umum.  barokah sang pencipta dulu dicari baru lainnya.  Menurut saya lho.

Sekali lagi, sebagai hamba Allah, dalam agama Islam, TOLONG DIPAHAMI dan DIHARGAI! Dalam agama kami, kami harus menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap hal kehidupan, meski bukan hal yang berhubungan secara langsung ibadah sama Tuhan.  Meskipun itu soal politik begini.  Kalau ajaran agama lain atau kalaupun mengaku muslim kemudian tidak mau melandaskan nilai Islam dalam memilih ya monggo, sekali lagi pertanggung jawaban manusia itu sifatnya individu kok. ;-)

Sudah dapat pencerahan dari tausiyah ke tausiyah, secara singkat, kemduian dapat saya simpulkan, pilihlah calon yang paling mendekati syarat-syarat berikut :
Dalam Islam, pemimpin itu harus yang BERIMAN. Mencakup :

1. TIDAK MUSYRIK/Bukan pelaku SYIRIK : harus Islam alias tidak keluar dari Islam (berarti beragama Islam itu mutlak), tidak terlibat dalam hal-hal syirik, seperti : tidak meminta selain kepada Allah dengan meminta petunjuk ke orang yang sudah mati, menjalankan ritual-ritual yang menyalahi ajaran Islam lainnya.

Nyata  Tapi..kan kedua calonnya sama-sama islam?
Iya...tapi pilih yang paling jauh dari ritual-ritual ke-syirikan.

2. TIDAK MUNAFIK : ciri orang munafik ada 3, SATU jika berkata nyatanya dia berdusta, DUA jika berjanji dia ingkar, KETIGA jika diberi amanah dia KHIANAT.

Nyata : ah keduanya (katanya) masa lalunya banyak menyinggung hal-hal yang akhirnya menyebabkan mereka tergolong munafik.
iya....pilih yang paling kecil 'kenyataan' munafiknya.  Mana yang paling nyata-nyata bernah berkata tapi dusta, pernah diaksih amanah pemimpin tapi paling jelas khianatnya, ini sih tinggalkan aja.

3. MEMILIKI KEBERFIHAKAN PADA UMAT ISLAM : Sebagai negara yang berpendudukan mayoritas Islam, sudah barang tentu pemimpinnya harus berpihak pada Islam, tapi tentu tidak mendzolimi non-Islam (INI DUA HAL YANG BERBEDA LHO!).

Nyatanya : keduanya juga berpihak pada islam lah, kan sama-sama islam.
Iya, tapi siapa orang-orang disekeliling mereka.  Siapa pendukung-pendukung mereka.  Apakah tokoh-tokoh yang berpihak pada Islam atau bukan?  Partai-partai apa yang mendukungnya? Bukankah tim-nyakelak yang membantunya untuk memimpin negara tercinta ini?

NYATA :
mana ada tokoh se-ideal itu, mana ada tokoh se-BERIMAN itu.  EMANG NGGAK ADA! Minimal...yang paling mendekati, meski sedikiiiit pendekatannya, masa' iya tidak sama sekali barang secuil hal. (Pengamatan saya, ada kok capres & cawapres yang lebih mendekati ketimbang calon satunya lagi), jadi jangan putus asa dulu.

SELANJUTNYA...baru deh masuk kriteria lain, yang tentunya memperjuangkan dan berorientasi pada RAKYAT INDONESIA, BANGSA dan NEGARA ini.  Apa aja? ya bisa ketahuan dari VISI & MISINYA, latar belakang politiknya, pengalaman sebagai pemimpinnya, de el el.  Nggak ada waktu mencari tahu detail?  Ya nggak usah cari tahu men-detail, garis besarnya saja.  Selebihnya berdoa dan tawakal sama Allah, semoga siapa pun yang terpilih nanti amanah sama tugasnya, tidak asal lip service atau janji manis kampanye semata.  Aaamiiin.

Saya!  Yang berharap besar pada pemimpin negeri ini.

Wassalam
JeungRirie

Simpanlah untuk dirimu sendiri!

Entahlah apakah orang lain ada yang berpandangan sama dengan saya atau tidak.  Ini bukan suudzon atau berfikiriran buruk, tapi jika kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan benar, kenapa tidak memilih yang lebih baik?

Ada sebuah bisnis yang dijalankan dengan metode MLM.  Saya tidak akan membahas soal halal atau haramnya, bukan kapasitas saya,. Saya memiliki keyakinan yang membuat saya berkeputusan untuk tidak pernah terlibat dalam bisnis MLM.

Lalu yang menjadi perhatian saya adalah salah satu strategi marketingnya.  Salah satu media promosi yang mem-booming saat ini menggunakan media online. Dan, strategi dalam perekrutan member get member, para anggotanya seringkali memperlihatkan nilai dan bonus yang mereka dapatkan. 

"Gaji masuk nih, alhamdulillah!", ujar salah satu anggota sambil mem-posting nilai nomial yang masuk di rekeningnya.

Jika kita tidak bicara segi kemanusiaan dan agama, memang sah-sah saja.  Begitu lah memang dunia bisnis dan marketing khususnya bidang MLM.  Untuk merebut pasar, mendapatkan calon pembeli dan down line, harus dibuat kata-kata yang menarik minat.  Strategi dengan menyebutkan hasil yang didapat dari sebuah usaha untuk mendapatkan pembeli atau member selanjutnya.  

Tapi...kalau sudah sampai menyebutkan nilai tertentu, di-publish di umum seperti itu, kok ya naluri saya sebagai hamba-nya merasa ada ketidak sesuai dengan aturan kita sebagai mahluk yang dilarang untuk mempertontonkan sesuatu secara berlebihan.  Bahasa Islami-nya, jadi terkesan RIYA.  Meskipun saya yakini tidak semua mereka bermaksud untuk sombong melainkan hanya untuk memancing agar target mencapai member tercapai dengan iming-iming yang mereka sudah rasakan sendiri.  Buat saya, tetap saja, lebih baik simpan saja menjadi rahasia kita sendiri apa yang kita dapatkan.

Selain ada hal-hal lain, akhirnya membuat saya semakin yakin, bisnis tersebut tidak sesuai dengan pribadi saya.  Bukan sok alim, tapi, jika ada pilihan bisnis jenis lain yang lebih bermanfaat atau minimal lebih kecil mudhoratnya, maka lebih baik saya pilih yang lain.

Saya masih meyakini, cara berbisnis yang diajarkan Rasulullah, berdagang secara murni.  Manfaat yang dipromosikan adalah manfaat dari produk/jasa yang dijual, keuntungan yang didapatkan adalah sesuai dengan apa yang dikeluarkan.  Berapa nilai yang dikeluarkan pembeli, maka nilai sewajarnya pun akan didapatkannya.  Bisnis yang tidak perlu kita mengungkapkan berapa penghasilan saya dari berbisnis tersebut.  karena yang namanya usaha apsti akan ada untungnya, tidak pun dari segi rupiah, tapi pasti ada nilai-nilai untung lainnya.

Intinya, memang dalam menjalankan roda bisnis harus ada strategi marketing yang sesuai yang diterapkan.  Apa produknya, siapa sasaran marketnya, dimana berjualannya, apa medianya, bagaimana gimmick-gimmick yang dapat memancing dsbnya.  Tentu pakar marketing lebih paham.  Tapi....saya pribadi memiliki keyakinan bahwa jika ada pakem-pakem yang tidak sesuai pemikiran saya dan apa yang diajarkan agama saya, maka lebih baik saya hindarkan.

Ini pandangan pribadi saya.  Tidak bermaksud menyudutkan.  Jika orang lain masih berpandangan berbeda dengan saya dan tetap menjalankan usahanya di bidang MLM, silahkan. Karena pertanggung jawaban hidup juga secara individu.  Kalau pun saya yang salah menilai, itu juga tanggung jawab saya, begitu juga sebaliknya.  Wallahu'alam.

Wassalam
JeungRirie

Wednesday, June 4, 2014

Miskin ilmu bisa salah aplikasi!

Ada kejadian menarik hari ini yang meninggalkan hikmah bagi saya yang juga mudah-mudahan bagi pembaca blog saya.

Tadi siang, sepulang menghadiri pengajian rutin, saya bersama kakak nomor dua mampir ke sebuah mall.  Kebetulan sudah masuk waktu zuhur.  Mama kami pun langsung melipir ke mushola yang disediakan di area mall.

Setelah selesai menunaikan hingga akhir rakaat, mata saya dibuat membelalak oleh kehadiran seorang wanita yang tidak lagi muda juga tidak tua-tua amat tak jauh dari keberadaan saya.  Hal yang membuat saya terkejut adalah, wanita tersebut langsung sholat tanpa melengkapi tubuhnya dengan pakaian sholat seharusnya, yaitu tidak menutup secara sempurna seluruh aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan.  Bentuk pakaian yang digunakannya dan kaki yang "telanjang".

Memang pakaian sholat tidak harus mukena, asalkan syarat tadi sudah terpenuhi.  Masalahnya si wanita tersebut memang sudah berkerudung, tapi bagian bawahnya menggunakan celana panjang (tertutup sih tapi masih membentuk badan, dan ini bukan pakaian wanita, bukan pakaian syar'i, bukan pakaian sholat).  Paling mencengangkan adalah kakinya dibiarkan terlihat, tanpa kaos kaki ataupun sarung, atau apapun yang harusnya menutupi bagian kakinya.  Bukankah kaki adalah aurat?

Saya terkesima dan mengetuk hati saya menyadarkan, bahwa kita ini umat Islam ternyata masih banyak ketidaktahuan soal ibadah utama pada Allah Ta'ala.  Saya tidak merasa lebih tahu atau paling tau dibandingkan si wanita tadi.  Mungkin di satu sisi saya lebih tahu, tapi bisa jadi ilmu sholat dan ilmu agama lainnya dia lebih banyak tahu.  Maksud saya, pemandangan ini menjadi pelajaran tambahan bagi saya, bahwa sesungguhnya ilmu dan iman kita masih jauh dari benar.  Masih jauh dari apa yang dicontohkan Rasul.  Bukankah sebaik-baiknya petunjuk adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam?

Pantas lah kita diwajibkan menuntut ilmu tiada henti.  karena yang sudah dipelajari saja kadang masih belum tentu benar sumbernya, yang sudah dipelajari saja masih banyak lupanya, masih banyak nggak tau-nya, apalagi tidak mengkaji.

Ayo! Sama-sama kita makin rajin mengkaji, memperkaya diri dengan ilmu-ilmu syar'i.  Bisa dari buku-buku, internet, kajian-kajian offline, dll.  AYOOO MENGAJI!

Wassalam
Jeung Ririe